Indikator Kemampuan Membaca Al -Quran.

yang sempurna tanpa berlebihan, kasar, tergesa-gesa dan dipaksa- paksakan. 14 Membaca Al-Quran merupakan suatu ibadah, oleh karenanya harus dibaca sesuai dengan aturan yang telah ditentukan. Dengan demikian membaca Al-Quran yang bertajwid memperbaiki bacaan dengan menata huruf sesuai dengan tempatnya maka hal tersebut juga termasuk ibadah.

3. Metode Pengajaran Pada Program BTA

Dalam pembelajaran membaca Al-Quran, perlu adanya metode yang tepat agar tujuan pembelajaran membaca Al-Quran dapat tercapai dengan tepat dan lancar. Metode-metode yang digunakan adalah metode musyofahah antara lain: a. Guru membaca terlebih dahulu kemudian disusul anak atau murid. Dengan metode ini guru dapat menerapkan cara membaca huruf dengan benar melalui lidahnya. Sedangkan anak akan dapat melihat dan menyaksikan langsung praktik keluarnya huruf dari lidah guru untuk ditirukannya, yang disebut dengan musyafahah adu lidah. Metode ini diterapkan Rasul kepada kalangan sahabat. b. Murid membaca di depan guru, sedangkan guru menyimaknya. Metode ini dikenal dengan metode sorogan atau ardul qiraah setoran bacaan. Metode ini dipraktikkan oleh Rasulallah SAW. bersama malaikat Jibril kala tes bacaan Al-Quran di bulan Ramadhan. c. Guru mengulang-ulang bacaan, sedang anak atau murid menirukannya kata perkata dan kalimat perkalimat juga secara berulang-ulang hingga terampil dan benar. Metode yang cocok untuk anak-anak pada masa ini ialah metode kedua, karena pada metode ini terdapat sisi positif yaitu 14 Mudzakir AS. op.cit. h. 265 aktifnya murid cara belajar siswa aktif. Untuk tahap awal proses pengenalan kepada anak-anak pemula, metode yang tepat ialah metode pertama, sehingga anak atau murid telah mampu mengekspresikan bacaan huruf-huruf hijaiyyah secara tepat dan benar. Sedangkan metode ketiga cocok untuk mengajar anak-anak untuk menghafal.

4. Cakupan Materi BTA

Mengenai cakupan materi, ini merupakan langkah yang harus diperhatikan dalam rangka menyampaikan materi yang akan diajarkan. Pada prinsipnya dalam pembelajaran diharuskan adanya cakupan materi sebagai bahan yang harus diajarkan kepada siswa. Hal ini juga digunakan dalam menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar sehingga dapat merumuskan indikator dalam pembelajaran yang akan dilakukan. Pada prinsipnya pembelajaran BTA dibagi menjadi dua hal yang pokok yaitu pembelajaran keterampilan membaca dan pembelajaran keterampilan menulis Al-Quran. Keterampilan yang diharapkan dalam materi membaca Al-Quran antara lain siswa mampu: a. Melafalkan surat-surat tertentu dalam Juz Amma sebagai tahap awal membaca. b. Membaca huruf-huruf hijaiyah sesuai makhrojnya. c. Membaca Al-Quran dengan baik dan benar sesuai kaidah ilmu tajwid. d. Pembelajaran Keterampilan Menulis. Sedang keterampilan yang diharapkan dalam menulis Al-Quran adalah siswa mampu : a. Menulis huruf-huruf hijaiyah secara terpisah dan tanda bacanya. b. Menulis huruf-huruf hijaiyah secara tersambung dan tanda bacanya. c. Menulis surat-surat Juz Amma sesuai tanda bacanya Dari pemaparan di atas, dapat diketahui bahwa aktivitas pembelajaran BTA adalah kegiatan yang melibatkan jasmani dan rohani siswa untuk mengikuti Pembelajaran BTA. Kegiatan pembelajaran BTA ini dilaksanakan dengan menggunakan metode pengajaran dan cakupan materi yang akan diajarkan. Dengan penggunaan metode yang efektif akan meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran BTA. Karena dengan adanya keaktifan, siswa berinteraksi dengan lingkungan belajarnya, sehingga melalui dirinya sendiri, siswa akan mendapatkan pengalaman yang baru dalam dirinya.

B. Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar

Skinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun. Skinner, seperti yang dikutif Barlow dalam bukunya Education Psychology: The teaching-learning process, berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. 15 Menurut Zuraida Zahara Belajar adalah “suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu. interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif ”. 16 Sedangkan jika dilihat dari sudut ilmu mendidik menurut M. Ngalim Purwanto, belajar berarti perbaikan dalam tingkah laku dan kecakapan- 15 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Cet. II,2003. ,h. 64 16 Nuraida Zahara, Psikologi Pendidikan Untuk Guru PAI, Lembaga Penelitian UIN Syarif HidayatullahJakarta, Cet. I , 2011, h. 85. kecakapan manusia, atau memperoleh kecakapan-kecakapan dan tingkah laku yang baru ”. 17 Purwanto, M.Pd, menyatakan bahwa belajar adalah proses untuk membuat perubahan dalam diri siswa dengan cara berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pada teori belajar perilaku, proses belajar cukup dilakukan dengan mengikatkan antara stimulus dengan respon secara berulang, sedang pada teori kognitif, proses belajar membutuhkan pengertian dan pemahaman. 18 Belajar menurut Hintzman dalam bukunya The Psychology of Learning and Memory yang dikutip oleh Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi Belajar bependapat bahwa “Belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme manusia atau hewan, disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.” Jadi, dalam pandangan Hintzman, perubahan yang ditimbulkan oleh pengalaman tersebut baru dapat dikatakan belajar apabila mempengaruhi organisme. 19 Berdasarkan uraian tentang beberapa definisi belajar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku pembelajar yang relatif permanen yang merupakan hasil dari praktek atau pengalaman pembelajar. Kata “prestasi” berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti “hasil usaha”. 20 Prestasi menurut Kamus Lengkap Bahsa Indonesia adalah hasil 17 M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Remaja Rosda Karya, Cet. 23 , 2007.h.89 18 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, Yogyakarta: pustaka Pelajar, Cet.II, 2010. h. 43 19 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, op.cit. h. 65 20 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cet. V, 2013, h. 12