PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA NAWAZ, ENSCORE AND HAM (NEH) UNTUK PRODUK SHOPPING BAG DI PT. WANGSA JATRA LESTARI

(1)

commit to user

PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI

PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN

ALGORITMA

NAWAZ, ENSCORE AND HAM

(NEH)

UNTUK PRODUK

SHOPPING BAG

DI PT. WANGSA JATRA LESTARI

Skripsi

ARY PUTRI SURYANI

I 0304021

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011


(2)

PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI

PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN

ALGORITMA

NAWAZ, ENSCORE AND HAM

(NEH)

UNTUK PRODUK

SHOPPING BAG

DI PT. WANGSA JATRA LESTARI

Skripsi

Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

ARY PUTRI SURYANI

I 0304021

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET


(3)

commit to user

ABSTRAK

Ary Putri Suryani, NIM : I 0304021, PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA NAWAZ, ENSCORE AND HAM (NEH) UNTUK PRODUK

SHOPPING BAG DI PT. WANGSA JATRA LESTARI. Skripsi, Surakarta :

Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, April 2011.

Penjadwalan pengerjaan order di PT. Wangsa Jatra Lestari dianalisa oleh divisi PPIC yaitu berdasarkan metode First Come First Serve (FCFS). Penentuan

due date yang dilakukan oleh divisi PPIC dilakukan hanya berdasarkan intuisi dan

perkiraan. Hal tersebut menyebabkan due date yang dijanjikan kepada customer

tidak sesuai dengan kemampuan produksi perusahaan sehingga mengakibatkan terjadinya keterlambatan. Berdasarkan uraian tersebut maka perlu adanya perbaikan metode penjadwalan. PT Wangsa Jatra Lestari memiliki karakteristik manufaktur bersifat flowshop, maka penjadwalan dapat dipecahkan menggunakan algoritma Nawaz, Enscore and Ham (NEH). Kriteria yang digunakan adalah minimasi total tardiness. Kriteria ini dipilih untuk membantu perusahaan dalam menyelesaikan masalah keterlambatan waktu penyerahan order. Perumusan masalah pada penelitian ini yaitu bagaimana merancang program aplikasi penjadwalan produksi dengan menggunakan algoritma NEH dengan kriteria minimasi total tardiness.

Langkah-langkah penjadwalan produksi dengan menggunakan algoritma

NEH yaitu menghitung waktu proses, mengurutkan waktu proses (Pi) dari yang besar ke kecil dan dievaluasi berdasarkan total tardiness yang terkecil, ambil tiap-tiap pekerjaan sisa daftar yang disortir temukan jadwal yang terbaik, contoh, jika (j1, j2) adalah urutan arus pekerjaan dan pekerjaan dijadwalkan r adalah pekerjaan yang sisa dengan Pr paling besar didaftar yang disortir, kemudian pekerjaan r bisa ditempatkan pada tiga posisi: ( r, j1, j2), ( j1, r, j2) atau ( j1, j2, r), urutan dengan sasaran terbaik berfungsi nilai di antara yang tiga dipertimbangkan terpilih untuk perluasan lebih lanjut. Hasil yang didapatkan dengan menggunakan algoritma

NEH adalah nilai total tardiness di lantai produksi bisa dikurangi hingga mencapai 100%. Selanjutnya dibuat program aplikasi penjadwalan sesuai rancangan penjadwalan produksi dengan menggunakan algoritma NEH. Perancangan program aplikasi ini menggunakan software Borland Delphi 7. Program aplikasi yang dibuat merupakan program aplikasi yang user friendly, sehingga akan mudah dalam penerapan dan penggunaannya. Program aplikasi ini juga memberikan manfaat berupa kemudahan dan kecepatan dalam pembuatan jadwal produksi, kemudahan menyimpan data order, serta aktivitas pengolahan data dapat dilakukan dengan tepat sehingga resiko-resiko human error dapat diminimalkan.

Kata kunci : software, total tardiness, algoritma Nawaz, Enscore and Ham xvi + 83 halaman; 38 gambar; 16 tabel; 8 lampiran;


(4)

ABSTRACT

Ary Putri Suryani, NIM : I 0304021, DESIGNING A SCHEDULING APPLICATION SOFTWARE USING NAWAZ, ENSCORE AND HAM (NEH) ALGORITHM FOR SHOPPING BAG PRODUCT IN PT. WANGSA JATRA LESTARI. Thesis, Surakarta: Industrial Engineering Department, Engineering Faculty, Sebelas Maret University, April 2011.

Order scheduling in PT. Wangsa Jatra Lestari is analyzed by PPIC division, that is based on the First Come First Serve (FCFS) method. PPIC division determines the due date based on intuition and prediction. It makes the due date promised to the customer are not suitable with the company production capabilities so that causes many order lateness. Considering that problem, it needed to improve the scheduling method. PT. Wangsa Jatra Lestari could apply

Nawaz, Enscore and Ham (NEH) algorithm to solve their scheduling problems. The criteria used is to minimize total tardiness. Such criteria is chosen in order that company is able to reduce the order delivery tardiness. The problem statement is how to design the scheduling application software using NEH algorithm with total tardiness criteria.

The production scheduling steps are to calculate the process time, to sequence the processes time (Pi) by decreasing order, to evaluate them considering the smallest total tardiness and to take each last job in the sorted list to find the best schedule. As example, if (jl, j2) is the job sequence and job r is the last job with largest Pr in the sorted list, then the job r can be put in the three alternative position: ( r, j1, j2), ( j1, r, j2) or ( j1, j2, r). The sequence with the best criteria among the three alternative sequence is selected for further extention. The total tardiness can be reduced up to 100% by using NEH algorithm. Furthermore, a scheduling application software is developed by using NEH algorithm. The application software is constructed by using Borland Delphi 7. The application software is designed by considering the user friendly criterias, so that it make easier to operate this software. This application software also gives advantage in easiness and quickness to arrange the production scedule. The easiness are to store the order data, to process the order appropriately so that the human error can be minimized.

Keywords: software, total tardiness, Nawaz, Enscore and Ham algorithm

xvi + 83 pages; 38 figures; 16 tables; 8 appendix; References : 14 (1974-2011)


(5)

commit to user

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PENGESAHAN ii

HALAMAN VALIDASI iii

SURAT PERNYATAAN iv

KATA PENGANTAR vi

ABSTRAK viii

ABSTRACT ix

DAFTAR ISI x

DAFTAR TABEL xiv

DAFTAR GAMBAR xv

BAB I PENDAHULUAN I-1

1.1 Latar Belakang I-1

1.2 Perumusan Masalah I-3

1.3 Tujuan Penelitian I-4

1.4 Manfaat Penelitian I-4

1.5 Batasan Masalah I-4

1.6 Asumsi I-4

1.7 Sistematika Penulisan I-5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II-1

2.1 Tinjauan Umum Perusahaan II-1

2.1.1 Sejarah Perusahaan II-1

2.1.2 Susunan dan Struktur Organisasi II-2

2.1.3 Proses Produksi II-6

2.1.4 Sistem Penerimaan dan Penjadwalan Order

Di PT. Wangsa Jatra Lestari II-8

2.2 Penjadwalan Produksi II-9

2.2.1 Pengertian Penjadwalan II-9


(6)

2.2.3 Kriteria dalam Penjadwalan Produksi II-10 2.2.4 Kriteria Pengukuran Kinerja Jadwal II-11 2.2.5 Klasifikasi Penjadwalan II-11 2.2.6 Jenis Persoalan Penjadwalan II-13

2.2.7 Metode Penjadwalan II-14

2.2.8 Istilah-Istilah Dalam Penjadwalan II-16

2.3 Sequencing (Penentuan Urutan) II-17

2.4 Algoritma II-19

2.4.1 Penjelasan Algoritma II-19

2.4.2 Nawaz, Enscore and Ham ( NEH ) II-20

2.5 Software Borland Delphi 7 II-21

2.6 Microsoft Access II-23

2.7 Penelitian Sebelumnya II-24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN III-1

3.1 Identifikasi Permasalahan III-2

3.1.1 Studi Pustaka III-2

3.1.2 Studi Lapangan III-2

3.1.3 Perumusan Masalah III-3

3.1.4 Penentuan Tujuan III-3

3.2 Karakerisasi Sistem III-3

3.3 Pengumpulan Data III-5

3.3 Perancangan Prosedur Penjadwalan III-4

3.3.1 Identifikasi Job III-4

3.3.2 Penentuan Jumlah Material yang Diproses III-4 3.3.3 Penentuan Kapasitas Mesin Optimal III-5 3.3.4 Penentuan Waktu Proses III-6 3.3.5 Penentuan Buffer time III-6 3.3.6 Penentuan Kapasitas Produktif III-7 3.3.7 Penentuan Estimasi Completion Time III-7 3.3.8 Penerapan Algoritma NEH III-7


(7)

commit to user

3.3.9 Menyusun Jadwal Produksi III-8 3.3.10 Penambahan Kapasitas Produksi III-8 3.5 Perancangan Program Aplikasi Penjadwalan Produksi

Shopping Bag III-8

3.6 Validasi Program Aplikasi Penjadwalan Produksi

Shopping Bag III-9

3.7 Analisis dan Intepretasi Hasil III-9

3.8 Kesimpulan dan Saran III-9

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA IV-1

4.1 Pengumpulan Data IV-1

4.1.1 Data Kapasitas Produksi IV-1

4.1.2 Data Waktu Perpindahan Antar Stasiun Kerja IV-1

4.1.3 Data Inskit IV-2

4.1.4 Data Kerusakan Mesin IV-3

4.1.5 Tanggal Produksi dan Ready Time IV-4

4.1.6 Jam Kerja Normal IV-4

4.1.7 Spesifikasi Order IV-5

4.1.8 Data Hari Libur IV-5

4.2 Prosedur Penjadwalan IV-6

4.3 Perancangan Program Aplikasi Penjadwalan Produksi

Shopping Bag IV-17

4.4 Validasi Program Aplikasi Penjadwalan Produksi

Shopping Bag IV-22

4.4.1 Validasi Kesesuaian Tipe Data Input IV-22 4.4.2 Validasi Hasil Output dari Program Aplikasi IV-25

4.4 Contoh Numerik IV-30

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL V-1 5.1 Analisis Sistem Penjadwalan Produksi Shopping Bag

di Perusahaan V-1


(8)

5.3 Analisis Program Aplikasi Penjadwalan Produksi

Shopping Bag V-3

5.4 Analisis Perbandingan Besarnya Waktu Keterlambatan V-5

5.5 Intepretasi Hasil V-6

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN VI-1

6.1 Kesimpulan VI-1

6.2 Saran VI-1

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Data mesin dan kapasitas produksi mesin IV-1 Tabel 4.2. Data waktu perpindahan antar stasiun kerja IV-2 Tabel 4.3 Data inskit per kuantitas pesanan IV-2 Tabel 4.4 Data rata-rata downtime kerusakan per mesin IV-4 Tabel 4.5 Data ready date dan ready time tiap mesin IV-4 Tabel 4.6 Data spesifikasi order untuk contoh kasus IV-5 Tabel 4.7 Data spesifikasi kerja untuk contoh kasus IV-5 Tabel 4.8 Data hari libur pada bulan November 2008 IV-5 Tabel 4.9 Data waktu proses produktif tiap job pada tiap mesin (Manual) IV-26 Tabel 4.10 Job Sequencing dengan algoritma NEH (Manual) IV-27 Tabel 4.11 Laporan Penjadwalan (Manual) IV-28 Tabel 4.12 Perhitungan Waktu Lembur (Manual) IV-29 Tabel 5.1 Perbandingan Penjadwalan dengan metode FCFS dengan

penjadwalan menggunakan algoritma NEH

V-1

Tabel 5.2 Perbandingan Media Penjadwalan yang digunakan oleh perusahaan dengan penjadwalan menggunakan Program Aplikasi

V-3

Tabel 5.3 Penjadwalan Urutan Job dengan Metode FCFS V-5 Tabel 5.4 Penjadwalan Urutan Job Program Aplikasi dengan Algoritma

Nawaz, Ensore and Ham (NEH)


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT Wangsa Jatra Lestari II-5 Gambar 2.2 Alur Pembuatan Produk Shopping Bag II-8 Gambar 2.3 Jenis Penjadwalan Flowshop II-14 Gambar 2.4 Jenis Penjadwalan Jobshop II-14 Gambar 3.1 Alur Metodologi Penelitian III-1 Gambar 4.1 Diagram Alir Prosedur Penjadwalan IV-6 Gambar 4.2 Diagram Alir Prosedur Algoritma NEH IV-7 Gambar 4.3 Interface Program Aplikasi Pada Form Input Order IV-17 Gambar 4.4 Interface Program Aplikasi Pada Form Input Kapasitas IV-18 Gambar 4.5 Interface Program Aplikasi Pada Preview Job Order IV-18 Gambar 4.6 Interface Program Aplikasi Pada Print Preview IV-19 Gambar 4.7 Interface Program Aplikasi Pada Preview Job Sheet IV-19 Gambar 4.8 Interface Program Aplikasi Pada Form Proses Data IV-20 Gambar 4.9 Interface Program Aplikasi Pada Form Laporan IV-20 Gambar 4.10 Interface Program Aplikasi Pada Print Preview Laporan

Penjadwalan

IV-21

Gambar 4.11 Interface Program Aplikasi Pada Print Preview Laporan Lembur

IV-21

Gambar 4.12 Interface Program Aplikasi Pada Form Administrasi IV-22 Gambar 4.13 Input Program Aplikasi Pada Form Input Order IV-23 Gambar 4.14 Interface Program Aplikasi apabila terjadi kesalahan tipe

input pada Form InputOrder

IV-23

Gambar 4.15 Input Program Aplikasi Pada FormInput Kapasitas IV-24 Gambar 4.16 Interface Program Aplikasi apabila terjadi kesalahan tipe

input pada Form Input Kapasitas

IV-24

Gambar 4.17 Input Program Aplikasi Pada Form Administrasi IV-25 Gambar 4.18 Interface Program Aplikasi apabila terjadi kesalahan tipe

input pada Form Administrasi


(11)

commit to user

Gambar 4.19 Data waktu proses produktif tiap job pada tiap mesin (Program Aplikasi)

IV-26

Gambar 4.20 Job Sequencing dengan algoritma NEH (Program Aplikasi)

IV-27

Gambar 4.21 Laporan Penjadwalan (Program Aplikasi) IV-28 Gambar 4.22 Perhitungan Waktu Lembur (Program Aplikasi) IV-29 Gambar 4.23 Interface Program Aplikasi Untuk Contoh Numerik

Pada Form Input OrderOrder 1

IV-30

Gambar 4.24 Interface Program Aplikasi Untuk Contoh Numerik Pada Form Input OrderOrder 2

IV-31

Gambar 4.25 Interface Program Aplikasi Untuk Contoh Numerik Pada Form Input OrderOrder 3

IV-31

Gambar 4.26 Interface Program Aplikasi Untuk Contoh Numerik Pada Form Input OrderOrder 4

IV-32

Gambar 4.27 Interface Program Aplikasi Untuk Contoh Numerik Pada FormInput Kapasitas

IV-32

Gambar 4.28 Interface Program Aplikasi Untuk Contoh Numerik Pada FormInput Administrasi

IV-33

Gambar 4.29 Interface Program Aplikasi Untuk Contoh Numerik Pada Form Proses Data

IV-33

Gambar 4.30 Interface Program Aplikasi Untuk Contoh Numerik Pada Form Laporan

IV-34

Gambar 4.31 Interface Program Aplikasi Untuk Contoh Numerik Pada Print Preview Laporan Penjadwalan

IV-34

Gambar 4.32 Interface Program Aplikasi Untuk Contoh Numerik Pada Print Preview Laporan Lembur

IV-35


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab ini diuraikan beberapa hal pokok mengenai penelitian, yaitu latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, batasan masalah, asumsi, serta sistematika pembahasan.

1.1 Latar Belakang

PT. Wangsa Jatra Lestari adalah perusahaan percetakan yang terletak di Jalan Raya Pajang Kartasura Km 8 Surakarta. Untuk memenuhi permintaan konsumen, perusahaan menggunakan strategi make to order, sehingga produk yang diproduksi merupakan pesanan dari pembeli (buyer). Produk yang dihasilkan antara lain cover (buku, brosur, leaflet), magazine (majalah, buku), packaging

(dos obat, dos makanan, gift box), dan shopping bag. Khusus untuk shopping bag, permintaannya mayoritas berasal dari luar negeri. Buyer produk shopping bag

terbagi menjadi dua yaitu local customer seperti Metro Department Store Jakarta, Batik Keris, Danar Hadi, Solo Pos, dan international customer seperti Keenpak

Packaging Duro Bag (USA), Germain Packaging (USA), Fildes Bag (AUS), Best

Buy (USA), Ramco (UEA), Bee Dee Bags (AUS), Shopping Bags Direct (UK),

RTR Packaging (USA), dan UK Bag Elite (UK).

Penerimaan order di PT Wangsa Jatra Lestari dilakukan oleh divisi

marketing. Jika terdapat order yang datang ke perusahaan, divisi marketing

menghitung harga produk, kebutuhan bahan baku dan melakukan konfirmasi due date ke bagian PPIC dan purchasing. Setelah itu pihak marketing melakukan konfirmasi kesepakatan harga dan due date dengan pihak customer. Jika dalam negosiasi terjadi kesepakatan maka order dinyatakan diterima dan jika tidak terjadi kesepakatan maka order ditolak.

Permintaan yang telah diterima kemudian diolah oleh divisi produksi untuk menentukan kebutuhan bahan baku. Divisi produksi akan menyusun bill of material untuk setiap order yang masuk ke perusahaan. Pada tahap ini divisi produksi sudah dapat melakukan perhitungan untuk menentukan berapa material


(13)

commit to user

melakukan pembelian material sesuai kebutuhan. Seluruh spesifikasi produk, yaitu desain, ukuran dan material yang digunakan telah dibuat dan ditentukan oleh

buyer.

Penjadwalan pengerjaan order di PT. Wangsa Jatra Lestari didasarkan oleh analisa divisi PPIC yaitu berdasarkan metode First Come First Serve (FCFS). Pada penjadwalan FCFS, order yang datang lebih dahulu akan dilayani lebih dahulu. Namun ketika jadwal tersebut sedang dilaksanakan akan tetapi ada order

yang mendesak untuk dikirim, maka order tersebut akan dijadwalkan sebagai prioritas untuk segera diproduksi.

Metode yang digunakan oleh perusahaan memiliki beberapa kelemahan antara lain, memiliki waiting time yang tinggi dan order yang memiliki waktu proses kecil diharuskan menunggu terlalu lama. Selain itu, penentuan due date

yang dilakukan oleh divisi PPIC dilakukan hanya berdasarkan intuisi dan perkiraan. Perusahaan tidak melakukan estimasi berapa waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi order dan juga tidak mengestimasi kapan order tersebut selesai diproduksi dan dapat dikirim ke customer berdasarkan keadaan sistem produksi pada saat kedatangan order. Hal tersebut menyebabkan due date yang dijanjikan kepada customer tidak sesuai dengan kemampuan produksi perusahaan sehingga mengakibatkan terjadinya keterlambatan.

Berdasarkan uraian tersebut maka perlu adanya perbaikan metode penjadwalan. PT Wangsa Jatra Lestari memiliki karakteristik manufaktur yaitu pengaturan fasilitas bersifat flowshop, maka penjadwalan dapat dipecahkan menggunakan algoritma Nawaz, Enscore and Ham (NEH). Algoritma NEH

didasarkan pada gagasan dimana suatu pekerjaan yang mempunyai total waktu proses lebih besar dari job lain dengan total waktu proses yang lebih kecil, seharusnya diberi bobot yang lebih tinggi.

Pada penelitian yang dilakukan Satriawan, dkk (2010), algoritma Nawaz,

Enscore and Ham digunakan untuk mendapatkan sistem penjadwalan produksi

yang baik dalam hal optimasi jadwal produksi dengan tujuan minimasi

makespan. Dengan kriteria makespan maka dapat memperkecil idle time.

Namun penerapan kriteria makespan dalan penelitian ini dinilai kurang tepat, karena belum dapat mengurangi kemungkinan keterlambatan penyerahan order


(14)

yang masih sering terjadi di perusahaan. Sehingga perlu dilakukan modifikasi kriteria algoritma NEH. Kriteria yang digunakan adalah minimasi total tardiness. Menurut Baker (1974), salah satu tujuan umum penjadwalan adalah mengurangi keterlambatan karena waktu proses suatu pekerjaan telah melampaui jatuh temponya (due date) dengan cara mengurangi maksimum keterlambatan maupun dengan mengurangi jumlah pekerjaan yang terlambat. Kriteria ini dipilih untuk membantu perusahaan dalam menyelesaikan masalah keterlambatan waktu penyerahan order. Sehingga kriteria yang digunakan dalam algoritma NEH adalah meminimasi waktu keterlambatan penyerahan order.

Ketepatan waktu penyerahan order dibutuhkan untuk memenuhi due date yang telah dijanjikan kepada customer.

Untuk menerapkan penjadwalan produksi shopping bag dengan algoritma

NEH pada perusahaan akan mengalami beberapa kendala. Kendala tersebut yaitu pengimplementasian algoritma NEH kepada pengguna tidak mudah dan algoritma NEH sulit digunakan dengan cara manual. Apabila diterapkan secara manual maka akan membutuhkan waktu yang sangat banyak, terlebih lagi apabila terjadi perubahan order atau ada order sisipan. Untuk mengatasi kendala tersebut maka dibutuhkan suatu program aplikasi yang dapat mempermudah dan mempercepat proses penjadwalan produksi sehingga didapatkan hasil penjadwalan yang optimal dan dapat mengurangi waktu keterlambatan penyerahan order. Program aplikasi tersebut dibuat menggunakan algoritma

Nawaz, Enscore and Ham (NEH).

1.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah pada penelitian ini yaitu bagaimana merancang program aplikasi penjadwalan produksi dengan menggunakan algoritma Nawaz,

Enscore and Ham (NEH) dengan kriteria minimasi total tardiness untuk


(15)

commit to user 1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Memodifikasi tujuan atau kriteria penjadwalan pada algoritma Nawaz, Enscore and Ham (1983) yaitu dengan kriteria minimasi totaltardiness. 2. Merancang program aplikasi penjadwalan produksi untuk mendukung

kinerja divisi PPIC.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat bagi perusahaan. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Mempermudah divisi PPIC untuk membuat penjadwalan produksi. 2. Mempersingkat waktu penjadwalan ulang dengan dihasilkannya jadwal

produksi yang dapat menampung order sisipan.

1.5 Batasan Masalah

Agar sasaran dalam penelitian ini tercapai, maka diperlukan batasan-batasan sebagai berikut:

1. Perencanaan penjadwalan dilakukan terhadap ordershopping bag. 2. Penelitian dilakukan terhadap perancangan program aplikasi tanpa

memasukkan unsur pembiayaan di dalamnya.

1.6 Asumsi Penelitian

Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Bahan baku yang dibutuhkan selalu tersedia.

2. Downtime mesin adalah rata-rata data kerusakan mesin pada bulan Februari 2008 sampai dengan bulan September 2008.

3. Data mesin, data setup mesin, data laju produksi setiap mesin dan data waktu perpindahan antar mesin dari tahun 2008 sampai tahun 2010 tidak ada perubahan.


(16)

1.7 Sistematika Penulisan

Dalam membahas permasalahan yang telah dirumuskan di atas, digunakan sistematika sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan

Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masa1ah, perumusan masalah, tujuan penelitian, rnanfaat penelitian, batasan masalah, penetapan asumsi dan sistematika penulisan dari penelitian yang dilakukan.

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab ini menjelaskan secara umum tentang PT Wangsa Jatra Lestari meliputi gambaran umum tentang perusahaan, sistem penjadwalan yang dilakukan oleh divisi PPIC, serta konsep dan landasan teori untuk mendukung penelitian dan dasar pemikiran dalam membahas serta menganalisa permasalahan yang ada.

Bab III Metodologi Penelitian

Bab ini menjelaskan tentang tahapan yang dilalui dalam penyelesaian masalah sesuai dengan permasalahan yang ada mulai dari identifikasi masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, pengolahan data, sampai dengan kesimpulan dan pemberian saran terhadap penelitian.

Bab IV Pengumpulan Dan Pengolahan Data

Bab ini menjelaskan tentang penyajian data yang diperoleh, menganalisa data tersebut dan digunakan untuk menyelesaikan persoalan.

Bab V Analisis dan Intepretasi Hasil

Bab ini berisi uraian analisis dan interpetasi hasil dari pengolahan data yang telah dilakukan. Sebagai tahap akhir dari perancangan program aplikasi adalah pengujian aplikasi yang telah dibuat untuk mengetahui apakah aplikasi berjalan dengan normal atau tidak.

Bab VI Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisi kesimpulan sesuai tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian dan kemudian dapat memberikan saran perbaikan yang berkaitan dengan penelitian ini.


(17)

commit to user

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Perusahaan 2.1.1 Sejarah Perusahaan

PT. Wangsa Jatra Lestari adalah perusahaan percetakan yang terletak di Jalan Raya Pajang Kartasura Km 8 Surakarta. Perusahaan ini berdiri pada tahun

1995 sebagai bagian dari PT. Tiga Serangkai Grup (TS). Pada awal berdirinya, Wangsa Jatra Lestari hanya menerima permintaan berupa pencetakan buku-buku pelajaran, dan buku-buku pengetahuan umum yang diterbitkan oleh PT. TS Grup. Peralatan yang digunakan juga masih terbatas. Perusahaan ini menggunakan sistem make to order dalam menjalankan usahanya.

Setelah lima tahun berdiri, perusahaan sudah banyak berkembang. Perusahaan mampu menunjukkan dan menjaga kualitas produknya. Dari output

yang baik inilah PT. Wangsa Jatra Lestari mampu bersaing dengan percetakan-percetakan lain sehingga seiring perjalanan waktu jumlah permintaan di perusahaan tersebut semakin meningkat. PT. Wangsa Jatra Lestari tidak hanya menerima permintaan berupa buku-buku pegangan sekolah dari perusahaan induknya, tetapi mereka juga mencetak brosur, majalah, tempat mainan. Untuk memenuhi permintaan-permintaan inilah kemudian PT. Wangsa Jatra Lestari menambah mesin-mesin yang ada.

Kemudian, sejak lima tahun terakhir, sekitar tahun 2000, PT. Wangsa Jatra Lestari menerima permintaan berupa shopping bag. Permintaan ini mayoritas berasal dari luar negeri. Biasanya, permintaan ini merupakan permintaan dari perusahaan luar negeri yang disubkontrakkan kepada PT. Wangsa Jatra Lestari. Peluang pasar tersebut dimanfaatkan oleh perusahaan untuk menambah penerimaan perusahaan. Seiring berjalannya waktu, permintaan shopping bag

semakin meningkat. Dengan kapasitas produksi saat itu, perusahaan tidak mampu memenuhi permintaan yang ada. Maka, perusahaan membuka departemen baru yaitu Departemen Handwork yang khusus mengerjakan permintaan berupa

shopping bag. Pada awalnya, perusahaan merekrut sekitar 500 orang. Namun karena permintaan yang ada sangat fluktuatif dan semakin baiknya sistem


(18)

manajemen di perusahaan, karyawan Departeman Handwork disusutkan menjadi sekitar 65 orang. Dengan sistem perusahaan make to order dan jumlah karyawan yang tidak begitu banyak maka untuk mengatasi lonjakan permintaan, perusahaan menetapkan kebijakan pekerja borongan untuk mengatasi lonjakan permintaan.

Dengan demikian, saat ini PT. Wangsa Jatra Lestari mampu memproduksi berbagai produk dengan berbagai spesifikasinya, antara lain:

- Cover : buku, brosur, leaflet

- Magazine : majalah, buku

- Packaging : dos obat, dos makanan, gift box

- Shopping bag : shopping bag, consumer good container

2.1.2 Susunan dan Struktur Organisasi

Struktur organisasi berperan penting bagi suatu perusahaan karena tanpa adanya struktur organisasi maka perusahaan tidak akan mampu menjalankan fungsi sebagaimana mestinya. Struktur organisasi merupakan hubungan struktural antara orang-orang yang saling berhubungan satu sama lain dalam melaksanakan fungsi dan tugas perusahaan. Struktur organisasi di PT. Wangsa Jatra Lestari dapat dilihat pada gambar 2.1.

Adapun tugas dan tanggung jawab masing-masing bagian secara umum yaitu sebagai berikut :

1. President Director

President Director adalah pimpinan tertinggi dalam menjalankan

perusahaan. Tugas dari President Director adalah menjaga kelangsungan hidup perusahaan dan mengusahakan keuntungan yang sebesar mungkin dalam merencanakan, mengkoordinir, dan mengawasi pelaksanaan kegiatan perusahaan. President Director membawahi Managing Direktur.

2. Managing Director

Managing Director memiliki hubungan langsung dengan President

Director. Tugasnya berhubungan langsung dengan departemen-departemen


(19)

commit to user

3. Departemen Human Research and Development dan General Affair

Bagian ini bertugas mengatur tenaga kerja, mengurusi gaji, kesejahteraan karyawan, keamanan kerja, dan pemeliharaan gudang.

4. Departemen Local Marketing (Pemasaran dalam negeri)

Tugas dari bagian local marketing di perusahaan ini adalah mengurusi dan mencari customer (order) dari dalam negeri. Permintaan dari dalam negeri biasanya berupa cover, magazine dan packaging (kemasan). Marketing juga memberikan perintah (berupa pemberitahuan deadline) terhadap order yang akan diproduksi pada bagian produksi dan waktu kirim ke bagian ekspedisi. 5. Departemen Export Marketing (Pemasaran luar negeri)

Tugas dari bagian exportmarketing di perusahaan ini adalah mengurusi dan mencari customer (order) dari luar negeri. Permintaan yang dominan dari luar negeri adalah produk shopping bag.

6. Departemen Finance (Keuangan)

Departemen finance atau keuangan bertugas untuk mengendalikan keuangan antara penerimaan dan pengeluaran perusahaan percetakan. Departemen ini terdiri dari tiga bagian, yaitu cash bank yang bertugas untuk mengurusi uang yang keluar masuk dari bank/luar perusahaan, cashier yang bertugas mengurusi keuangan internal perusahaan, dan collector yang berhubungan langsung dengan keuangan dari customer.

7. Departemen Accounting (Akuntansi)

Terdapat tiga bagian pada departemen ini, yaitu:

· Taxation : mengurusi kewajiban pembayaran pajak

· Job costing : menghitung harga suatu order yang masuk

· AP/AR

8. Departemen Factory (Pabrik)

Bagian Factory terdiri dari 5 sub bagian yang saling berhubungan. Struktur organisasi di departemen Factory dapat dilihat pada bagan berikut: a. Bagian Production

Bagian ini bertanggung jawab terhadap kelancaran proses produksi. Produksi di sini melewati beberapa tahap, yaitu pra cetak, cetak, sampai

finishing. Bagian ini dikepalai oleh seorang shift manager dan dibantu oleh supervisor dan juga operator mesin.


(20)

b. Bagian PPIC (Production Planning and Inventory Control)

Bagian ini berkoordinasi dengan bagian marketing. Bagian

marketing memberikan informasi kepada PPIC ketika ada order yang masuk. Kemudian PPIC mengkalkulasi dan menghitung kemampuan mesin. Jika perhitungan menunjukkan bahwa produksi tidak bisa memenuhi

deadline, maka order ditolak. Namun jika sebaliknya, maka order diterima. c. Bagian Maintenance

Tugasnya mengontrol, meneliti, dan memperbaiki mesin jika mengalami kerusakan terhadap mesin-mesin yang ada dan tugas ini dilakukan setiap sesudah atau sebelum kegiatan produksi berlangsung. d. Bagian Quality Control

Bagian QC bertugas mengecek kesesuaian warna produk dengan sampel/karakteristik produk yang diinginkan customer. Namun tugas utamanya adalah melakukan inspeksi 100% setelah proses cetak selesai. e. Bagian Logistik

Bagian ini memiliki tugas antara lain

· Ekspedisi : mengurusi barang jadi yang selesai diproduksi,

· Finish Good Store : menangani barang yang sudah jadi dan barang

yang akan dikirim,

· Raw Material : mengurusi aliran material dari bahan baku

sampai selesai yaitu mengambil dan mengantar barang setengah jadi atau barang jadi ke stasiun (proses) berikutnya,

· Adm. Gudang : mengurusi administrasi keluar masuknya bahan baku dan semua yang ada di gudang,

· Helper : adalah tenaga pembantu yang menangani

pengepakan (pengemasan) barang siap kirim. 9. Bagian Purchasing (Penjualan)

Bagian ini adalah memiliki tugas terakhir dari aliran barang. Di sini dilakukan proses administrasi yang berhubungan dengan penjualan. Selain itu, bagian ini bertugas untuk meningkatkan pelayanan dan menjaga kualitas


(21)

(22)

2.1.3 Proses Produksi

Untuk menjalankan aktivitas produksi, bagian ini memiliki wewenang untuk menjalankan proses produksi. Bagian ini memiliki interaksi dengan bagian-bagian lain untuk pengadaan bahan baku, sampai dengan finishing dan ekspedisi (pengiriman).

1. Bahan Baku yang Digunakan

Bahan baku yang dibutuhkan perusahaan dalam proses produksi meliputi 2 jenis, yaitu :

a. Bahan baku utama, terdiri dari :

1) Kertas, sebagai bahan yang dicetak dan merupakan bahan pokok perusahaan.

2) Tinta, sebagai bahan pewarna atau untuk menimbulkan tulisan atau gambar cetakan.

b. Bahan baku pembantu, terdiri dari :

1) Plat adalah alat yang dimasukkan ke dalam mesin cetak, yang akan menimbulkan tulisan atau gambar. Plat ini terbuat dari aluminium. 2) Air berfungsi sebagai pencuci rol atau campuran pada mesin cetak. 3) Bahan-bahan kimia, antara lain :

a) Spon viscovita dan toner abekawa sebagai alat pembersih.

b) Bahan-bahan kimia lainnya seperti : astralon, fountain, smass, developer delta, excellent plat cleaner, dan lem.

2. Proses Produksi

Proses produksi pada perusahaan percetakan PT. Wangsa Jatra Lestari adalah sebagai berikut :

a. Bidang Pracetak

Bidang ini dibagi menjadi 3 bagian antara lain : 1) PC / Image Setter

Pada proses ini, dilakukan proses perwajahan yang meliputi setting, format, film, dan gambar. Setelah proses setting, layout desain perlu dicek lagi sebelum di-repro. Proses repro adalah proses pemindahan/pencetakan layoutdesain ke dalam bentuk film.


(23)

commit to user

2) Montage

Setelah proses perwajahan, proses berikutnya adalah mountage film yang berarti proses pengaturan tata letak lembaran layout yang terbuat dari bahan film. Proses ini menggunakan media berupa film maupun kertas kalkir, semua itu tergantung dari pihak penerbitan dan dalam penataannya itu bisa dilakukan diluar layar monitor.

3) Plate Make

Bagian ini tugasnya mentransfer film ke plat cetak. Plat tersebut dipasang pada silinder mesin cetak besar untuk diputar pada kertas rol. b. Cetak / Printing

Proses printing merupakan proses pencetakan kertas sesuai dengan desain. c. Finishing 1

Hasil cetak tidak semua melewati fase ini. Fase ini terdiri dari:

Laminating : proses pelapisan cetakan dengan plastik

UV Varnish : proses pelapisan dengan cairan khusus agar

cetakan lebih mengkilat,

Punch : proses pemberian alur tekukan, untuk

memudahkan penekukan oleh bagian finishing. ¶ Folder & Gluer : pemberian lem untuk produk-produk packaging. d. Finishing 2

Finishing 2 adalah proses khusus untuk buku, majalah, dan sejenisnya. Karena disini terdapat proses pelipatan dari ukuran plat keukuran majalah dan pemotongan 3 sisi. Mesin yang digunakan adalah mesin Osako, mesin Daeho, dan mesin lipat.

e. Finishing 3 (Hand Work = departemen khusus)

Merupakan proses manual yang hanya digunakan untuk proses finishing shopping bag.

PT Wangsa Jatra Lestari memiliki karakteristik manufaktur yaitu pengaturan fasilitas bersifat flow shop. Proses produksi produk shopping bag

terdiri dari empat tahapan yaitu proses Printing, proses Punch, proses Laminating


(24)

Gambar 2.2 Alur Pembuatan Produk Shopping Bag

2.1.4 Sistem Penerimaan dan Penjadwalan Order Di PT. Wangsa Jatra Lestari

Penerimaan order di PT Wangsa Jatra Lestari dilakukan oleh divisi

marketing. Jika terdapat order yang datang ke perusahaan, divisi marketing

menghitung harga produk, kebutuhan bahan baku dan melakukan konfirmasi due date ke bagian PPIC dan purchasing. Setelah itu pihak marketing melakukan konfirmasi kesepakatan harga dan due date dengan pihak customer. Jika dalam negosiasi terjadi kesepakatan maka order dinyatakan diterima dan jika tidak terjadi kesepakatan maka order ditolak.

Permintaan yang telah diterima kemudian diolah oleh divisi produksi untuk menentukan kebutuhan bahan baku. Divisi produksi akan menyusun bill of material untuk setiap order yang masuk ke perusahaan. Pada tahap ini divisi produksi sudah dapat melakukan perhitungan untuk menentukan berapa material yang diperlukan kemudian outputnya digunakan oleh bagian logistik untuk melakukan pembelian material sesuai kebutuhan. Seluruh spesifikasi produk, yaitu desain, ukuran dan material yang digunakan telah dibuat dan ditentukan oleh

buyer.

Pada penentuan due date, divisi PPIC tidak melakukan perhitungan order

promising atau menghitung kapan perusahaan dapat memenuhi order sesuai

dengan kapasitas produksi yang tersedia di perusahaan. Penentuan due date

dilakukan hanya berdasarkan intuisi dan perkiraan. Perusahaan tidak melakukan estimasi berapa waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi order dan juga tidak mengestimasi kapan order tersebut selesai diproduksi dan dapat dikirim ke


(25)

commit to user

Penjadwalan pengerjaan order di PT. Wangsa Jatra Lestari didasarkan oleh analisa divisi PPIC yaitu berdasarkan metode First Come First Serve (FCFS). Pada penjadwalan FCFS, order yang datang lebih dahulu akan dilayani lebih dahulu. Namun ketika jadwal tersebut sedang dilaksanakan akan tetapi ada order

yang mendesak untuk dikirim, maka order tersebut akan dijadwalkan sebagai prioritas untuk segera diproduksi.

2.2 Penjadwalan Produksi 2.2.1 Pengertian Penjadwalan

Penjadwalan produksi didefinisikan sebagai proses pengalokasian sumber daya untuk menyelesaikan sekumpulan tugas (Baker, 1974). Penjadwalan merupakan proses pengorganisasian, pemilihan, penggunaan waktu untuk menangani aktivitas-aktivitas yang diperlukan untuk memproduksi produk tertentu pada waktu tertentu sesuai dengan jumlah waktu yang tersedia dan keterbatasan antara aktivitas dan sumber daya yang tersedia (Sipper dan Bulfin, 1997).

Menurut Gasperzs (2001), pada perusahaan manufaktur, operasi manufakturing harus dijadwalkan agar item-item produksi tepat waktu. Kapan suatu pesanan harus diselesaikan (when it is due)? Pekerjaan apa yang seharusnya diselesaikan atau dijalankan berikut pada work center tertentu? Itu semua merupakan pertanyaan inti yang berkaitan dengan pengendalian prioritas (priority control).

2.2.2 Tujuan Penjadwalan

Tujuan umum dari penjadwalan adalah sebagai berikut (Baker, 1974): 1. Meningkatkan produktifitas mesin dengan jalan meminimasi waktu

menganggur mesin.

2. Mengurangi persediaan barang setengah jadi (work-in-process inventory) dengan jalan mengurangi rata-rata jumlah pekerjaan yang menunggu dalam antrian karena mesin sedang sibuk melakukan suatu aktivitas


(26)

3. Mengurangi keterlambatan karena waktu proses suatu pekerjaan telah melampaui jatuh temponya (due date) dengan cara mengurangi maksimum keterlambatan maupun dengan mengurangi jumlah pekerjaan yang terlambat. 4. Meminimasi biaya produksi.

2.2.3 Kriteria dalam Penjadwalan Produksi

Proses penjadwalan produksi memerlukan tiga informasi dasar untuk setiap order (Baker, 1974), yaitu:

1. Processing time atau waktu proses (tj). Jumlah waktu yang diperlukan oleh

jobj.

2. Ready time atau saat siap (rj). Kondisi dimana job j telah tersedia untuk

diproses.

3. Due date atau saat kirim (dj). Kondisi dimana pemrosesan jobj harus selesai.

Perangkat dasar yang digunakan untuk mengevaluasi penjadwalan produksi ada empat (Baker, 1974), yaitu:

1. Completion time (Cj). Waktu dimana pemrosesan job j diselesaikan. Ukuran kuantitatif untuk mengevaluasi penjadwalan biasanya adalah fungsi

completion time.

2. Flow time (Fj). Jumlah waktu yang dihabiskan job j di dalam sistem.

Fj = Cj – rj. Flow time mengukur respon sistem pada permintaan-permintaan secara individual untuk pemrosesan dan merepresentasikan interval menunggu sebuah job antara kedatangan job dan penyelesaian job. Interval ini sering disebut turnaround time.

3. Lateness (Lj). Selisih waktu antara completion time job j dengan due date job j. Lj = Cj – dj. Lateness mengukur kesesuaian penjadwalan dengan due date. Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa bisa jadi suatu job

diselesaikan lebih awal dari due date, yang disebut negative lateness. Negative lateness menunjukkan bahwa pemrosesan lebih baik dari due date yang diharapkan, sedangkan positive lateness menunjukkan pemrosesan yang lebih buruk dari due date.


(27)

commit to user

4. Tardiness (Tj)atau positive lateness. Keterlambatan job j jika job j tidak sesuai dengan due date atau keterlambatan nol. Tj = max {0, Lj}. Tardiness (Tj) atau

positive lateness biasanya digunakan untuk mengukur suatu keterlambatan.

2.2.4 Kriteria Pengukuran Kinerja Jadwal

Penjadwalan umumnya dievaluasi dengan menghitung secara keseluruhan (agregat) yang mengumpulkan informasi tentang semua job, menghasilkan ukuran performansi dalam bentuk satu dimensi. Ukuran performansi penjadwalan biasanya merupakan fungsi dari sejumlah completion time dalam sebuah jadwal produksi. Ukuran performansi agregat yang bisa digunakan (Baker, 1974) adalah:

1. Mean Flow Time :

å

= = n j j F n F 1 1 (2.1)

2. Mean Lateness :

å

= = n j j L n L 1 1 (2.2)

3. Mean Tardiness :

å

= = n j j T n T 1 1 (2.3)

4. Maximum Flow Time : max{ }

1 max j n j F F £ £

= (2.4)

5. Maximum Tardiness : max{ }

1 max j n j T T £ £

= (2.5)

6. Number of Tardy Job :

å

= = n j j T T N 1 ) (

d , (2.6)

dimana d(x)=1, jika x >0

0 ) (x =

d , lainnya

2.2.5 Klasifikasi Penjadwalan

Model penjadwalan diklasifikasikan menurut jenis permasalahan yang dihadapi pada sistem produksi. Permasalahan penjadwalan berdasarkan ketersediaan sumber, ada dua kelompok yaitu ( Baker, 1974):

1. Masalah Penjadwalan Mesin Tunggal

Masalah penjadwalan mesin tunggal yang paling sederhana memiliki ciri karakteristik sebagai berikut:


(28)

§ Terdapat n pekerjaan operasi mesin tunggal independent yang akan diproses pada t = 0.

§ Waktu set-up untuk pekerjaan tersebut independent terhadap urutan pekerjaan dan dapat dimasukkan ke dalam waktu proses.

§ Satu buah mesin tersedia dan tidak dibiarkan menganggur jika ada pekerjaan yang menunggu.

§ Begitu mulai, pekerjaan akan diproses sampai selesai tanpa dipotong. 2. Masalah Penjadwalan Mesin Jamak

Suatu masalah penjadwalan dikategorikan sebagai permasalahan penjadwalan mesin jamak apabila paling sedikit terdapat dua mesin yang tersedia untuk memproses pekerjaan yang ada.

Pada masalah penjadwalan mesin tunggal ditentukan hanya dengan pengurutan (sequencing) pekerjaan yang akan diproses akan tetapi pada penjadwalan mesin jamak, masalah yang harus dipecahkan terdiri dari dua bagian yaitu mesin mana yang akan dialokasikan untuk mengerjakan tiap pekerjaan dan kapan mulai pengerjaan dari setiap pekerjaannya

3. Pola aliran produksi

Ø Flow shop

Ø Job shop

4. Pola kedatangan pekerjaan

Ø Statis, dimana pekerjaan dianggap telah datang secara bersamaan dan siap

dikerjakan pada mesin.

Ø Dinamis, dimana kedatangan pekerjaan tidak menentu dan dijumpai

adanya variabel waktu sebagai pengaruh. 5. Sifat informasi yang diterima

Ø Deterministik

Memiliki kepastian informasi dari beberapa aspek.

Ø Stokastik

Memiliki ketidak pastian dari beberapa aspek yaitu :

§ Karakteristik pekerjaan dari segi kedatangan, jumlah pekerjaan, batas saat penyelesaian due date dan perbedaan kepentingan antar pekerjaan.


(29)

commit to user

§ Karakteristik pekerjaan dari banyaknya segi operasi, susunan mesin, dan waktu proses.

§ Karakteristik mesin dari segi jumlah dan kepastian mesin, kemampuan dan kecocokan tiap mesin dengan pekerjaan yang diberikan.

2.2.6 Jenis Persoalan Penjadwalan

Persoalan penjadwalan menurut aliran proses, dapat diterapkan pada (Baker, 1974):

1. Penjadwalan flowshop

Dalam proses produksi flowshop akan dijumpai pola aliran yang identik dari satu mesin ke mesin yang lainnya.

Penjadwalan flowshop ada dua macam yaitu pure flowshop dan general

flowshop. Pada pure flowshop semua pekerjaan akan mengalir pada jalur produksi

yang sama, sedangkan pada general flowshop setiap pekerjaan dapat memiliki pola aliran yang berbeda. Pola aliran yang berbeda disebabkan karena pekerjaan yang datang dalam proses produksi tidak harus dikerjakan pada semua mesin yang ada. Perbedaan antara pure flowshop dan general flowshop dapat dilihat pada Gambar 2.3.

2. Penjadwalan Jobshop

Penjadwalan jobshop adalah proses pengurutan (sequencing) pekerjaan untuk lintas produk yang tidak beraturan (tata letak berdasarkan proses). Pada pola ini setiap pekerjaan mempunyai pola aliran proses pada tiap mesin yang spesifik, dan sangat mungkin berbeda untuk setiap pekerjaan. Akibat aliran yang tidak searah ini, maka setiap pekerjaan yang akan diproses pada satu mesin dapat menjadi pekerjaan baru atau pekerjaan dalam proses. Secara umum pekerjaan ini dikenal dengan penjadwalan n pekerjaan m mesin. Karena pada penjadwalan

jobshop mempunyai urutan proses yang berbeda tiap pekerjaannya sehingga untuk

menggambarkan sebuah operasi akan lebih tepat dengan menggunakan notasi tripel (i, j, k), notasi ini menjelaskan operasi i dari pekerjaan j pada mesin k. Jenis penjadwalan seperti ini dapat dilihat pada Gambar 2.4.


(30)

Gambar 2.3 Jenis Penjadwalan Flowshop

Sumber: Baker, 1974

Gambar 2.4 Jenis Penjadwalan Jobshop

Sumber: Baker, 1974

2.2.7 Metode Penjadwalan

Dalam melakukan kegiatan produksi, terdapat beberapa metode yang biasanya digunakan untuk melakukan penjadwalan produksi, yaitu (Fogarty,1991):

1. Metode penjadwalan maju (forward scheduling), yaitu menjadwalkan kegiatan operasi mulai saat kedatangan pekerjaan atau pada t = 0 hingga seluruh

Mesin 1 Mesin 2 Mesin 3 Mesin 1 Mesin 2 Mesin 3

Pure Flowshop

Mesin 1

Mesin 2

Mesin 3

Mesin 4

Jobshop General Flowshop


(31)

commit to user

2. Metode penjadwalan mundur (backward scheduling), yaitu menjadwalkan kegiatan operasi secara mundur yang dimulai dari saat jatuh tempo (due date) pekerjaan hingga seluruh pekerjaan terjadwalkan.

3. Metode penjadwalan kompromi (compromised scheduling), yaitu penjadwalan yang menggabungkan metode penjadwalan maju dan mundur. Tahap pertama, dilakukan penjadwalan secara maju sehingga diperoleh saat selesai pekerjaan, kemudian pekerjaan dijadwalkan kembali secara mundur yang dimulai saat selesai pekerjaan hingga seluruh pekerjaan terjadwalkan dan diperoleh saat mulai pekerjaan.

4. Metode penjadwalan dipaksakan (forced scheduling), yaitu menjadwalkan kegiatan produksi pada kapasitas yang mempunyai jeda kapasitas atau penggunaan kapasitas untuk pekerjaan tertentu pada range waktu tertentu. Penyelesaian penjadwalan dengan kondisi ini adalah dengan menjadwalkan secara mundur pekerjaan sebelum jeda kapasitas dan menjadwalkan secara maju pekerjaan setelah jeda pekerjaan.

Selain itu, ada beberapa aturan dasar yang sering dipakai dalam menentukan urutan pengerjaan, yaitu (Bedworth, 1987):

1. First Come First Served (FCFS), dimana pekerjaan pertama yang datang ke stasiun kerja, akan diproses terlebih dahulu.

2. Last Come First Served (LCFS), dimana pekerjaan terakhir yang datang ke stasiun kerja, akan diproses terlebih dahulu.

3. Shortest Processing Time (SPT), dimana pekerjaan dengan waktu proses yang

dibutuhkan pada stasiun kerja yang terkecil adalah yang diprioritaskan untuk dikerjakan terlebih dahulu.

4. Shortest Total Processing Time (STPT), dimana pekerjaan dengan total waktu

proses yang dibutuhkan pada stasiun kerja terkecil adalah yang diprioritaskan untuk dikerjakan terlebih dahulu.

5. Longest Processing Time (LPT), dimana pekerjaan dengan waktu proses yang

dibutuhkan pada stasiun kerja terlama adalah yang diprioritaskan untuk dikerjakan terlebih dahulu.


(32)

6. Earliest Due Date (EDD), dimana pekerjaan yang mempunyai jatuh tempo paling awal akan dikerjakan terlebih dahulu.

7. Fewest Operation (FO), dimana pekerjaan dengan jumlah operasi paling sedikit akan dikerjakan terlebih dahulu.

8. Critical Ratio (CR), dimana pekerjaan yang memiliki critical ratio paling rendah (<1,0) dikerjakan dibelakang jadwal, sedang pekerjaan dengan critical ratio =0 maka itu tepat dengan jadwal. Jika critical ratio tinggi (>1,0), maka job tersebut berada didepan jadwal.

9. Slack Time (ST), dimana pekerjaan yang dikerjakan lebih awal dari jadwal yang telah ditetapkan.

2.2.8 Istilah-Istilah Dalam Penjadwalan

Terdapat beberapa istilah umum yang akan digunakan dalam penjadwalan produksi antara lain sebagai berikut :

1. Processing time (waktu proses) adalah lama waktu untuk menyelesaikan suatu

job/pekerjaan. Dinotasikan sebagai ti.

2. Completion time (waktu penyelesaian) adalah merupakan rentang waktu antar

saat pekerjaan dimulai (t–0), sampai pekerjaan itu selesai. Disimbolkan dengan Ci.

3. Flow time (waktu alir) adalah waktu span antara point dimana job tersedia untuk diproses dan point job selesai dikerjakan. Flow time mengukur respon sistem pada permintaan-permintaan secara individual untuk pemrosesan dan merepresentasikan interval menunggu sebuah job antara kedatangan job dan penyelesaian job. Interval ini sering disebut turnaround time.

4. Lateness adalah nilai perbedaan antara waktu penyelesaian dengan due date. Dinotasikan dengan Li. Lateness mengukur kesesuaian penjadwalan dengan

due date. Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa bisa jadi suatu job

diselesaikan lebih awal dari due date, yang disebut negative lateness. Negative lateness menunjukkan bahwa pemrosesan lebih baik dari due date yang diharapkan, sedangkan positive lateness menunjukkan pemrosesan yang lebih buruk dari due date.


(33)

commit to user

5. Tardiness (Ti)adalah nilai positif dari lateness. Ti = max {0, Li}. Tardiness

(Ti) atau positive lateness biasanya digunakan untuk mengukur suatu keterlambatan.

6. Due date (batas waktu) (di) merupakan waktu maksimal yang dapat diterima

untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Kelebihan dari waktu yang ditetapkan, merupakan suatu kelambatan

7. Slack (kelonggaran) adalah nilai perbedaan antara due date dengan waktu proses. Dinotasikan sebagai SLi,SLi =di -ti

8. Makespan adalah total waktu proses yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu kumpulan job.

Kriteria untuk mengevaluasi sistem kontrol prioritas dapat dikategorikan sebagai berikut (Fogarty et. al., 1991):

1. Persentase ketepatan pengiriman order. a. Pelanggan.

b. Lini perakitan.

2. Rata-rata keterlambatan (mean tardiness). 3. Work-in-process (WIP).

4. Idle time.

5. Meminimasi setup time. 6. Penghematan energi.

2.3 Sequencing (Penentuan Urutan)

Penjadwalan memberikan suatu basis untuk penempatan tugas ke pusat-pusat kerja (work center), sedangkan loading adalah teknik pengendalian kapasitas yang menginformasikan tentang overloads atau underloads (Gaspersz, 2001). Apabila telah diketahui bahwa kapasitas cukup tersedia untuk melaksanakan operasi atau tugas-tugas, langkah selanjutnya adalah melakukan sequencing.

Sequencing menspesifikasikan dalam susunan atau urutan bagaimana tugas-tugas atau operasi tersebut dikerjakan pada setiap work center. Metode sequencing


(34)

tugas-tugas ke work center. Dengan demikian metode sequencing mengacu pada aturan-aturan prioritas untuk penugasan (priority rules for dispatching job).

Sequencing merupakan masalah yang cukup penting dalam analisis

produksi. Masalah yang dihadapi adalah adanya banyak job sedangkan ketersedian mesin terbatas. Job sequencing bertujuan untuk mencapai kriteria

performance tertentu yang optimal. Menurut Baroto (1999) beberapa kriteria yang

sering dipakai dalam pegurutan job antara lain sebagai berikut:

1. Mean Flow Time (MFT) atau rata-rata waktu job berada di dalam sistem.

2. Idle time atau waktu menganggur dari mesin.

3. Mean lateness atau rata-rata keterlambatan.

4. Mean number job in the sistem (WIP) atau rata-rata jumlah job dalam mesin 5. Make-span atau total waktu penyelesaian seluruh job.

Faktor yang mempengaruhi pelayanan suatu job adalah : 1. Jumlah job yang harus dijadwalkan.

2. Jumlah mesin yang tesedia.

3. Tipe manufaktur (flow shop atau job shop). 4. Pola kedatangan job (statik atau dinamik).

Flow time dalam sistem untuk job sequencing menunjukkan total waktu suatu pekerjaan berada dalam sistem, waktu selesai ini mencakup lama proses ditambah dengan waktu menunggu sampai pekerjaan yang bersangkutan mendapatkan giliran untuk diproses. Perhitungan flow time dirumuskan seperti dibawah ini :

F ij = F (i-1)j + p ij (2.7) untuk j = 1

F ij = [max { F i(j-1), F (i-1)j } ] + p ij (2.8) untuk j = 2, 3 dan 4

Keterangan :


(35)

commit to user

pij : waktu proses pada operasi j untuk job i (jam) p (i-1)j : waktu proses pada operasi j untuk job i-1 (jam)

Fi(j-1) : Flow time untuk pada operasi j-1 untuk job i (jam)

i : job ke- (1, 2, 3, ..., n)

j : operasi ke- (1, 2, 3, 4)

Lateness adalah nilai perbedaan antara waktu penyelesaian dengan due date. Dinotasikan dengan Li. Lateness mengukur kesesuaian penjadwalan dengan

due date. Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa bisa jadi suatu job

diselesaikan lebih awal dari due date, yang disebut negative lateness. Negative

lateness menunjukkan bahwa pemrosesan lebih baik dari due date yang

diharapkan, sedangkan positive lateness menunjukkan pemrosesan yang lebih buruk dari due date.

Tardiness (Ti) adalah nilai positif dari lateness. Ti = max {0, Li}.

Tardiness (Ti) atau positive lateness digunakan untuk mengukur suatu

keterlambatan.

2.4 Algoritma

2.4.1 Penjelasan Algoritma

Dalam matematika dan komputasi, algoritma atau algoritme merupakan kumpulan perintah untuk menyelesaikan suatu masalah. Perintah-perintah ini dapat diterjemahkan secara bertahap dari awal hingga akhir. Masalah tersebut dapat berupa apa saja, dengan catatan untuk setiap masalah, ada kriteria kondisi awal yang harus dipenuhi sebelum menjalankan algoritma. Algoritma akan dapat selalu berakhir untuk semua kondisi awal yang memenuhi kriteria, dalam hal ini berbeda dengan heuristik. Algoritma sering mempunyai langkah pengulangan (iterasi) atau memerlukan keputusan (logika Boolean dan perbandingan) sampai tugasnya selesai.

Desain dan analisis algoritma adalah suatu cabang khusus dalam ilmu komputer yang mempelajari karakteristik dan performa dari suatu algoritma dalam menyelesaikan masalah, terlepas dari implementasi algoritma tersebut. Dalam cabang disiplin ini algoritma dipelajari secara abstrak, terlepas dari sistem


(36)

komputer atau bahasa pemrograman yang digunakan. Algoritma yang berbeda dapat diterapkan pada suatu masalah dengan kriteria yang sama.

Kompleksitas dari suatu algoritma merupakan ukuran seberapa banyak komputasi yang dibutuhkan algoritma tersebut untuk menyelesaikan masalah. Secara informal, algoritma yang dapat menyelesaikan suatu permasalahan dalam waktu yang singkat memiliki kompleksitas yang rendah, sementara algoritma yang membutuhkan waktu lama untuk menyelesaikan masalahnya mempunyai kompleksitas yang tinggi.

Kata algoritma berasal dari latinisasi nama seorang ahli matematika dari Uzbekistan Al Khawārizmi (hidup sekitar abad ke-9), sebagaimana tercantum pada terjemahan karyanya dalam bahasa latin dari abad ke-12 "Algorithmi de numero Indorum". Pada awalnya kata algorisma adalah istilah yang merujuk kepada aturan-aturan aritmetis untuk menyelesaikan persoalan dengan menggunakan bilangan numerik arab (sebenarnya dari India, seperti tertulis pada judul di atas). Pada abad ke-18, istilah ini berkembang menjadi algoritma, yang mencakup semua prosedur atau urutan langkah yang jelas dan diperlukan untuk menyelesaikan suatu permasalahan (Wikipedia, 2011).

2.4.2 Nawaz, Enscore and Ham ( NEH )

Dalam menyelesaikan penjadualan pada sistem produksi bersifat flowshop,

Nawaz, Enscore, and Ham (1983) mengusulkan algoritma heuristik yaitu job yang

memiliki total waktu proses lebih besar dari job lain dengan total waktu proses yang lebih kecil, seharusnya diberi bobot yang lebih tinggi, sehingga dapat meminimumkan makespan (Wahyudi, 2009).

Adapun langkah-langkah algorirma Nawaz, Enscore, and Ham sebagai berikut :

1. Total waktu proses untuk pekerjaan j dihitung menggunakan rumusan

å

= =

4

1

j ij

i p

P (2.9)


(37)

commit to user

3. Ambil tiap-tiap pekerjaan sisa daftar yang disortir temukan jadwal yang terbaik contoh, jika ( j1, j2, j3) adalah urutan arus pekerjaan dan pekerjaan dijadwalkan r adalah pekerjaan yang sisa dengan Pr paling besar didaftar yang disortir, kemudian pekerjaan r bisa ditempatkan pada empat posisi: ( r, j1, j2, j3), ( j1, r, j2, j3), ( j1, j2, r, j3) atau ( j1, j2, j3, r). Urutan dengan sasaran terbaik berfungsi nilai di antara yang empat dipertimbangkan terpilih untuk perluasan lebih lanjut.

2.5 Software Borland Delphi 7

Borland Delphi 7 merupakan bahasa pemrograman berbasis Windows .

Delphi 7 dapat membantu untuk membuat berbagai macam aplikasi yang berjalan

di sistem operasi Windows , mulai dari sebuah program sederhana sampai dengan program yang berbasiskan client/server atau jaringan. Delphi, termasuk aplikasi yang dapat digunakan untuk mengolah teks, grafik, angka, database dan aplikasi web.

Untuk mempermudah pemrogram dalam membuat program aplikasi, Delphi

menyediakan fasilitas pemrograman yang sangat lengkap. Fasilitas pemrograman tersebut dibagi dalam dua kelompok, yaitu object dan bahasa pemrograman. Secara ringkas object adalah suatu komponen yang mempunyai bentuk fisik dan biasanya dapat dilihat ( visual ). Object biasanya dipakai untuk melakukan tugas tertentu dan mempunyai batasan-batasan tertentu. Sedangkan bahasa pemrograman secara singkat dapat disebut sebagai sekumpulan teks yang mempunyai arti tertentu dan disusun dengan aturan tertentu serta untuk menjalankan tugas tertentu. Gabungan dari object dan bahasa pemrograman ini sering disebut sebagai bahasa pemrograman berorientasi object atau Object

Oriented Programming (OOP) Bahasa pemrograman Delphi merupakan

pengembangan dari bahasa Pascal . Tetapi bukan berarti untuk mempelajari bahasa pemrograman Delphi harus mempelajari Pascal terlebih dahulu, karena Borland Delphi 7 sudah dirancang sedemikian rupa sehingga memudahkan bagi seorang pemula untuk merancang aplikasi berbasis Windows dengan Borland Delphi 7 .


(38)

Khusus untuk pemrograman database, Delphi menyediakan object yang sangat kuat, canggih dan lengkap, sehingga memudahkan pemrogram dalam merancang, membuat dan menyelesaikan aplikasi database yang diinginkan. Selain itu Delphi juga dapat menangani data dalam berbagai format database, misalnya format Ms-Access, SyBase, Oracle, Interbase, FoxPro, Informix, DB2 dan lain-lain. Format database yang dianggap asli dari Delphi adalah Paradox dan dBase.

Borland Delphi 7 merupakan pilihan bagi sebagian kalangan programmer

untuk membuat aplikasi. Hal ini disebabkan kelebihan yang ada pada Borland Delphi7 . Berikut ini sebagian kecil dari banyak kelebihan Borland Delphi 7 :

1. Berbasis Object Oriented Programming (OOP). Setiap bagian yang ada pada program dipandang sebagai suatu object yang mempunyai sifat-sifat yang dapat diubah dan diatur.

2. Satu file .exe. Setelah program dirancang dalam IDE (Intergrated

Development Environment) Delphi, Delphi akan mengkompilasinya

menjadi sebuah file executable tunggal. Program yang dibuat dapat langsung didistribusikan dan dijalankan pada komputer lain tanpa perlu menyertakan file DLL dari luar. Ini merupakan sebuah kelebihan yang sangat berarti.

3. Borland Delphi7 hadir bersama BorlandKylix3 yang berbasiskan Linux , sehingga memungkinkan programmer untuk membuat aplikasi

multi-platform.

Untuk dapat melakukan instalasi dan menggunakan Borland Delphi 7

dengan normal, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu sebagai berikut :

· Prosessor Pentium 233 MHZ atau yang lebih tinggi.

· Sistem Operasi Microsoft Windows XP, Windows 2000, atau Windows 98.

· Memory membutuhkan RAM 64 MB untuk edisi Architect,


(39)

commit to user

· Ruang Hard Disk Untuk edisi Architect membutuhkan 124 MB, untuk instalasi compact dan 520 MB untuk instalasi penuh. Untuk edisi Enterprise membutuhkan 124 MB, untuk instalasi compact dan450 MB untuk instalasi penuh. Untuk edisi Professional

membutuhkan 110 MB, untuk instalasi compact dan 400 MB untuk instalasi penuh. Untuk edisi Personal membutuhkan 175 MB, untuk instalasi compact dan 160 MB untuk instalasi penuh.

· CD-ROM drive

· Monitor SVGA

· Mouse

2.6 Microsoft Access

Microsoft Access (atau Microsoft Office Access) adalah sebuah program aplikasi basis data komputer relasional yang ditujukan untuk kalangan rumahan dan perusahaan kecil hingga menengah. Aplikasi ini merupakan anggota dari beberapa aplikasi Microsoft Office, selain tentunya Microsoft Word, Microsoft Excel, dan Microsoft PowerPoint. Aplikasi ini menggunakan mesin basis data Microsoft Jet Database Engine, dan juga menggunakan tampilan grafis yang intuitif sehingga memudahkan pengguna.

Microsoft Access dapat menggunakan data yang disimpan di dalam format Microsoft Access, Microsoft Jet Database Engine, Microsoft SQL Server, Oracle Database, atau semua kontainer basis data yang mendukung standar ODBC. Para pengguna/programmer yang mahir dapat menggunakannya untuk mengembangkan perangkat lunak aplikasi yang kompleks, sementara para programmer yang kurang mahir dapat menggunakannya untuk mengembangkan perangkat lunak aplikasi yang sederhana. Access juga mendukung teknik-teknik pemrograman berorientasi objek, tetapi tidak dapat digolongkan ke dalam perangkat bantu pemrograman berorientasi objek

Microsoft merilis Microsoft Access 1.0 pada bulan November 1992 dan dilanjutkan dengan merilis versi 2.0 pada tahun 1993. Microsoft menentukan spesifikasi minimum untuk menjalankan Microsoft Access 2.0 adalah sebuah komputer dengan sistem operasi Microsoft Windows 3.0, RAM berkapasitas 4


(40)

megabyte (6 megabyte lebih disarankan) dan ruangan kosong hard disk yang dibutuhkan 8 megabyte (14 megabyte lebih disarankan). Versi 2.0 dari Microsoft Access ini datang dengan tujuh buah disket floppy 3½ inci berukuran 1.44

megabyte.

Perangkat lunak tersebut bekerja dengan sangat baik pada sebuah basis data dengan banyak record tapi terdapat beberapa kasus di mana data mengalami kerusakan. Sebagai contoh, pada ukuran basis data melebihi 700 megabyte sering mengalami masalah seperti ini (pada saat itu, memang hard disk yang beredar masih berada di bawah 700 megabyte). Buku manual yang dibawanya memperingatkan bahwa beberapa kasus tersebut disebabkan oleh driver perangkat yang kuno atau konfigurasi yang tidak benar.

Nama kode (codename) yang digunakan oleh Access pertama kali adalah Cirrus yang dikembangkan sebelum Microsoft mengembangkan Microsoft Visual Basic, sementara mesin pembuat form antarmuka yang digunakannya dinamakan dengan Ruby. Bill Gates melihat purwarupa (prototype) tersebut dan memutuskan bahwa komponen bahasa pemrograman BASIC harus dikembangkan secara bersama-sama sebagai sebuah aplikasi terpisah tapi dapat diperluas. Proyek ini dinamakan dengan Thunder. Kedua proyek tersebut dikembangkan secara terpisah, dan mesin pembuat form yang digunakan oleh keduanya tidak saling cocok satu sama lainnya. Hal tersebut berakhir saat Microsoft merilis Visual Basic for Applications (VBA).

2.7 Penelitian Sebelumnya

1. Penjadwalan Produksi Flowshop Menggunakan Algoritma Genetika dan NEH

Penelitian ini dilakukan oleh Satriawan, dkk (2010). Metode penjadwalan yang digunakan dalam penelitian ini adalah algoritma genetika dan algoritma Nawaz, Enscore, Ham (NEH). Algoritma genetika berpeluang untuk menemukan daerah solusi yang merupakan solusi global optimum.

NEH merupakan salah satu algoritma yang bersifat constructive heuristik. Algoritma NEH mengasumsikan bahwa job yang memiliki total


(41)

commit to user

dibandingkan job dengan total waktu proses yang lebih kecil. Sehingga

NEH menginisialisasikan urutan job secara descending berdasarkan total waktu proses tiap jobnya. Setelah itu akan dilakukan proses partial sequence, yaitu menentukan urutan terbaik dari setiap posisi job yang mungkin. Algoritma genetika & NEH telah berhasil diterapkan pada kasus penjadwalan produksi flowshop dengan tujuan minimasi makespan.

2. Penjadwalan Pekerjaan Pada Flexible Flowshop Dengan Kriteria Minimasi Mean Tardiness Di CV. Dimas Rotan Sukoharjo

Penelitian ini dilakukan oleh Supriyanto (2008). Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan algoritma penjadwalan Nawas,

Enscore and Ham (1983) pada flexible flow shop dengan kriteria minimasi

mean tardiness dan menyusun jadwal produksi pada flexible flow shop

dengan kriteria minimasi mean tardiness.

CV. Dimas Rotan merupakan perusahan meubel berorentasi ekspor yang berlokasi di Trangsan, Gatak, Sukoharjo. Dalam memenuhi permintaan konsumen, perusahaan menggunakan strategi make to order, sehingga produk yang diproduksi merupakan pesanan dari pembeli (buyer).

Dalam penelitian ini prioritas yang dikembangkan menggunakan

dispantching rules yaitu EDD (Earliest Due Date), FCFC (First Come First Served,) NEH (Nawas, Enscore and Ham). Penggunaan ketiga proritas ini didasarkan aturan prioritas (priority rule) memberikan panduan mengurutkan pekerjaan yang harus dilakukan.

3. Perancangan Program Aplikasi Penjadwalan Proses Produksi Buku Tulis Pada Jalur Mesin 321 di PT. Solo Murni Dengan menggunakan Pendekatan Drum-Buffer-Rope (DBR)

Penelitian ini dilakukan oleh Sithoresmi (2010). Tujuan dari penelitian ini adalah merancang algoritma penjadwalan produksi buku tulis yang melewati jalur mesin 321 dengan menggunakan pendekatan DBR

untuk meminimasi bottleneck yang terjadi jalur tersebut dan membuat program aplikasi penjadwalan produksi yang dapat membantu proses


(42)

penjadwalan produksi buku tulis jalur mesin 321 PT. Solo Murni dengan menggunakan pendekatan DBR.

Sistem produksi buku tulis pada jalur mesin 321 di PT. Solo Murni adalah mixed model repetitive flowshop, artinya bahwa lini produksi tersebut mengerjakan berbagai jenis model dalam satu lini produksi. Sedangkan sistem produksi flowshop ditunjukkan dengan pengerjaan order dari stasiun pertama hingga stasiun terakhir dalam proses produksinya dengan tidak mengalami proses balik ke bagian hulu atau bagian produksi sebelumnya dan setiap stasiun kerja memiliki jumlah server (mesin) yang berbeda-beda.

Selama ini metode penjadwalan yang digunakan adalah forward

scheduling (PT. Solo Murni, 2009). Metode forward scheduling yaitu

penjadwalan produksi dilakukan mulai dari stasiun kerja awal berurut-urut hingga stasiun kerja akhir. Order-order yang datang diproduksi dengan urutan atau aturan FCFS (First Come First Serve), yaitu order yang pertama datang maka order juga pertama diproduksi dahulu.

Program aplikasi dibuat sesuai algoritma penjadwalan produksi buku tulis pada jalur mesin 321 dengan menggunakan pendekatan DBR. Rancangan program aplikasi penjadwalan produksi buku tulis pada jalur mesin 321 terdiri atas diagram alir program, syntax program dan interface


(43)

commit to user

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian menggambarkan tahapan-tahapan penelitian yang akan dilakukan dalam pemecahan masalah yang membentuk sebuah alur yang

sistematis. Tahapan-tahapan penelitian tersebut ditampilkan pada gambar 3.1 di bawah ini.


(44)

Gambar 3.1. Alur Metodologi Penelitian

Penjelasan mengenai metodologi penelitian sebagaimana gambar 3.1 di atas, diuraikan sebagai berikut.

3.1 Identifikasi Permasalahan 3.1.1 Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai teori-teori dan konsep-konsep yang akan digunakan dalam menyelesaikan permasalahan yang diteliti serta untuk mendapatkan dasar-dasar referensi yang kuat dalam menerapkan suatu metode yang digunakan. Studi pustaka dilakukan dengan mengeksplorasi buku-buku, jurnal, penelitian-penelitian dan sumber-sumber lain yang terkait dengan permasalahan yang ada.

3.1.2 Studi Lapangan

Tahap ini dilakukan untuk mengidentifikasi permasalahan yang ada di perusahaan dan juga untuk mengetahui sistem penerimaan order PT. Wangsa

Jatra Lestari, yang akan digunakan sebagai landasan untuk menggambarkan latar belakang dari permasalahan yang dihadapi. Informasi-informasi yang dibutuhkan didapatkan dari observasi langsung di PT. Wangsa Jatra Lestari, wawancara dengan pihak pemasaran, PPIC, logistik dan juga maintenance. Hasil observasi ini akan menjadi suatu dasar rekomendasi untuk perbaikan proses penjadwalan produksi dan menetapkan tujuan penelitian yang akan dicapai.


(1)

commit to user

prosedur penjadwalan. Apabila ada order baru yang masuk, maka ready time

berada pada posisi t. Kondisi ini bersifat kontinu. Sehingga proses produksi untuk penjadwalan order yang baru dapat dimulai setelah penjadwalan untuk order lama telah berakhir.

Rencana perbaikan metode penjadwalan produksi shopping bag dilakukan dengan algoritma Nawaz, Enscore and Ham (NEH) dengan kriteria minimasi total tardiness. Prosedur penjadwalan produksinya memerlukan beberapa data permesinan, antara lain kapasitas, waktu setup, waktu transfer, downtime setiap mesin, tanggal produksi (ready date), ready time dan jam kerja normal. Sedangkan untuk data order diperlukan data-data antara lain spesifikasi order, spesifikasi kertas, spesifikasi handle dan spesifikasi kerja. Selain itu juga diperlukan data hari libur dan jam kerja normal karyawan.

5.3 Analisis Program Aplikasi Penjadwalan Produksi Shopping Bag

Dalam proses penjadwalannya, PT Wangsa Jatra Lestari menggunakan metode First Come First Serve (FCFS). Sedangkan dalam proses perhitungan penjadwalannya menggunakan Open Office Calc.

Tabel 5.2 Perbandingan Media Penjadwalan yang digunakan oleh perusahaan dengan penjadwalan menggunakan Program Aplikasi

No

Penjadwalan dengan media yang digunakan oleh

Perusahaan

Penjadwalan dengan Program Aplikasi

1 Open Office Calc Borland Delphi 7.0 dan Microsoft Access

2 Perhitungan yang dilakukan dengan metode First Come First Serve (FCFS)

Perhitungan yang dilakukan dapat menggunakan metode NEH dengan kriteria minimasi total tardiness


(2)

commit to user

Lanjutan Tabel 5.2

No

Penjadwalan dengan media yang digunakan oleh

Perusahaan

Penjadwalan dengan Program Aplikasi

4 Tidak bisa mengakomodir order

sisipan

Order sisipan dapat diakomodir

5 Perhitungan lebih lama Perhitungan menjadi lebih cepat dan mudah

Media penjadwalan yang digunakan oleh perusahaan hanya terbatas menggunakan metode-metode yang sederhana. Selain itu, tidak ada penyesuaian

ready time pada proses penjadwalan. Sedangkan program aplikasi yang dibuat menggunakan algoritma Nawaz, Enscore and Ham (NEH). Program aplikasi ini dibuat dengan kondisi kontinu. Penjadwalan dapat dilakukan pada ready time

yang sesuai dengan kebutuhan penjadwalan. Order sisipan juga dapat dipertimbangkan untuk dimasukkan ke dalam proses penjadwalan yang telah dilakukan.

Form Input Order digunakan untuk memasukkan informasi mengenai

order. Meliputi Spesifikasi Order, Spesifikasi Kertas, Spesifikasi Handle dan Spesifikasi Kerja. Pada Spesifikasi Order terdapat input Nomor Urut, Nomor

Order, Tanggal Pesan, Tanggal Penyerahan, Nama Order dan Perusahaan Pemesan. Pada Spesifikasi Kertas terdapat input Ukuran kertas, Jenis kertas dan Warna Kertas. Spesifikasi Handle terdapat input Panjang Handle, Diameter

Handle dan Warna Handle. Sedangkan pada Spesifikasi Kerja terdapat input

Jumlah Cetakan, Jenis Laminating, Jumlah Order dan Ukuran Cetak.

Pada Form Input Kapasitas digunakan untuk memasukkan informasi permesinan. Meliputi Kapasitas, Waktu Setup, Waktu Transfer, dan Downtime

pada setiap mesin, Tanggal Produksi (ready date), Ready Time dan Jam Kerja Normal. Form ini cukup diinputkan satu kali kemudian dapat digunakan untuk melakukan penjadwalan seluruh order.

Pada Preview Job Order terdapat rekap order yang telah diinputkan data-datanya. Sedangkan Print Preview adalah hasil dari perintah cetak pada Preview


(3)

commit to user

Job Order. Pada Preview Job Sheet terdapat informasi spesifikasi tiap order. Pada

form-form ini, terdapat menu print, sehingga informasi yang terdapat pada form

ini dapat dicetak.

Form Proses Data digunakan untuk memproses waktu proses dan algoritma Nawaz, Enscore and Ham (NEH). Pada menu ini, hanya terdapat perintah untuk melakukan perhitungan waktu proses dan perhitungan penjadwalan dengan algoritma Nawaz, Enscore and Ham (NEH). Form ini digunakan untuk menampilkan hasil perhitungan waktu proses dari tiap-tiap mesin.

Pada Form Laporan terdapat informasi Flowtime dan Job Lateness.

Sedangkan untuk hasil penjadwalan aktual dari algoritma Nawaz, Enscore and Ham (NEH) dapat dilihat Print Preview Laporan Penjadwalan. Pada Print Preview laporan lembur dapat dilihat waktu lembur yang diperlukan untuk menyelesaikan order yang terlambat.

Form Administrasi Hari Libur digunakan untuk memasukkan data-data

hari libur produksi. Pada form ini juga terdapat perintah untuk melakukan

Back Up data. Sehingga data-data penjadwalan yang telah dilakukan dapat tetap tersimpan.

Pada program aplikasi ini dalam validasinya dilakukan perbandingan perhitungan antara perhitungan manual yang dihitung sesuai algoritma penjadwalan Nawaz, Enscore and Ham (NEH) dan perhitungan dengan program aplikasi. Hasil perhitungannya secara umum adalah sama. Yang membedakan adalah nilai angka dibelakang koma dan selisih menit pada Laporan Penjadwalan. Hal ini disebabkan karena jika pada perhitungan manual yang dilakukan menggunakan Mirosoft Excel, pada proses perhitungannya nilai angka dibelakang koma diproses semua. Sedangkan pada program aplikasi, pada proses perhitungannya hanya nilai angka yang tertera.

5.4 Analisis Perbandingan Besarnya Waktu Keterlambatan

Berdasarkan metode yang digunakan oleh perusahaan dan data hasil perhitungan program aplikasi maka dapat dilakukan suatu perbandingan besarnya waktu keterlambatan pada setiap order yang diproduksi. Perbandingan besarnya waktu keterlambatan tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.1 dan 5.2 di bawah ini.


(4)

commit to user

Tabel 5.1 Penjadwalan Urutan Job dengan Metode FCFS

Completion Time (jam)

Job

Printing Laminating Punch Handwork

Kapasitas Produktif

(jam)

Tardiness

(jam)

Spiriva 7,94 20,33 35,75 40,72 64,71 0

Desert Bloom 11,02 23,02 41,48 42,44 21,57 20,87

Takashimaya Small 15,57 28,65 50,17 54,45 35,95 18,50

Takashimaya Trapezoid 18,78 31,60 56,17 58,22 71,90 0

Tabel 5.2 Penjadwalan Urutan Job Program Aplikasi dengan Algoritma Nawaz, Ensore and Ham (NEH)

Completion Time (jam)

Job

Printing Laminating Punch Handwork

Kapasitas Produktif

(jam)

Tardiness

(jam)

Desert Bloom 3,07 5,76 11,50 12,45 21,57 0

Takashimaya Trapezoid 6,28 9,23 17,50 19,55 71,90 0

Takashimaya Small 10,84 16,47 26,18 30,47 35,95 0

Spiriva 18,78 31,17 46,58 51,55 64,71 0

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa besarnya keterlambatan order

antara metode yang digunakan oleh perusahaan dan data hasil perhitungan

program aplikasi. Total tardiness yang didapat dari metode FCFS adalah 39,37 jam. Sedangkan pada program aplikasi dengan menggunakan algoritma

Nawaz, Enscore and Ham (NEH) didapat total tardiness 0 jam atau tidak mengalami keterlambatan.

5.5 Intepretasi Hasil

Pada program aplikasi penjadwalan produksi ini, terdapat 3 form input, yaitu form input order, form input kapasitas dan form input administrasi. Form-form tersebut dapat membantu proses penginputan data-data yang akan digunakan sebagai informasi penjadwalan. Dengan adanya form-form tersebut, maka proses penginputan data menjadi lebih cepat dan mudah.

Pada Bab IV telah dilakukan contoh perhitungan numerik. Perhitungan tersebut dilakukan terhadap 4 order. Dengan adanya program aplikasi, maka dapat


(5)

commit to user

dan Laporan Lembur. Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh hasil dari setiap proses perhitungan tersebut hanya membutuhkan waktu selama 2 detik. Dengan hasil ini, maka program aplikasi yang telah dibuat dapat membantu mempercepat dan mempermudah proses penjadwalan produksi.

Kelebihan dari program aplikasi penjadwalan produksi ini adalah:

1. Program aplikasi yang telah dibuat merupakan program aplikasi yang user friendly, sehingga akan mudah dalam penerapan dan penggunaannya. 2. Interface aplikasi ini sudah menggunakan tombol button, sehingga lebih

mudah dalam pengoperasiannya.

3. Aplikasi ini memberikan manfaat berupa kemudahan menyimpan data

order, serta aktivitas pengolahan data dapat dilakukan dengan tepat sehingga resiko-resiko human error dapat diminimalkan.

4. Aplikasi ini mampu menampilkan data waktu proses, data job sequencing

dengan algoritma NEH (Nawaz, Enscore and Ham), data laporan penjadwalan, dan data laporan lembur.

5. Aplikasi ini terdapat perintah print untuk data setiap order, daftar order shopping bag yang akan dijadwalkan, laporan penjadwalan, dan laporan lembur.

6. Aplikasi ini mampu menyimpan data hari libur.

7. Aplikasi ini dilengkapi dengan fitur back up data untuk menyimpan data penjadwalan yang telah dilakukan.


(6)

commit to user

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Algoritma NEH (Nawaz, Enscore and Ham) pada umumnya bertujuan untuk meminimumkan makespan, namun pada penelitian ini, tujuan atau kriteria dari algoritma NEH dapat dilakukan modifikasi, yaitu minimasi total tardiness.

2. Berdasarkan contoh numerik dengan Algoritma NEH, maka dapat meminimasi total tardiness sebesar 39,37 jam atau dapat meminimasi

total tardiness hingga 100% dari metode yang digunakan oleh perusahaan.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini beberapa hal disarankan kepada PT. Wangsa Jatra Lestari dan penelitian-penelitian selanjutnya. Saran-saran

tersebut adalah:

1. Penelitian selanjutnya diharapkan mampu mengembangkan rancangan usulan dengan mengakomodasi kejadian ketidaktersediaan material sehingga metode penjadwalan produksi shopping bag, PT. Wangsa Jatra Lestari lebih sesuai dengan kondisi nyata di lantai produksi.

2. Untuk dapat melakukan implementasi program aplikasi di perusahaan, maka dibutuhkan pelatihan terhadap sumber daya manusia yang akan menggunakan program aplikasi ini serta dibutuhkan media untuk mengoperasikan program aplikasi yaitu seperangkat komputer spesifikasi minimal dengan sistem operasi Windows XP.