yang menentang cerita, dan tokoh tritagonis tokoh pembantu Waluyo, 2001: 16. Setelah penokohan adalah dialog. Dialog merupakan ciri khas yang terdapat
dalam drama dan karena itulah yang membedakannya dengan novel dan puisi Waluyo, 2001: 22. Selain dialog percakapan dua orang atau lebih, terdapat
pula monolog percakapan dengan diri sendiri. Selanjutnya, latar adalah tempat kejadian cerita yang meliputi tiga dimensi, yaitu tempat, ruang, dan waktu
Waluyo, 2001: 23. Tema merupakan gagasan pokok yang terkandung dalam drama. Menurut
Waluyo 2001: 26, tema merupakan struktur dalam dari sebuah karya sastra. Tema berhubungan dengan sudut pandang atau point of view. Selanjutnya, amanat
merupakan pesan yang ingin disampaikan penulis pada pembaca Waluyo, 2001: 28. Dan terakhir adalah teks samping. Naskah drama membutuhkan teks samping
untuk memberikan petunjuk kapan aktor harus melakukan adegan Waluyo, 2001: 29. Teks samping berisi petunjuk teknis tentang tokoh dan tindakannya.
Penulisan teks samping berbeda dengan dialog. Biasanya teks samping ditulis miring atau kapital atau dicetak tebal atau ditulis dalam kurung Waluyo, 2001:
29.
3. Jenis Drama
Drama dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. Menurut Kosasih 2008: 86 drama dibedakan menjadi empat jenis, yaitu tragedi, komedi, melodrama, dan
dagelan. Jenis drama tragedi adalah jenis drama yang di dalamnya memunculkan kisah menyedihkan yang dialami seseorang. Drama komedi ialah drama yang
menimbulkan tawa karena kelucuan ceritanya. Sementara melodrama merupakan lakon yang sangat sentimentil dengan tokoh dan cerita yang mendebarkan hati dan
mengharukan Waluyo, 2001: 40. Kemudian, dagelan yaitu drama yang berisi banyolan, aroma kocak dan cerita yang bersifat ringan.
Jenis drama menurut Wiyanto 2002: 7-10 ada delapan, yakni tragedi, komedi, tragekomedi, opera, melodrama, farce, tablo, dan sendratari. Sementara
menurut Dewojati 2010: 42, jenis drama ada lima yakni tragedi, komedi, komedi baru, melodrama, dan tragekomedi. Berbeda lagi dengan Waluyo 2001: 38 yang
hanya membagi jenis drama menjadi empat, yaitu tragedi, komedi, melodrama, dan dagelan.
C. Pembelajaran Menulis Naskah Drama
Pembelajaran menulis naskah drama merupakan suatu proses dalam mengungkapkan ide, gagasan, ataupun pikiran ke dalam bentuk dialog-dialog
dalam sebuah cerita menjadi bentuk tertulis. Pembelajaran menulis naskah drama meliputi proses penulisan hingga menghasilkan suatu produk akhir berupa naskah
drama yang telah jadi.
Menurut Wiyanto 2002: 18, menulis naskah drama berbeda dengan
menulis puisi atau prosa. Pada penulisan puisi, harus memperhatikan jumlah kata, rima, larik, bait, dan irama. Pada penulisan prosa, harus dalam bentuk paragraf
dengan kutipan langsung atau percakapan. Sedangkan pada penulisan naskah drama, harus terdapat dialog dan teks samping. Dalam penulisan naskah drama
tidak perlu memperhatikan jumlah kata, rima, larik, bait, dan irama seperti dalam
penulisan puisi, dan juga tidak ditulis dalam bentuk paragraf seperti prosa. Namun, penulisan naskah drama mengandung teks samping dan disajikan dalam
bentuk dialog. Teks samping merupakan petunjuk teknis bagi seoarang aktor kapan harus
melakukan adegan. Pada hakikatnya, teks samping berisi petunjuk teknis tentang tokoh dan tindakannya Waluyo, 2001: 26. Penulisan teks samping berbeda
dengan penulisan dialog. Biasanya teks samping ditulis miring atau kapital atau dicetak tebal atau ditulis dalam kurung.
D. Strategi-Strategi Pembelajaran Menulis Naskah Drama