EKSPERIMENTASI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN TIPE JIGSAW PADA POKOK BAHASAN STATISTIKA DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR PADA SISWA SMA DI KABUPATEN KOTA WARINGIN BARAT

(1)

commit to user

EKSPERIMENTASI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN

TIPE JIGSAW PADA POKOK BAHASAN STATISTIKA DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR PADA SISWA SMA

DI KABUPATEN KOTA WARINGIN BARAT

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajad Magister Program Studi

Pendidikan Matematika

Diajukan Oleh : MUHAMAD HAMDANI

S. 850809110

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA


(2)

commit to user

EKSPERIMENTASI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN

TIPE JIGSAW PADA POKOK BAHASAN STATISTIKA DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR PADA SISWA SMA

DI KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

Disusun Oleh

MUHAMAD HAMDANI S. 850809110

Telah disetujui Tim Pembimbing Pada Tanggal : Januari 2011

Pembimbing I

Pembimbing II

Drs.Tri Atmojo K,M.Sc.Ph.D Drs. Suyono, M.Si NIP.19630826 198803 1002 NIP.19500301 197603 1002

Mengetahui

Kaprodi Pendidikan Matematika PPs Universitas Sebelas Maret

Dr. Mardiyana, M.Si NIP.19660225 199302 1002

EKSPERIMENTASI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF


(3)

commit to user

TIPE JIGSAW PADA POKOK BAHASAN STATISTIKA DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR PADA SISWA SMA

DI KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

Disusun Oleh :

MUHAMAD HAMDANI S. 850809110

Telah Disetujui dan Disahkan Oleh Tim Penguji Pada Tanggal : Januari 2011

Jabatan Nama Tanda Tangan

Ketua : Dr. Mardiyana, M.Si ... Sekretaris : Dr. Riyadi, M.Si ... Penguji : 1. Drs. Tri Atmojo K, M.Sc, Ph.D ... 2. Drs. Suyono, M.Si ...

Surakarta, Januari 2011

Mengetahui Ketua Program Studi

Direktur PPs UNS Pendidikan Matematika

Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D Dr. Mardiyana, M.Si

NIP.19570820 198503 1 004 NIP.19660225 199302 1 002


(4)

commit to user Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : Muhamad Hamdani NIM :

S 850809110

Menyatakan dengan sungguhnya, bahwa tesis berjudul ”Eksperimentasi Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dan Tipe Jigsaw Pada Pokok Bahasan Statistika Ditinjau Dari Aktivitas Belajar Pada Siswa SMA Di Kabupaten Kotawaringin Barat adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis tersebut ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta, Januari 2011 Yang membuat pernyataan

Muhamad Hamdani


(5)

commit to user

Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang berilmu

( Q.S. Al-Mujadilah:11)

Lihatlah orang yang lebih bawah dari pada kalian, dan janganlah melihat orang yang lebih atas dari kalian. Maka yang demikian itu lebih patut agar kalian tidak

meremehkan nikmat Allah kepada kalian.

(H.R. Abu Hurairah)

PERSEMBAHAN


(6)

commit to user

1.Isteriku Antung Attaubah yang telah mendampingi,

mendoakan dan memberikan motivasi dalam penulisan

tesis dan studi ini.

2.Anak-anakku Ahmad Fajrin Riadi, Nidia Fajriyati,

Ahmad Hafiz Noorfaizin, yang selalu mendo’akan untuk

keberhasilan dalam penyelesaian tesis dan studi ini.

3.Seluruh keluarga yang telah memberikan bantuan, motivasi,

dan do’anya dalam penulisan tesis dan studi ini.

4.Rekan-rekan seperjuangan yang telah memberikan semangat

dan bantuan.

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis


(7)

commit to user

ini,yang merupakan sebagian persyaratan untuk mencapai derajad magister pada

Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, dengan judul: “Eksperimentasi Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement

Division (STAD) dan Tipe Jigsaw Pada Pokok Statistika Ditinjau Dari Aktivitas

Belajar Pada Siswa SMA di Kabupaten Kotawaringin Barat

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung terselesaikannya tesis ini :

1. Prof. Dr. Much. Syamsul Hadi, dr. Sp Kj (K), Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis dalam menempuh studi sampai selesai di Program Pascasarjana Pendidikan Matematika Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Prof. Drs. Suranto,M.Sc, Ph.D, Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian kepada penulis sehingga penulis mendapatkan kemudahan-kemudahan dalam melakukan penelitian.

3. Rektor dan Dekan FKIP Universitas Palangkaraya yang telah memberikan ijin untuk melanjutkan pendidikan pada Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Dr. Mardiyana, M.Si, Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan dorongan dan pengarahan sehingga terselesaikan tesis ini.

5. Drs. Tri Atmojo K, M.Sc. Ph.D, sebagai pembimbing I, yang telah banyak memberikan bimbingan dan dukungan penulisan tesis ini.

6. Drs. Suyono, M.Si, sebagai pembimbing II, yang telah dengan kesabarannya memberikan bimbingan kepada penulis.


(8)

commit to user

7. Bapak/Ibu dosen Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bekal dalam penyusunan tesis ini melalui perkuliahan.

8. Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga. Kabupaten Kotawaringin Barat yang telah memberikan ijin/rekomendasi kepada penulis sehingga penulis mendapatkan kemudahan dalam melakukan penelitian.

9. Kepala sekolah SMA-1 Pangkalan Bun dan Kepala sekolah SMAN-1 Kumai serta Kepala Sekolah SMA PGRI Pangkalan Bun yang telah memberikan kesempatan dan membantu penulis dalam mengumpulkan data penelitian.

10.Guru matematika SMAN-1 Pangkalan Bun dan SMAN-1 Kumai serta SMA PGRI Pangkalan Bun yang telah melakasanakan pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan kooperatif tipe Jigsaw.

11.Siswa-siswi kelas XI SMAN-1 Pangkalan Bun dan SMAN-1 Kumai dan SMA PGRI Pangkalan Bun atas bantuan dan kerja samanya.

12.Semua keluarga yang telah membantu dan memberikan kesempatan, dorongan dan kesabarannya.

13.Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah membantu terselesainya tesis ini.

Semoga semua amal baik mereka yang telah diberikan kepada penulis, mendapat ridha dari Allah SWT.

Penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca. Semoga tesis ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu, khususnya dibidang


(9)

commit to user pendidikan matematika.

Surakarta, Januari 2011 Penulis


(10)

commit to user DAFTAR ISI Halaman JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN……….... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN... MOTTO... PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR……… DAFTAR ISI………... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK... ABSTRACT...

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah...………... B. Identifikasi Masalah………...… C. Pemilihan Masalah………. D. Pembatasan Masalah………... E. Perumusan Masalah ………... F. Tujuan Penelitian……….... G. Manfaat Penelitian……….….

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori………... 1. Pembelajaran Matematika...………... 2. Teori Belajar Konstruktivistik……….. 3. Pembelajaran Kooperatif ...……….... 4. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD.………. 5. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw...

i ii iii iv v vi vii x xiv xv xvi xviii xx 1 7 8 10 10 11 12 13 13 17 18 24 28


(11)

commit to user

6. Aktivitas Belajar Siswa... B. Penelitian Yang Relevan………...………. C. Kerangka Berpikir Dan Hipotesis...……. 1. Kerangka Berpikir.………. 2. Hipotesis...

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian………...… B. Metode Penelitian ... C. Populasi Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel………... 1. Populasi... 2. Sampel... 3. Teknik Pengambilan Sampel... D. Metode Pengumpulan Data……… 1. Variabel Penelitian... 2. Teknik Pengambilan Data... 3. Instrumen Penelitian... E. Teknik Analisis Data……….. 1. Uji Keseimbangan ... 2. Uji Persyaratan Analisis ... 3. Uji Hipotesis... 4. Uji Lanjut Anava...

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data………...………. 1. Data Nilai Rapor Naik Kelas XI Tahun 2010/2011... 2. Data Hasil Uji Coba Instrumen...………. a. Hasil Uji Coba Instrumen Angket... 1). Uji Validitas Isi... 2). Konsistensi Internal... 3). Uji Reliabilitas Angket... b. Hasil Uji Coba Instrumen Tes... 1). Uji Validitas Isi...

32 34 37 37 40 42 43 46 46 47 47 49 49 52 54 60 60 62 65 71 74 74 74 74 74 75 75 76 76


(12)

commit to user

2). Tingkat Kesukaran Instrumen Tes... 3). Daya Beda Instrumen Tes... 4). Uji Reliabilitas Instrumen Tes... 5). Pembahasan Hasil Uji Coba Instrumen Tes... c. Data Angket Aktivitas Belajar Siswa... B. Uji Keseimbangan Kemampuan Awal…….………..

1. Uji Normalitas... 2. Uji Homogenitas... 3. Hasil Uji Keseimbangan... C. Hasil Uji Persyaratan Analisis Prestasi Belajar……….. 1.Uji Normalitas Prestasi Belajar……….………….. 2.Uji Homogenitas Prestasi Belajar….……….. D. Hasil Uji Hipotesis……….…...………. E. Hasil Uji Lanjut Hipotesis...………...……… 1.Komparasi Ganda Antar Kolom...…...……… 2.Komparasi Ganda Antar Sel Pada Kolom yang Sama…... 3.Komparasi Ganda Antar Sel Pada Baris yang Sama…..…. F. Pembahasan Hasil Penelitian………...………….... 1.Hipotesis Pertama………. 2.Hipotesis Kedua……… 3.Hipotesi Ketiga………. 4.Hipotesi Keempat……….

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan………. B. Implikasi……….… C. Saran………... DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN... 76 77 77 77 78 79 79 80 80 80 80 81 82 83 83 84 85 86 86 86 87 89 91 92 94 98 101


(13)

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel

1.1. Hasil ujian nasional SMA mata pelajaran matematika Kabupaten Kotawaringin Barat... 2.1. Penentuan nilai perkembangan individu berdasarkan nilai... 2.2. Tingkat penghargaan kelompok... 3.1 Jadwal Penelitian

3.2. Rancangan Penelitan... 4.1. Deskripsi Data Nilai Rapor... 4.2. Rangkuman Jumlah Siswa dan Rataan Aktivitas... 4.3. Rangkuman Rataan Prestasi Belajar Siswa... 4.4. Rangkuman Analisis Varians Dua Jalan Sel Tak Sama... 4.5. Rangkuman Data Komparasi Ganda Antar Kolom... 4.6. Rangkuman Komparasi Ganda Antar Sel Pada Kolom yang Sama 4.7. Rangkuman Komparasi Ganda Antar Sel Pada Baris yan Sama...

Halaman

3 27 27 42 44 74 78 79 82 83 84 85


(14)

commit to user

DAFTAR GAMBAR Gambar

2.1. Hubungan kelompok asal dan kelompok ahli jigsaw... 2.2. Diagram kerangka pemikiran penelitian...

Halaman 30


(15)

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Jigsaw ... 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas STAD... 3. Kisi-kisi Instrumen Tes Prestasi Belajar... 4. Tes Prestasi Belajar... 5. Uji Reliabilitas,Daya Beda, dan Tingkat Kesukaran Tes... 6. Validitas Tes Prestasi Belajar... 7. Kisi-kisi Instrumen Angket Aktivitas Belajar... 8. Angket Aktivitas Belajar... 9. Uji Konsistensi Internal Angket Aktivitas Belajar... 10. Validasi Angket Aktivitas Belajar... 11. Data Induk Kelas STAD... 12. Data Induk Kelas Jigsaw... 13. Uji Normalitas Nilai Raport Kelas STAD... 14. Uji Normalitas Nilai Raport Kelas Jigsaw... 15. Uji Homogenitas Nilai Raport Kelas STAD dan Jigsaw... 16. Uji Keseimbangan Kelas STAD dan Jigsaw... 17. Rangkuman Uji Konsistensi Internal Angket... 18. Rangkuman Tingkat Kesukaran dan Daya beda Tes... 19. Data IndukAktivitas Belajar Kelas STAD... 20. Data Induk Aktivitas Belajar Kelas Jigsaw... 21. Uji Normalitas Prestasi Belajar Siswa Kelas STAD... 22. Uji Normalitas Prestasi Belajar Siswa Kelas Jigsaw... 23. Uji Normalitas Prestasi Belajar Siswa Kelas Aktivitas Belajar Tinggi... 24. Uji Normalitas Prestasi Belajar Siswa Kelas Aktivitas Belajar Sedang... 25. Uji Normalitas Prestasi Belajar Siswa Kelas Aktivitas Belajar Rendah... 26. Uji Homogenitas Prestasi Belajar Siswa Kelas STAD...

Halaman 99 132 167 170 185 187 199 200 212 215 227 230 233 236 239 244 248 250 251 252 254 257 260 263 266 269


(16)

commit to user

27. Uji Homogenitas Prestasi Belajar Siswa Kelas Jigsaw... 28. Uji Homogenitas Prestasi Belajar Siswa Kelas STAD dan Jigsaw. 29. Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama... 30. Uji Komparasi Ganda Antar Kolom... 31. Uji Komparasi Ganda Antar Sel Pada Kolom yang

Sama... 32. Uji Komparasi Ganda Antar Sel Pada Baris yang Sama...

272 275 277 285

288 291


(17)

commit to user

ABSTRAK

Muhamad Hamdani (S850809110), Eksperimentasi Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dan Tipe Jigsaw Pada Pokok Bahasan Statistika Ditinjau Dari Aktivitas Belajar Pada Siswa SMA di Kabupaten Kotawaringin Barat. Tesis, Komisi Pembimbing I

Drs.Tri Atmojo K, M.Sc, Ph.D dan Pembimbing II Drs.Suyono, M.Si. Surakarta: Program Studi Pendidikan Matematika, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2011.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui; (1) manakah yang lebih baik prestasi belajar matematika siswa dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD atau metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, (2) manakah di antara kategori aktivitas belajar siswa yang memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik,aktivitas tinggi, aktivitas sedang atau aktivitas rendah (3) pada masing-masing motode pembelajaran kooperatif tipe (STAD dan Jigsaw) manakah yang memberikan prestasi belajar matematika lebih baik, pada masing-masing tingkat aktivitas belajar dan masing-masing tingkat aktivitas manakah yang memberikan prestasi belajar matematika lebih baik, metode pembelajaran kooperatif tipe STAD atau tipe Jigsaw.

Penelitian ini menggunakan eksperimental semu. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA di Kabupaten Kotawaringin Barat tahun pelajaran 2010/2011. Pengambilan sampel dilakukan secara Stratified Cluster

Random Sampling dengan hasil SMAN-1 Pangkalan Bun dari kelompok tinggi dan

SMAN-1 Kumai dari kelompok sedang serta SMA PGRI Pangkalan Bun dari kelompok rendah. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes, angket dan dokumentasi. Instrumen tes untuk mengetahui prestasi belajar matematika materi statistika. Sedangkan instrumen angket untuk mengetahui aktivitas belajar siswa.

Sebelum eksperimen dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji keseimbangan

rataan menggunakan uji t dan α = 0,05 diperoleh tobs=0,3263 sedangkan untuk

ttabel=1,960, tobs < ttabel semua sampel berasal dari populasi yang mempunyai kemampuan yang seimbang.

Uji prasyarat analisis yang dilakukan adalah uji normalitas populasi dan uji

homogenitas variansi populasi. Menggunakan taraf signifikasi α = 0,05 dengan

hasil:(1) uji normalitas populasi menggunakan metode Lilliefors, diperoleh semua kelas sampel barasal dari populasi yang berdistribusi normal (2) uji homogenitas variansi populasi dengan menggunakan metode Bartlett, diperoleh semua kelas sampel berasal dari populasi yang mempunyai variansi yang sama.

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis varian dua jalan dengan

sel tak sama. Dengan menggunakan taraf signifikansi α = 0,05 menunjukkan

(1) terdapat pengaruh model pembelajaran terhadap prestasi belajar matematika pada materi statistika (Fa = 16,9876 > 3,844 = Ftabel), (2) terdapat pengaruh aktivitas

belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika pada materi statistika (Fb = 76,1492 > 3,00 = Ftabel), (3) terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan

aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika pada materi statistika (Fab = 4,94101 > 3,00 = Ftabel).


(18)

commit to user

Hasil uji komparasi ganda dengan metode Scheffe dan dengan melihat rataan marginalnya, dapat disimpulkan bahwa: (1) Pada pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif tipa Jigsaw mempunyai prestasi belajar lebih baik daripada siswa dengan prestasi belajar matematika menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD.(2) Prestasi belajar siswa yang mempunyai aktivitas belajar tinggi lebih baik daripada siswa yang mempunyai aktivitas belajar sedang dan rendah serta prestasi belajar siswa yang mempunyai aktivitas belajar sedang lebih baik daripada siswa yang mempunyai aktivitas belajar rendah. (3) Pada kategori tingkat aktivitas tinggi, siswa yang diberi pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih baik prestasi belajarnya daripada dengan siswa yang diberi pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD. Tetapi tidak demikian halnya, pada kategori aktivitas sedang maupun tingkat aktivitas rendah, pemberian pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw maupun tipe STAD tidak menyebabkan perbedaan prestasi belajar. (4) Baik pada metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw maupun tipe STAD, siswa yang mempunyai aktivitas tinggi lebih baik prestasi belajarnya dibandingkan dengan siswa yang yang mempunyai aktivitas sedang dan rendah, serta siswa yang mempunyai aktivitas belajar sedang lebih baik prestasi belajarnya dibandingkan dengan siswa yang mempunyai aktivitas rendah. Sehingga untuk pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw maupun metode pembelajaran kooperatif tipe STAD memberikan hasil prestasi belajar yang berbeda untuk setiap kategori aktivitas belajar yang berbeda.

Kata Kunci: Kooperatif Tipe STAD dan Jigsaw, Aktivitas, Prestasi Belajar


(19)

commit to user

Muhamad Hamdani, S850809110. The Experimentation of the Cooperative

Learning of the Student Teams Achievement Divisions (STAD) Type and Jigsaw Type on the Topic of Discussion of Statistics Viewed from the Learning Activities of the Students of Senior Secondary School in West Kotawaringin Regency. Thesis: The First Commision Supervision is of Drs.Tri Atmojo K, M.Sc,

Ph.D and Drs. Suyono, M.Si. The Graduate Program in Mathematics Education, Sebelas Maret University, Surakarta 2011.

The objectives of the research are to investigate: (1) which students have a better learning achievement in Mathemathics between the students taught with the cooperative learning of the STAD type and those taught with the Jigsaw type; (2) which category of the learning activities, that is, high, medium, and or low activities, has a better effect on the learning achievement in Mathematics; (3) in each type of the Cooperative learning methods (STAD type and Jigsaw type), which one has a better effect on the learning achievement in Mathematics at each level of the learning activities, and in each level of the learning activities, which one has a better effect on the learning achievement in Mathematics between the STAD type and the Jigsaw type.

The research used an quasi experimental. The population of the research was all of the students in Grade XI of State Senior Secondary Schools in West Kotawaringin in the academic year of 2010/2011. The samples of the research were taken by using a stratified cluster random sampling. The samples of the research were the students of State Senior Secondary School 1 of Pangkalan Bun for the group of high learning activities, State Senior Secondary School 1 of Kumai for the group of medium learning activities, and Senior Secondary School PGRI of Pangkalan Bun for the group of low learning activities. The data of the research were gathered through test, questionnaire, and documentation. The test was used to investigate the students’ learning achievement in Mathematics with the topic of discussion of Statistics. The questionnaire was used to investigate the students’ learning activities.

Prior to the experimentation, the average balance was tested by using t –test at the significance level of α = 0.05. The result of the test shows that all of the samples

of the research have the population with the balanced ability as indicated by tobs = 0.3263, < ttable = 1.960. In addition, pre-requisite tests were also conducted. The

tests consisted of the normality test of population by using Lilliefors formula and the homogeneity test of population variance by using Bartlett method at the significance level of α = 0.05. The results of the test are as follows: 1) The samples of the research have a normal distribution. 2) All of the samples of the research have the same variance.

The data of the research were analyzed by using a two-way analysis of variance with unequal cells at the significance level of α = 0.05. The result of the analysis shows that (1) there is an effect of the learning models on the achievement in

Mathematics with the topic of discussion of Statistics as indicated by Fa = 16.9876 > 3.844 = Ftable; (2) there is an effect of the learning activities on the

learning achievement in Mathematics with the topic of discussion of Statistics as indicated by Fb = 76.1492 > 3.00 = Ftable; and (3) there is an interaction between the learning models and the learning activities on the learning achievement in


(20)

commit to user

Mathematics with the topic of discussion of Statistics as indicated by Fab = 4.94101 > 3.00 = Ftable.

The result of multiple comparison test with Scheffe method and by looking at the average marginal, it can be concluded that: (1) On learning the Jigsaw cooperative learning methods have better academic achievement than with mathematics learning achievement using cooperative learning method STAD type. (2) student achievement that have a high learning activities better than students who have learning activities as well as medium and low learning achievement of students who have learning activities are better than students who have low learning activities. (3) In the category of high activity level, students who are learning to type jigsaw cooperative learning method better academic achievement than students who were learning to type STAD cooperative learning methods. But is not the case, the category of moderate activity and low activity levels, provision of learning with cooperative learning methods as well as type STAD Jigsaw types do not cause differences in learning achievement. (4) Whether the Jigsaw cooperative learning model type or types of STAD, students who have high activity better academic achievement than students who are having medium and low activity, as well as students who have moderate activity is better academic achievement than students who have activity low. So for learning by using the Jigsaw method of cooperative learning and type of cooperative learning method STAD types provide different learning achievement results for each category.

Keywords: Cooperative Type STAD and Jigsaw, Activities, Student Achievement.


(21)

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat cepat dan pesat. Dalam mengimbangi perkembangan tersebut dituntut adanya pengembangan kualitas sumber daya manusia. Salah satu upaya yang bisa ditempuh dalam membentuk manusia yang berkualitas adalah melalui proses pendidikan, baik pendidikan melalui jalur sekolah maupun pendidikan luar sekolah. Sekolah yang merupakan bagian dari masyarakat dan merupakan tempat yang tepat bagi pembinaan sumber daya manusia yang sesuai dengan ilmu dan teknologi. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Soedjadi (1995 : 8). Bahwa satu-satunya wadah kegiatan yang dapat dipandang dan seyogyanya berfungsi sebagai alat untuk membangun sumber daya manusia yang bermutu tinggi adalah pendidikan, baik pendidikan jalur sekolah maupun jalur luar sekolah. Ini menunjukkan bahwa pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam mempersiapkan dan mencetak sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas.

Dalam pelaksanaan pendidikan formal di sekolah, untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran dapat dilihat dari prestasi belajar yang dicapai siswa. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dan masalah yang mendasar dari pembelajaran matematika adalah merupakan mata pelajaran yang sulit untuk dipahami karena matematika merupakan mata pelajaran yang abstrak. Menurut Marsigit (2007) bahwa: Diamati praktek


(22)

commit to user

mengajar pada periode 2001-2003 menunjukkan bahwa banyak guru masih mengalami kesulitan dalam menjabarkan silabus, sejumlah topik matematika dianggap sulit bagi guru untuk mengajar, yang signifikan jumlah anak mempertimbangkan beberapa topik matematika sebagai sulit dipahami, guru menganggap bahwa mereka masih membutuhkan panduan untuk melakukan proses pembelajaran sains. Hal ini berdampak kepada prestasi belajar siswa yang rendah, dan rendahnya prestasi belajar matematika siswa kemungkinan disebabkan pemahaman yang kurang baik dari siswa dalam menerima proses pembelajaran yang di kelola oleh guru di kelas. Proses pembelajaran tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor, yang dapat digolongkan menjadi dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Intelegensia, minat, bakat, motivasi, aktivitas belajar dan sebagainya termasuk faktor internal, sedangkan yang termasuk dalam faktor eksternal misalnya, guru, bahan pelajaran, fasilitas belajar, metode mengajar dan sebagainya.

Matematika adalah ilmu yang sangat diperlukan dalam perkembangan ilmu dan teknologi. Tetapi matematika selama ini dianggap pelajaran yang sulit untuk dipahami, hal ini ditandai dengan banyaknya siswa yang tidak lulus karena tidak terpenuhinya standar nilai matematika yang telah di tentukan, padahal standar kelulusan matematika tahun pelajaran 2009/2010 masih rendah yaitu 5,50.

Gambaran umum dari prestasi belajar matematika di Kabupaten Kotawaringin Barat hasil ujian nasional adalah sebagai berikut :

Tabel 1.1. Hasil Ujian Nasional SMA Mata Pelajaran Matematika Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun Pelajaran 2009/2010


(23)

commit to user

No Nama Sekolah Rata-rata Terendah Tertinggi

1 SMAN-1PangkalanBun 7,82 3,75 9,25

2 SMAN-2 Pangakalan Bun 7,80 4,50 9,75

3 SMAN-3 Pangkalan Bun 8,13 6,25 9,50

4 SMAN Arut Utara 7,58 6,50 8,50

5 SMAN-1 Kumai 6,86 4,00 8,25

6 SMAN-2 Kumai 6,30 3,25 7,50

7 SMAN Pangkalan Banteng 6,19 2,50 7,40

8 SMAS Abdi Pangkalan Bun 6,08 2,75 7,00

9 SMAN Pangkalan Lada 5,30 2,50 6,75

10 SMAN Kotawaringin Lama 5,25 3,25 6,85

11 SMAS PGRI Pangkalan Bun 5,20 3,20 6.70

( Sumber: Dinas Dikpora Kabupaten Kotawaringin Barat )

Begitu juga pada pokok bahasan statistika di Kelas XI SMA, siswa masih kesulitan dalam mempelajari pokok bahasan tersebut, padahal pokok bahasan ini merupakan salah satu dari materi yang termasuk standar kompetensi lulusan dalam ujian nasional.

Dalam upaya meningkatkan pembelajaran matematika, tugas seorang guru adalah menciptakan kondisi pembelajaran yang dapat membangkitkan semangat belajar siswa, sehingga siswa mempunyai keterampilan, keberanian serta mempunyai kemampuan matematika. Dengan demikian matematika akan mempunyai peran yang penting bagi siswa untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya hal ini akan berdampak dalam menciptakan sumber daya manusia yang bermutu. Oleh karena itu guru sebagai pendidik perlu mempersiapkan suatu model pembelajaran yang terprogram agar siswa sebagai peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang lebih baik.


(24)

commit to user

Dalam perkembangannya, pembelajaran matematika di sekolah banyak mengalami perubahan, diantaranya perubahan yang menitikberatkan dari situasi guru mengajar menjadi situasi siswa belajar. Agar pembelajaran dengan situasi siswa belajar ini dapat tercapai, hendaknya guru dapat menggunakan strategi belajar mengajar yang lebih banyak melibatkan siswa. Sebagaimana diungkapkan oleh Soedjadi (1995 : 12), betapapun tepat dan baiknya bahan ajar matematika yang ditetapkan belum menjamin akan tercapainya tujuan pendidikan, dan salah satu faktor penting untuk mencapai tujuan tersebut adalah proses mengajar yang lebih menekankan pada keterlibatan siswa secara optimal. Selain itu menurut M.A. Simon dkk (2000:307) mengatakan bahwa: supaya pengajaran matematika lebih efektif para pengajar (guru) harus mampu mengartikualasi tujuan dan menggeneralisasi hipotesis untuk perkembangan serta pemahaman konsep dasar matematika itu sendiri.

Salah satu alternatif yang dapat ditempuh untuk meningkatkan prestasi belajar siswa adalah melalui kreativitas yang dimiliki oleh para guru, dan dengan keinginan untuk selalu mencari metode yang terbaik agar selalu menarik minat dan motivasi siswa belajar, maka tujuan yang diharapkan akan tercapai.

Sejumlah metode pembelajaran telah diterapkan di sekolah-sekolah untuk mencapai tingkat keberhasilan dalam proses pendidikan. Namun, mengingat adanya variasi tujuan yang ingin dicapai, adanya lingkungan belajar yang berlainan, keadaan siswa yang berbeda, karakteristik materi yang berbeda, dan lain-lain, maka tidak dapat disusun suatu metode yang baik untuk semua jenis kegiatan belajar mengajar. Di dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi agar siswa bekerja secara efektif dan efisien, tepat pada tujuan yang


(25)

commit to user

diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu adalah harus menguasai teknik-teknik penyajian materi, atau biasa disebut metode pembelajaran. Sebenarnya ada beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika. Tetapi tidak setiap metode pembelajaran tersebut dapat diterapkan dalam setiap materi, sehingga pemilihan metode pembelajaran sangatlah penting guna mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu sebelum pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperlukan pemikiran yang matang dalam pemilihan metode pembelajaran yang tepat untuk suatu kompetensi dasar yang akan disajikan.

Dewasa ini banyak penelitian di bidang pendidikan yang menyatakan metode-metode pembelajaran yang berlandaskan pada paham konstruktivisme dapat memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan dengan metode pembelajaran konvensional. Namun masih ada guru yang belum menerapkan metode-metode pembelajaran yang berlandaskan faham tersebut, karena berbagai faktor diantaranya pengetahuan dan pengalaman guru yang masih kurang berkaitan dengan metode-metode pembelajaran tersebut.

Metode pembelajaran yang dapat menarik minat siswa dalam belajar adalah dengan menempatkan siswa secara kelompok-kelompok. Pembelajaran kelompok dapat meningkatkan siswa dalam berpikir kritis, kreatif dan menumbuhkan rasa sosial yang tinggi. Pembejalaran yang dapat mewujudkan hal tersebut salah satunya adalah pembelajaran kooperatif, yang sesuai dengan pembelajaran filsafat konstruktivisme. Dalam pembelajaran konstruktivisme, siswa secara aktif membangun pengetahuan mereka sendiri. Slavin (1955 : 18) menyatakan bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit


(26)

commit to user

apabila mereka dapat saling mendiskusikan masalah-masalah itu dengan temannya.

Untuk meningkatkan pembelajaran matematika selain metode pembelajaran, keberhasilan belajar siswa juga tidak terlepas dari kemampuan individu yang dimiliki oleh siswa yang merupakan salah satu faktor internal. Dalam hal ini adalah keaktifan siswa dalam belajar. Sekolah merupakan salah satu tempat untuk mengembangkan aktivitas siswa. Dalam belajar matematika, aktivitas siswa tidak hanya mendengarkan dan mencatat materi yang dijelaskan oleh guru, namun demikian siswa harus lebih berpartisipasi aktif, misalnya bertanya, mengerjakan soal, menjawab pertanyaan guru. Dalam melakukan aktivitas belajar siswa bervariasi, ada siswa yang aktivitas belajarnya rendah, sedang atau tinggi. Ada sebagian siswa yang tidak tertarik pada mata pelajaran matematika, karena matematika dianggap pelajaran yang sangat sulit. Bagi siswa yang kurang menyenangi dengan pelajaran matematika, maka aktivitas belajar mereka juga rendah. Ada kemungkinan hal ini akan memberikan pengaruh pada prestasi belajar siswa. Sedangkan siswa dengan aktivitas belajar yang tinggi, Ada kemungkinan prestasi belajar yang akan diperoleh menjadi tinggi, sehingga aktivitas belajar siswa sangatlah membantu dalam proses belajar matematika.

Dalam hal ini pentingnya aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran, maka guru diharapkan dapat membuat situasi pembelajaran yang lebih banyak melibatkan keaktifan siswa.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang tersebut di atas dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:


(27)

commit to user

1. Masih rendahnya prestasi belajar matematika, mungkin karena kurang tepatnya penggunaan metode pembelajaran. Dari dugaan ini muncul sebuah permasalahan yang menarik untuk dilakukan penelitian, yaitu apakah pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan prestasi belajar matematika. Dapat diteliti pula apakah pemilihan metode pembelajaran yang tepat tersebut cocok untuk berbagai katagori aktivitas belajar siswa.

2. Terdapat kemungkinan penyebab lain rendahnya prestasi belajar matematika adalah kurangnya aktivitas belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran. Dari hal ini juga menarik untuk dilakukan penelitian, yaitu untuk melihat apakah dengan pemilihan metode pembelajaran yang tepat dan dapat meningkatkan keterlibatan dan keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran dapat meningkatkan prestasi belajar matematika.

3. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika siswa karena diajar oleh guru-guru yang kurang kompeten dalam mengajar, karena mereka memiliki kualifikasi pendidikan yang tidak relevan. Penelitian untuk melihat apakah siswa yang diajar oleh guru dengan kualifikasi yang tidak relevan menyebabkan hasil belajar yang berbeda dibanding dengan diajar guru yang mempunyai kualifikasi yang relevan,menarik untuk dilakukan.

4. Faktor aktivitas belajar siswa juga dapat menjadi salah satu penyebab rendahnya prestasi belajar matematika. Aktivitas belajar siswa yang rendah memungkinkan menyebabkan rendahnya prestasi belajar matematika. Penelitian untuk melihat pengaruh tinggi rendahnya aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika ini juga menarik untuk dilakukan.


(28)

commit to user

5. Penggunaan metode pembelajaran yang baru selalu memberikan prestasi belajar matematika lebih baik dari pada metode pembelajaran konvensional yang monoton tanpa variasi. Oleh karena itu, cukup menarik dilakukan penelitian untuk melihat manakah yang memberikan prestasi belajar matematika lebih baik antara metode pembelaharan kooperatif tipe STAD dan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Dapat juga dilihat apakah penggunaan metode-metode tersebut cocok untuk berbagai katagori aktivitas belajar siswa

C. Pemilihan Masalah

Suatu penelitian yang dilakukan dengan banyak pertanyaan dalam waktu

yang sama bisa kurang cermat dalam mengamati perubahan perilaku subyek penelitian, sehingga hasil penelitian yang diperoleh juga mungkin kurang akurat. Untuk menghindari kekurangakuratan tersebut, maka dalam penelitian ini akan diteliti masalah yang menyangkut penggunaan metode pembelajaran dihubungkan dengan aktivitas belajar siswa.

Dari beberapa identifikasi masalah di atas, peneliti hanya ingin melakukan yang terkait dengan permasalahan terakhir, yaitu manakah yang memberikan prestasi belajar matematika lebih baik antara penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan metode pembelajaran tipe Jigsaw. Juga akan dilihat, apakah pemberian perlakuan tersebut berlaku sama pada berbagai katagori aktivitas belajar siswa. Pemberian variasi pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif akan membangkitkan minat dan keterkaitan yang besar dalam diri siswa terhadap pelajaran, sehingga mampu meningkatkan prestasi belajar siswa.


(29)

commit to user

Pemilihan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan tipe Jigsaw dikarenakan dalam tipe-tipe metode pembelajaran ini terdapat faktor kerjasama dan diskusi yang mampu memberikan pengalaman eksplorasi potensi diri siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri sehingga pembelajaran matematika khususnya pada materi statistika menjadi lebih bermakna. Selain itu, karena keterbatasan untuk dilakukan penelitian terhadap semua permasalahan penyebab rendahnya prestasi belajar siswa, baik dalam hal biaya, waktu maupun tenaga, sehingga tidak mungkin diungkap semua permasalahan rendahnya prestasi belajar matematika tersebut.

D. Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah di atas agar penelitian yang dikaji dapat lebih terarah maka diperlukan pembatasan masalah sebagai berikut:

1. Metode pembelajaran yang digunakan pada penelitian ini adalah metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD.

2. Penelitian dilakukan di SMA se Kabupaten Kotawaringin Barat semester ganjil tahun pelajaran 2010/2011.

3. Aktivitas belajar siswa dibatasi pada aktivitas siswa dalam belajar matematika yang meliputi aktivitas memperhatikan, bertanya, mencatat, mendengarkan, mengerjakan soal dan mempelajari materi pelajaran matematika.


(30)

commit to user

5. Prestasi belajar matematika pada penelitian ini dibatasi pada hasil belajar siswa yang dicapai melalui proses belajar mengajar, dalam hal ini adalah tes prestasi belajar pada pokok bahasan statistika siswa kelas XI-IPA SMA.

E. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pemilihan masalah dan pembatasan masalah tersebut di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Di antara metode pembelajaran kooperatif, manakah yang dapat memberikan prestasi belajar matematika lebih baik, metode pembelajaran kooperatif tipe STAD atau kooperatif tipe Jigsaw?.

2. Di antara katagori aktivitas belajar siswa, manakah yang dapat memberikan prestasi belajar matematika lebih baik, aktivitas tinggi, aktivitas sedang atau aktivitas rendah?.

3. Pada masing-masing metode pembelajaran yaitu kooperatif tipe STAD dan kooperatif tipe Jigsaw manakah yang dapat memberikan prestasi belajar matematika lebih baik, siswa yang mempunyai aktivitas tinggi, aktivitas sedang atau aktivitas rendah?.

4. Pada masing-masing katagori aktivitas belajar siswa ( tinggi, sedang dan rendah), manakah yang dapat memberikan prestasi belajar matematika lebih baik, metode pembelajaran kooperatif tipe STAD atau kooperatif tipe Jigsaw?.


(31)

commit to user

Sesuai dengan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Metode pembelajaran kooperatif manakah yang dapat memberikan prestasi belajar matematika lebih baik, metode pembelajaran kooperatif tipe STAD atau kooperatif tipe Jigsaw.

2. Manakah di antara katagori aktivitas belajar siswa, yang dapat memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik, aktivitas tinggi, aktivitas sedang atau aktivitas rendah.

3. Di antara masing-masing motode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan kooperatif tipe Jigsaw, manakah di antara katagori aktivitas belajar siswa yang dapat memberikan prestasi belajar matematika lebih baik, aktivitas belajar tinggi, aktivitas belajar sedang atau aktivitas belajar rendah.

4. Di antara masing-masing katagori aktivitas belajar siswa (tinggi,sedang dan rendah), manakah di antara model pembelajaran kooperatif yang dapat memberikan prestasi belajar matematika lebih baik, kooperatif tipe STAD atau kooperatif tipe Jigsaw.

F. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

1. Sebagai bahan masukan bagi guru matematika dalam memilih metode pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan prestasi belajar matematika. 2. Sebagai bahan masukan bagi guru matematika tentang pentingnya aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika.


(32)

commit to user

3. Sebagai bahan masukan bagi dunia pendidikan, khususnya pendidikan dan pembelajaran matematika.

4. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan penelitian lebih lanjut.


(33)

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A.Landasan Teori

1. Pembelajaran Matematika

Secara umum makna dari belajar adalah suatu usaha atau kegiatan dari seseorang untuk mendapatkan suatu hal yang belum dipahami dan hal yang belum diketahui sehingga akan memahami dan mengetahui tentang suatu hal yang diinginkan. Menurut Aunurahman (2010) bahwa : Belajar menunjukan suatu aktivitas pada diri seseorang yang disadari atau disengaja. Oleh sebab itu pemahaman pertama yang sangat penting adalah bahwa kegiatan belajar merupakan kegiatan yang disengaja atau direncanakan oleh pembelajar sendiri dalam bentuk suatu aktivitas tertentu. Aktivitas ini menunjukan pada keaktivan seseorang dalam melakukan suatu kegiatan tertentu, baik pada aspek-aspek jasmaniah maupun aspek mental yang memungkinkan terjadinya perubahan pada dirinya. Menurut Witherington dalam Aunurrahman (2010 : 35) belajar adalah suatu perubahan di dalam diri sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian. Sehingga belajar adalah merupakan perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berkaitan dengan aspek pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, kegemaran dan sikap seseorang yang terbentuk. Kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan dimaksud adalah merupakan proses belajar,sedangkan perubahan tingkah laku itu sendiri merupakan hasil belajar.


(34)

commit to user

Pengertian matematika menurut pendapat dari beberapa ahli di

antaranya adalah: Menurut Rotman dalam Brent Davis (2000) bahwa: Matematika adalah suatu aktivitas, suatu praktek. Jika mengamati peserta-pesertanya, lalu itu akan menjadi yang suka bertentangan bukan untuk menyimpulkan/menduga bahwa untuk rentang waktu yang lama mereka sibuk dengan proses tentang berkomunikasi hal yang kecil diri mereka satu sama lain; satu kesimpulan yang diutarakan oleh kehadiran yang tetap dari text (notes secara prestasi yang tertulis formal yang diperkenalkan, buku teks, papan tulis memberi kuliah, artikel-artikel, intisari-intisari, tinjauan ulang, dan semacamnya) seseorang membaca, menulis, dan menukar, dan semua aktivitas tanda yang informal bahwa terjadi ketika mereka berbicara, menggerakkan tangan, menguraikan

secara terperinci, terkaan-terkaan buatan, tidak sependapat, menggambar/menarik gambar-gambar, dan seterusnya. Sedangkan menurut Herman Hudoyo (1988:3), bahwa simbolisasi dalam matematika menjamin adanya komunikasi dan mampu memberikan keterangan untuk membentuk suatu konsep baru. Konsep baru akan dapat terbentuk karena adanya pemahaman terhadap konsep sebelumnya sehingga konsep-konsep matematika tersusun secara hierarkis. Menurut Gagne, R. M dalam Soehardjo (1992:12) menyatakan bahwa obyek penelaahan matematika adalah fakta, keterampilan (operasi matematika) konsep dan prinsip atau aturan-aturan. Obyek penelaahan ini menggunakan simbol-simbol sebagai sarana untuk melakukan penalaran.

Menurut Soehardjo (1992:12), matematika dapat digambarkan sebagai suatu kumpulan sistem yang tiap-tiap sistem itu mempunyai struktur atau urutan,


(35)

commit to user

interelasi dari pengetahuan atau operasi-operasi tersendiri yang terusun secara deduktif. Matematika berkenaan dengan pikiran berstruktur yang relasi operasinya maupun hubungan-hubungannya diatur secara logis. Oleh karena itu matematika bersifat sangat abstrak yaitu berkenaan dengan konsep, prinsip, abstrak dalam penalarannya. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa matematika berhubungan dengan aktivitas dalam praktek kehidupan sehari-hari, ide-ide atau konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hierarkis dan penalarannya bersifat deduktif.

Adapun pengertian belajar matematika menurut Herman Hudoyo (1988:6), seseorang dikatakan belajar matematika bila dapat diasumsikan dalam diri orang tersebut terjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku yang berkaitan dengan matematika, dimana tingkah laku itu dapat diamati, yang diperoleh dengan adanya usaha orang tersebut. Perubahan yang disebabkan oleh proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk, seperti perubahan pemahaman, perubahan pengetahuan, sikap dan tingkah laku, keterampilan serta aspek-aspek lain yang ada pada diri orang yang belajar. Belajar matematika pada dasarnya merupakan proses yang diarahkan pada suatu tujuan. Tujuan belajar matematika dapat dilihat dari kemampuan seseorang memfungsikan materi matematika yang dipelajari, baik secara konseptual maupun secara praktis. Secara konseptual dimaksudkan dapat mempelajari matematika lebih lanjut, sedangkan secara praktis dimaksudkan menerapkan matematika pada bidang-bidang lain dan dalam kehidupan nyata.

Sedangkan pengertian dari prestasi belajar matematika adalah proses belajar mengajar yang dapat menghasilkan perubahan pada diri siswa, dimana


(36)

commit to user

perubahan tersebut berupa kemampuan diberbagai bidang yang sebelumnya tidak dimiliki siswa. Menurut Gagne dalam Winkel (1996:482), kemampuan-kemampuan itu digolongkan atas kemampuan-kemampuan dalam hal informasi verbal, kemahiran intelektual, pengaturan kegiatan kognitif, kemampuan motorik dan sikap. Kemampuan-kemampuan tersebut merupakan kemampuan internal yang harus dinyatakan dalam suatu prestasi belajar yang diberikan oleh siswa, berdasarkan kemampuan internal yang diperolehnya. Jadi proses pembelajaran matematika dikatakan berhasil jika tujuan instruksional atau indikator yang telah ditetapkan dapat tercapai. Tujuan instruksional atau indikator tersebut merupakan rumusan hasil belajar yang telah ditetapkan menurut aspek isi maupun aspek perilaku. Menurut Syaiful Bahri Djamarah (1994 : 120) yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses pembelajaran dianggap berhasil adalah hal-hal sebagai berikut:

1) Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individu maupun kelompok.

2) Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/instruksional atau indikator telah dicapai oleh siswa, baik secara individual maupun kelompok. Dari beberapa pendapat tentang prestasi belajar, maka dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai siswa dalam proses belajar atau tingkat penguasaan yang dicapai siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru.


(37)

commit to user

Teori Kostruktivisme menyatakan bahwa siswa harus menemukan

sendiri dan menginformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai ( Nur dalam Trianto, 2007: 13 ).

Adapun teoti-teori belajar konstruktivisme yang berpengaruh besar dalam pendidikan sains dan matematika adalah:

a. Teori Perubahan Konsep

Carey dalam Paul Suparno (1997:51-52),menguraikan adanya dua perubahan konsep, yaitu perubahan yang kuat dan perubahan yang lemah. Perubahan konsep yang kuat terjadi bila seseorang mengadakan akomodasi terhadap konsep yang telah ia punyai ketika berhadapan dengan dengan fenomena yang baru. Sedangkan perubahan yang lemah terjadi bila orang tersebut hanya mengadakan asimilasi skema yang lama ketika berhadapan dengan fenomena yang baru. Dengan dua perubahan itu pengetahuan manusia berkembang dan berubah. Untuk memungkinkan perubahan tersebut, diperlukan situasi anomali, yaitu suatu keadaan yang menciptakan ketidakseimbangan dalam pikiran manusia atau yang menantang seseorang berpikir.

b. Teori Belajar Bermakna Ausubel

Menurut Ausubel (1978) dalam Paul Suparno (1997:53-54), ada dua jenis belajar bermakna dan belajar menghafal. Belajar bermakna terjadi bila siswa mengasimilasikan apa yang ia pelajari dengan pengetahuan yang ia


(38)

commit to user

punyai sebelumnya. Dalam proses ini pengetahuan seseorang selalu diperbaharui dan dikembangkan lewat fenomena-fenomena dan pengalaman yang baru.

c. Teori Skema

Menurut teori skema Jonasen (1993) dalam Paul Suparno (1997:55). Setiap orang dalam pikirannya mempunyai macam-macam skema mengenai macam-macam hal. Teori skema lebih menunjukkan bahwa pengetahuan kita itu tersusun dalam skema yang terletak dalam ingatan kita. Dalam belajar kita dapat menambah dan mengubah skema yang ada sehingga dapat menjadi lebih luas dan berkembang.

3. Pembelajaran Kooperatif a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Menurut Harst (dalam Mau dan D Ambrosio, 2003), mengatakan bahwa: Interaksi pembelajaran dapat berlansung saat:(1) berada dalam grup (kelompok) kecil, (2) ketika sebuah grup atau kelompok Sharing dengan grup lain, (3) ketika seorang guru mencoba untuk mengikuti keterangan dari siswa dan membuat tanggapan atas pemikiran siswa.

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk pembelajaran dengan berdasar pada paham konstruktivisme. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dimana siswa belajar pada kelompok kecil yang


(39)

commit to user

memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa belajar bersama dalam kelas/ kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa, dengan tingkat kemampuan yang berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami bahan pelajaran.

Menurut Anita Lie (2010:72), sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas yang berstruktur disebut sistem pengajaran gotong royong atau

cooperative learning. Dari hasil penelitian, pada beberapa bidang studi yang

melibatkan suatu pelajaran yang kompleks dan memerlukan keterampilan dalam menyelesaikan, maka kerja kelompok lebih sesuai untuk mencapai tujuan dibandingkan dengan kompetisi, khususnya bagi mereka yang berkemampuan rendah.

Pendapat lain dinyatakan oleh Fengfeng K dan Grabowski (2007), bahwa dalam model pembelajaran kooperatif, keberhasilan yang dapat dicapai oleh tiap individu dalam kelompoknya sangat berarti dalam mencapai tujuan kelompok. Pembelajaran kooperatif dapat digunakan untuk meningkatkan prestasi akademik. Penelitian dalam pembelajaran matematika telah mengakui bahwa ada efek positif antara pembelajaran kooperatif dengan peningkatan kemampuan berpikir menguasai konsep.

b. Konsep Dasar Pembelajaran Kooperatif

Manusia memiliki derajat, potensi, latar belakang historis, serta harapan masa depan yang berbeda-beda. Karena perbedaan itu manusia dapat saling asah, asih dan asuh (saling mencerdaskan). Pembelajaran kooperatif


(40)

commit to user

menciptakan interaksi yang saling asah, asih dan asuh sehingga tercipta masyarakat belajar. Siswa tidak hanya belajar dari guru, tetapi juga dari semua siswa.

c. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Elemen-elemen pembelajaran kooperatif menurut Johnson, Johnson dan Holubec (1999) dalam Effandi Zakaria dan Zonaton Iksan (2007) adalah:

1) Saling ketergantungan positif

Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan yang saling membutuhkan inilah yang dimaksud dengan ketergantungan positif.

2) Interaksi tatap muka

Interaksi tatap muka akan memaksa siswa saling tatap muka dalam kelompok sehingga mereka dapat berdialog. Dialog tidak hanya dilakukan dengan guru.

3) Akuntabilitas individual

Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok. Penilaian ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian secara individual selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua anggota kelompok mengetahui siapa anggota kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan. Nilai


(41)

commit to user

kelompok didasarkan atas rata-rata hasil belajar semua anggotanya, karena itu tiap anggota harus memberi sumbangan demi kemajuan kelompok. Penilaian kelompok secara individual ini yang di maksud dengan akuntabilitas individual.

4) Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi

Keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan. Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antar pribadi akan memperoleh teguran dari guru juga dari sesama siswa.

d. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan pembelajaran yaitu penerimaan, pengembangan keterampilan sosial, prestasi akademik (Arends, 1997:111)

1. Penerimaan

Hal yang sangat penting dalam pembelajaran koperatif adalah penerimaan yang lebih luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, tingkat sosial dan kemapuan. Belajar kooperatif memberikan kesmpatan bagi siswa dengan berbagai latar belakang yang beragam untuk bekerja sama saling membantu dalam mengerjakan tugas-tugas.


(42)

commit to user 2. Pengembangan Keterampilan Sosial

Yang menjadi tujuan terpenting dalam pembelajaran koperatif adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan-keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Hal ini menjadi penting karena siswa berasal dari masyarakat yang heterogen. Banyak anak-anak dan orang dewasa kurang mempunyai keterampilan kooperatif yang dibuktikan dengan ketidakharmonisan hubungan antar individu. Hal ini dapat menyebabkan rasa tidak puas jika diminta bekerja dalam situasi yang kooperatif.

3. Prestasi Akademik

Dalam Pembelajaran kooperatif selain mencakup berbagai tujuan sosial, juga tidak kalah penting untuk meningkatkan prestasi akademik. Pembelajaran koperatif dapat bermanfaat bagi siswa yang berprestasi rendah dan tinggi yang bersama-sama pada tugas akademik. Siswa yang berprestasi tinggi membantu siswa yang berprestasi rendah.

Sedangkan menurut Slavin ( 2005:15) bahwa tujuan yang paling penting dari pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan para siswa pengetahuan, konsep, kemampuan, dan pemahaman yang mereka butuhkan supaya bisa menjadi anggota masyarakat yang bahagia dan memberikan kontribusi. Sejak semula penelitian mengenai pembelajaran kooperatif telah memperlihatkan bagaimana strategi ini bisa mengembangkan pencapaian yang dibuat para siswa. Namun, penelitian ini juga memperlihatkan berbagai alasan bahwa pembelajaran kooperatif memang meningkatkan pencapaian dan, yang paling penting, penelitian juga menunjukkan bahwa unsur-unsur pembelajaran


(43)

commit to user

kooperatif harus ada pada tempatnya jika menginginkan dan pencapaian maksimal.

e. Keuntungan Pembelajaran Kooperatif

1. Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi kebersamaan dalam kelompok atau tim.

2. Siswa akan lebih aktif dalam membantu dan mendorong semangat untuk sama-sama berhasil.

3. Siswa yang berprestasi tinggi akan aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk dapat meningkatkan keberhasilan tim.

4. Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat.

5. Interaksi antar siswa membantu meningkatkan perkembangan kognitif.

4. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Ide utama dari metode pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah memotivasi peserta didik saling memberi semangat dan membantu satu sama lain untuk menguasai materi yang diajarkan. Apabila peserta didik menginginkan timnya mendapat penghargaan mereka harus membantu teman satu tim dalam mempelajari bahan ajar/ materi tersebut. Mereka bekerjasama dengan membandingkan jawaban, berdiskusi apabila ada perbedaan atau kesulitan dan kesalahpahaman dan saling membantu untuk memecahkan masalah dan untuk menguasai materi yang mereka pelajari agar masing-masing individu dalam tim tersebut berhasil dalam kuis.

Tahap pembelajaran metode pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut M. Nur ( dalam Trianto, 2005:20) antara lain meliputi:


(44)

commit to user 1. Presentasi Kelas atau Tahap Penyajian Materi

Bahan ajar dalam STAD mula-mula diperkenalkan melalui presentasi kelas. Presentasi kelas bisa menggunakan pengajaran langsung atau suatu ceramah-diskusi yang dilakukan oleh guru, namun presentasi dapat meliputi presentasi audio-visual atau kegiatan penemuan kelompok. Pada kegiatan ini peserta didik bekerja lebih dulu untuk menemukan informasi atau mempelajari konsep-konsep atas upaya mereka sendiri sebelum pengajaran guru. Presentasi kelas dalam STAD meliputi pendahuluan, inti yang dapat berisi komponen presentasi dapat berupa latihan terbimbing dari keseluruhan pelajaran. Pendahuluan dengan mengatakan kepada peserta didik apa yang akan dipelajari dan mengapa hal itu penting. Presentasi berupa penyampaian materi kepada peserta didik. Latihan terbimbing dengan meminta seluruh peserta didik untuk mengerjakan soal atau contoh-contoh soal atau membahas jawaban dan pertanyaan-pertanyaan guru.

3. Kerja Kelompok

Kelompok terdiri dan empat atau lima peserta didik yang mewakili heterogenitas kelas dalam kinerja akademik, jenis kelamin, dan suku. Fungsi utama kelompok adalah menyiapkan anggotanya agar berhasil menghadlapi kuis. Setelah guru mempresentasikan bahan ajar, kelompok berkumpul mempelajari lembar kegiatan yang didapatkan dari guru. ketika peserta didik mendiskusikan masalah bersama dan membandingkan jawaban, kerja kelompok yang paling sering dilakukan adalah


(45)

commit to user

membetulkan setiap kekeliruan apabila teman sesame kelompok membuat kesalahan.

Kerja kelompok merupakan hal yang sangat penting dalam STAD. Pada setiap saat penekanan diberikan pada anggota kelompok agar melakukan yang terbaik buat kelompoknya, dan pada kelompok sendiri agar melakukan yang terbaik untuk membantu anggotanya. Kelompok tersebut menyediakan dukungan teman sebaya untuk kinerja akademik yang memiliki pengaruh berarti pada pembelajaran, dan kelompok yang menunjukkan saling peduli dan hormat, hal itulah yang memiliki pengaruh berarti pada hasil-hasil belajar, seperti hubungan antar tim, harga diri, dan penerimaan terhadap kebanyakan peserta didik.

4. Pelaksanaan Kuis Individual

Setelah satu sampai dua periode presentasi guru dan satu sampai dua periode latihan kelompok, para peserta didik tersebut dikunai kuis individual. Peserta didik tidak dibenarkan saling membantu selama kuis berlangsung. Hal ini menjamin agar peserta didik secara individual bertanggung jawab untuk memahami bahan ajar tersebut.

5. Nilai Perkembangan Individual

Setiap peserta didik dapat menyumbang poin maksimum kepada kelompoknya dalam sistem penskoran, namun tidak seorang peserta didik pun dapat melakukan seperti itu tanpa menunjukkan perbaikan atas kinerja masa lalu. Setiap peserta didik diberikan sebuah skor dasar, yang dihitung dari kinerja rata-rata peserta didik pada kuis serupa sebelumya. Kemudian


(46)

commit to user

peserta didik memperoleh poin untuk timnya didasarkan pada berapa banyak skor kuis mereka melampaui skor dasar mereka.

Tabel 2.1 Penentuan Nilai Perkembangan Individu Berdasarkan Nilai

Apabila suatu skor kuis adalah … Seorang peserta didik

mendapat …

Nilai sempurna tidak memandang berapa pun skor dasarnya

30 poin perbaikan

Lebih dari sepuluh poin di atas skor dasar

30 pion perbaikan

Skor dasar sampai sepuluh poin di atas skor dasar

20 poin perbaikan

Sepuluh poin dibawah sampai satu poin dibawah skor dasar

10 poin perbaikan

Lebih dari sepuluh poin dibawah skor perbaikan

5 skor perbaikan

6. Penghargaan Kelompok

Kelompok dapat memperoleh penghargaan lain apabila skor rata-rata mereka melampaui kriteria tertentu. Ada tiga tingkat penghargaan yang diberikan didasarkan skor tim rata-rata. Ketiga tingkat itu adalah:

Tabel 2.2 Tingkat Pernghargaan Kelompok

Kriteria Rata-Rata Kelompok Penghargaan

X ≤ 20 TIM BAIK

20 < X ≤ 25 TIM HEBAT

X > 25 TIM SUPER

Seluruh kelompok dapat memperoleh penghargan tersebut, didalam sebuah kelas dapat terjadi lebih dari satu tim yang kriteria di atas terpenuhi. Kriteria di atas dibuat sedemikian rupa sehingga untuk mendapatkan


(47)

commit to user

kelompok hebat, sebagian besar peserta didik mendapat skor di atas skor dasar mereka, dan untuk mendapatkan kelompok super, sebagian besar anggota kelompok paling sedikit mendapatkan sepuluh poin di atas skor dasar mereka, Bila perlu kriteria ini dapat diubah.

Guru seharusnya mempersiapkan sejenis penghargaan atau hadiah untuk kelompok yang mencapai tingkat tim hebat atau tim super. Penghargaan tersebut dapat berupa sertifikat dengan ukuran besar untuk tim super dan yang lebih kecil untuk tim hebat, sedangkan tim baik dapat diberikan sekedar ucapan selamat di kelas. Selain berupa sertifikat guru juga dapat menyiapkan selebaran satu halaman, memberi peserta didik lencana atau pin untuk dipakai, perlakuan simpatik, atau bentuk apapun yang sesuai sebagai penghargaan atau hadiah.

5. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Pengertian Jigsaw dalam kooperatif adalah satu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arends, 1997:73).

Jigsaw dikembangkan dan diuji oleh Eliot Aronso, kemudian digunakan oleh Slavin dan temannya (Arends,1997:72). Dalam pembelajaran kooperatif jigsaw ini, siswa belajar / bekerja dalam kelompok yang heterogen dan beranggotakan 4-6 orang, yang disebut kelompok asal. Setiap anggota kelompok bertangung jawab atas penguasaan bagian dari materi belajar yang ditugaskan padanya, kemudian mengajarkan bagian tersebut kepada anggota


(48)

commit to user

kelompok lain. Masing-masing anggota kelompok yang mendapat tugas penguasaan bagian tersebut kepada anggota kelompok lain. Masing-masing anggota kelompok yang mendapat tugas penguasaan bagian materi itu disebut

ahli. Keahlian tersebut dapat diperoleh dari menawarkan bagian materi kepada

anggota kelompok menurut dari kelompok yang berbeda dengan topik yang sama (ahli) bertemu untuk berdiskusi antar ahli. Mereka dapat saling membantu satu sama lain tentang topik yang ditugaskan, serta mendiskusikannya. Setelah itu siswa pada kelompok ahli kembali ke kelompok yang lainnya dari apa yang dibahas/dan dipelajari dalam kelompok ahli.

Hubungan yang terjadi antara kelompok asal dan kelompok ahli digambarkan oleh Arend,RI, sebagai berikut :

Kelompok asal

Kelompok Ahli

Gambar 2.1. Hubungan kelompok asal dan kelompok ahli Jigsaw

Masing-masing anggota kelompok asal bertemu dalam diskusi kelompok ahli untuk membahas materi yang ditugaskan. Setelah selesai berdiskusi dalam kelompok ahli, kembali pada kelompok asal untuk


(49)

commit to user

menjelaskan pada teman sekelompoknya. Jigsaw di desain tidak hanya untuk meningkatkan rasa tanggung jawab secara mandiri, tetapi juga dituntut untuk saling ketergantungan dalam arti positif terhadap teman sekelompoknya.

Dalam penelitian ini, masing-masing kelompok asal terdiri dari lima siswa, karena pokok bahasan statistika terdiri dari lima sub pokok bahasan yang saling independen. Setiap siswa terdiri dari lima sub pokok bahasan yang saling independen. Setiap siswa bertanggung jawab atas penguasaan materi yang ditugaskan kepadanya. Selanjutnya masing-masing kelompok ahli dengan materi yang sama bertemu untuk berdiskusi dan mengerjakan latihan-latihan yang diberikan. Setelah waktu yang diberikan selesai, masing-masing siswa dalam kelompok ahli kembali lagi ke kelompok asal untuk menjelaskan materi yang menjadi bagiannya pada siswa lain dengan materi yang berbeda. Siswa yang mendapat bagian materi menyajikan data dalam bentuk diagram menjelaskan pada siswa lain yang mendapat bagian materi yang lainnya. Demikian seterusnya hingga siswa-siswa dalam kelompok asal sudah paham materi pada pertemuan hari itu. Sedapat mungkin siswa berdiskusi dulu dengan temannya dalam satu kelompok, jika menemui kesulitan baru bertanya pada guru. Karena peran guru di sini masih diperlukan, baik sebagai motivator maupun fasilitator. Sehingga hal ini dapat meminimalkan kelas yang ramai atau gaduh, karena guru dapat terus memantau jalannya diskusi masing-masing kelompok, baik dalam diskusi kelompok asal, maupun diskusi kelompok ahli sehingga pembelajaran tetap berlangsung dengan efektif dan optimal.

Tahapan dari rencana pembelajaran kooperatif Jigsaw diatur secara instruksional sebagai berikut :


(50)

commit to user a). Membaca

Siswa mendapat topik-topik ahli, kemudian membaca dan mempelajari materi tersebut untuk mendapatkan informasi.

b). Diskusi kelompok ahli

Siswa dengan topik ahli yang sama bertemu dalam kelompok ahli untuk mendiskusikan topik tersebut.

c). Laporan Kelompok

Masing-masing ahli kembali ke kelompok asalnya untuk menjelaskan topik pada kelompoknya.

d). Kuis /tes

e). Penghargaan kelompok f). Rangkuman pembelajaran

6. Aktivitas Belajar Siswa

Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia (1996:17), aktivitas berarti keaktifan, kegiatan atau kesibukan. Dalam kegiatan belajar mengajar, aktivitas yang dimaksud adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Keduanya harus selalu terkait (Nasution, 1995:89).

Pendapat lain yang dikemukakan oleh Rousseau dalam Sardiman A.M (1994:95) memberikan penjelasan bahwa dalam kegiatan belajar segala pengetahuan harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan sendiri, baik secara rohani maupun teknis. Hal ini menunjukan bahwa setiap


(51)

commit to user

orang yang bekerja harus aktif sendiri, tanpa adanya aktivitas maka proses belajar tidak mungkin terjadi.

Dari beberapa pendapat di atas diperoleh kesimpulan bahwa aktivitas belajar siswa adalah kegiatan belajar yang dilakukan siswa dengan cara mengamati sendiri, menyelidiki sendiri dan bekerja secara aktif dengan fasilitas yang diciptakan sendiri untuk berkembang sendiri dengan bimbingan dan pengamatan dari guru. Guru harus berusaha membangkitkan aktivitas siswa dalam menerima pelajaran baik aktivitas jasmani maupun rohani. Aktivitas jasmani meliputi : melakukan percobaan, berkebun, dan lain-lain, sedang aktivitas rohani meliputi memecahkan persoalan, mengambil keputusan, dan lain-lain.

Aktivitas belajar siswa cukup hanya mendengarkan dan mencatat saja. Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa disekolah.

Paul B. Diedrich dalam Sardiman A.M (1994:99) membuat suatu daftar aktivitas belajar yang dapat digolongkan sebagai berikut :

a).Visual activities, seperti : membaca, memperhatikan gambar, percobaan.

b).Oral activities, seperti : menyatakan, bertanya, memberi saran.

c).Listening activities, seperti : menulis cerita, laporan, angket, menyalin.

Drawing activities, seperti : menggambar, membuat grafik, peta,

diagram.

d).Emosional activities, seperti : menaruh minat, berani, tenang,

bersemangat.

Dengan klasifikasi seperti yang diuraikan di atas, menunjukkan bahwa aktivitas di sekolah bermacam-macam. Kalau berbagai macam kegiatan


(52)

commit to user

tersebut dapat diciptakan di sekolah, tentu sekolah-sekolah itu akan lebih dinamis, tidak membosankan dan bisa menjadi aktivitas belajar yang maksimal. Aktivitas belajar siswa dalam penelitian ini adalah :

1).Waktu untuk belajar matematika, yang meliputi frekuensi partisipasi belajar matematika dan waktu yang digunakan.

2).Sikap dalam mengikuti pelajaran matematika, yang meliputi partisipasi dalam mengikuti pelajaran matematika, mengikuti jam kosong, sikap dalam mengerjakan setiap tugas di sekolah.

3).Belajar matematika sendiri, yang meliputi mengatasi kesulitan dalam belajar matematika di rumah, belajar di luar sekolah atau les.

4).Belajar matematika secara kelompok, yang meliputi partisipasi dalam belajar kelompok, mengatasi kesulitan dalam belajar secara kelompok. 5).Mengerjakan tugas, latihan atau pekerjaan rumah, yang meliputi

mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan, sikap dalam menghadapi pekerjaan rumah yang sulit.

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Penelitian-penelitian relevan yang terkait dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif STAD dan koopertif tipe Jigsaw adalah:

1. Siti Munjiyatun Aly (2009) dalam penelitiannya yang berjudul ”Pengaruh

model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division

(STAD) dan tipe Group Investgation (GI) terhadap prestasi belajar matematika ditinjau dari kreativitas siswa. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa model pembelajaran kooperatif tipe GI lebih baik prestasi belajarnya


(53)

commit to user

dibandingkan dengan yang diberi pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Terdapat pengaruh kreativitas siswa terhadap prestasi belajar matematika pada materi persamaan dan pertidaksamaan eksponen dan logaritma, siswa dengan kreativitas tinggi lebih baik prestasi belajarnya didandingkan dengan yang sedang dan rendah, sedangkan kreativitas siswa sedang lebih baik dari yang kreativitasnya rendah. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD maupun tipe GI, siswa yang mempunyai kreativitas tinggi lebih baik prestasinya dibandingkan dengan yang sedang dan rendah, sedangkan siswa yang kreativitas belajarnya sedang lebih baik dari yang kreativitasnya rendah. Untuk tingkat kreativitas tinggi, siswa yang diberi pembelajaran dengan model kooperatif tipe GI lebih baik dari STAD, dan pada katagori kreativitas sedang dan rendah pembelajaran kooperatif tipe STAD maupun tipe GI tidak menyebabkan perbedaan prestasi belajar.

2. Ira Kurniawati (2003) dalam penelitiannya yang berjudul ” Pengaruh

Metode Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Aktivitas Belajar siswa Kelas II SLTP Negeri 15 Surakarta”. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa model pembelajaran kooperatif Jigsaw efektif untuk proses pembelajaran pada pokok bahasan bangun datar jajaran genjang, belah ketupat, layang-layang, dan trapesium. Hasil analisis menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa dengan model kooperatif Jigsaw lebih baik dari pada prestasi belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran konvensional.

3. Chusnul Ainy (2000) dalam penelitiannya yang berjudul ”Model


(54)

commit to user

Dasar”. Hasil penelitian ini adalah bahwa model pembelajaran Kooperatif Jigsaw efektif untuk proses pembelajaran pada pokok bahasan luas dan keliling di kelas V sekolah dasar. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif jigsaw lebih baik dari pada prestasi belajar siswa dengan medel pembelajaran tradisional.

Dari hasil penelitian yang relevan di atas, persamaan dan perbedaannya dengan penelitian ini adalah:

Persamaan : Dalam pembelajarannya sama-sama menggunakan metode pembelajaran kooferatif tipe STAD dan tipe Jigsaw.

Perbedaan : Pokok bahasan dalam penelitian ini adalah statistika, pada sekolah menengah atas di Kabupeten Kotawaringin Barat Propinsi Kalimantan Tengah, sedangkan dalam penelitian Siti Munjiyatun Aly pada materi persamaan dan pertidaksamaan eksponen dan logaritma pada SMAN-1 Sragen dan SMAN-SMAN-1 Sumber Lawang Kabupeten Sragen propinsi Jawa Tengah. Ira Kurniawati pada pokok bahasan bangun datar jajaran genjang, belah ketupat, layang-layang, dan trapessium, pada Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan penelitian Chusnul Ainy pada pembelajaran matematika di Sekolah Dasar dengan pokok bahasan luas dan keliling kelas

C. Kerangka Berpikir dan Hipotesis 1. Kerangka Berpikir

Kerangka pemikiran merupakan arahan penalaran untuk dapat sampai pada pemberian jawaban sementara atas masalah yang telah dirumuskan.


(55)

commit to user

Kerangka pemikiran berguna untuk menempatkan teori- teori yang seolah-olah terlepas menjadi suatu rangkaian yang utuh untuk menentukan jawaban sementara.

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini bahwa keberhasilan proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan pengajaran dapat dilihat dari prestasi belajar siswa. Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, diantaranya adalah metode pembelajaran dan aktivitas belajar siswa.

Penggunaan metode pembelajaran cukup besar pengaruhnya terhadap keberhasilan guru dalam mengajar. Pemilihan metode pembelajaran yang tidak tepat justru dapat menghambat tercapainya tujuan mengajar. Agar metode pembelajaran terpilih dengan tepat, seorang guru harus mengetahui macam-macam metode pembelajaran dan mengetahui pula metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pada pokok bahasannya.

Metode pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan pada filsafat konstruktivisme, dimana siswa secara aktif mengkonstruksikan pengetahuan mereka sendiri. Siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit dalam pelajaran, apabila mereka dapat saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya. Pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah pembelajaran untuk memotivasi peserta didik agar saling memberi semangat dan membantu satu sama lain untuk menguasai materi yang diajarkan. Apabila peserta didik menginginkan timnya mendapat penghargaan, mereka harus membantu teman satu tim dalam mempelajari bahan ajar/materi tersebut. Mereka bekerjasama dengan membandingkan jawaban, berdiskusi apabila


(1)

commit to user

dengan siswa yang yang mempunyai aktivitas sedang dan rendah, serta siswa

yang mempunyai aktivitas sedang lebih baik prestasi belajarnya dibandingkan

dengan siswa yang mempunyai aktivitas rendah. Sehingga untuk pembelajaran

dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw maupun

metode pembelajaran kooperatif tipe STAD memberikan hasil prestasi belajar

yang berbeda untuk setiap kategori aktivitas belajar yang berbeda.

B.

Implikasi

1. Implikasi Teoritis

Dari analisis hasil penelitian dapat ditunjukkan bahwa prestasi belajar

siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan metode pembelajaran Jigsaw

mempunyai prestasi belajar lebih baik dari pada pembelajaran dengan metode

pembelajaran STAD. Begitu juga bahwa siswa yang mempunyai aktivitas Belajar

tinggi lebih baik dari pada siswa yang mempunyai aktivitas belajar sedang,

prestasi belajar siswa yang mempunyai aktivitas belajar sedang lebih baik dari

pada siswa yang mempunyai aktivitas belajar rendah pada pokok bahasan

Statistika Kelas XI, begitu juga prestasi belajar siswa yang mempunyai aktivitas

belajar tinggi lebih baik dari pada siswa yang mempunyai aktivitas belajar rendah.

Sedangkan untuk siswa mempunyai aktivitas belajar tinggi pembelajaran dengan

metode pembelajaran Jigsaw memberikan prestasi belajar matematika yang lebih

baik dari pada prestasi belajar matematika dengan metode pembelajaran STAD.

Pada siswa yang mempunyai aktivitas belajar sedang pembelajaran dengan model

pembelajaran Jigsaw memberikan prestasi belajar matematika tidak berbeda


(2)

commit to user

dengan prestasi belajar matematika dengan metode pembelajaran STAD. Pada

siswa yang mempunyai aktivitas belajar rendah pembelajaran dengan metode

pembelajaran Jigsaw memberikan prestasi belajar matematika tidak berbeda

dengan prestasi belajar matematika dengan metode pembelajaran STAD.

Sedangkan Pada pembelajaran dengan metode pembelajaran Jigsaw, prestasi

belajar siswa pada aktivitas belajar tinggi lebih baik dari pada siswa yang

mempunyai aktivitas belajar sedang. Pada pembelajaran dengan metode

pembelajaran Jigsaw, prestasi belajar siswa pada aktivitas belajar sedang lebih

baik dari pada siswa yang mempunyai aktivitas belajar rendah. Pada

pembelajaran dengan metode pembelajaran Jigsaw, prestasi belajar siswa pada

aktivitas belajar tinggi lebih baik dari pada siswa yang mempunyai aktivitas

belajar rendah. Pada pembelajaran dengan metode pembelajaran STAD, prestasi

belajar siswa pada aktivitas belajar tinggi lebih baik dari pada siswa yang

mempunyai aktivitas belajar sedang. Pada pembelajaran dengan metode

pembelajaran STAD, prestasi belajar siswa pada aktivitas belajar sedang lebih

baik dari pada siswa yang mempunyai aktivitas belajar rendah. Pada

pembelajaran dengan metode pembelajaran STAD, prestasi belajar siswa pada

aktivitas belajar tinggi lebih baik dari pada siswa yang mempunyai aktivitas

belajar rendah. Dari hal di atas bahwa metode pembelajaran Jigsaw adalah

metode yang tepat dalam menyajikan tentang pokok bahasan Statistika di kelas

XI. Begitu juga agar dapat menumbuhkan dan mengembangkan aktivitas belajar

siswa dari sejak dini sehingga diharapkan siswa mempunyai aktivitas belajar yang

tinggi yang pada akhirnya mendapatkan prestasi belajar yang baik pula.

Selanjutnya perlunya dapat memilih model pembelajaran yang paling tepat dalam


(3)

commit to user

pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan, dan yang sesuai dengan

tingkat aktivitas belajar siswa terhadap pokok bahasan tertentu supaya siswa

dapat mudah menerima ilmu yang diajarkan yang pada akhirnya mendapatkan

prestasi belajar yang baik.

2. Implikasi Praktis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai landasan penelitian dan

dapat digunakan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan prestasi belajar

siswa pada bidang studi matematika dengan memperhatikan aktivitas belajar

siswa yang berbeda. Perlu juga untuk diperhatikan oleh guru bidang studi

matematika bahwa pemilihan metode pembelajaran harus disesuaikan dengan

pokok bahasan yang akan dipelajari sehingga guru dapat mengkolaborasikan dari

beberapa metode pembelajaran.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan impilkasi di atas maka ada beberapa saran

yang perlu untuk disampaikan, diantaranya :

1. Kepada Siswa

a. Pada saat pembelajaran matematika dengan metode kooperatif tipe Jigsaw,

siswa, diharapkan selalu memperhatikan penjelasan atau jawaban yang

disampaikan oleh siswa lain, terutam pada saat diskusi dalam kelompok ahli

maupun saat diskusi kembali menyampaikan materi dalam kelompok asal.

b. Siswa diharapkan selalu aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran untuk

bertukar pikiran atau pendapat dalam diskusi tentang materi pelajaran yang

yang sedang dipelajari.


(4)

commit to user

mempelajari terlebih dahulu materi yang akan dipelajari. sehingga siswa

mudah memahami materi dan dapat aktif dalam mengikuti proses diskusi,

penjelasan dari siswa yang lain dalam menyampaikan materi ahli, penjelasan

guru atau menanggapi permasalahan yang dipresentasikan kelompok lain.

2. Kepada Guru Mata Pelajaran Matematika

a. Guru hendaknya lebih banyak melibatkan peran siswa secara aktif dalam

melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika, diharapkan siswa mampu

mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri sehingga pembelajaran akan lebih

bermakna, yaitu dengan memilih alternatif metode pembelajaran yang lebih

menekankan pada keterlibatan siswa secara aktif, seperti dengan metode

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

b. Diharapkan guru sebelumnya dapat melakukan persiapan yang lebih baik

dalam menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, khususnya

dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja

siswa (LKS) dan Evaluasi, sehingga mudah dipahami oleh siswa dalam diskusi

kelompok.

c. Guru matematika diharapkan untuk bisa menerapkan metode pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw sebagai alternatif dalam pembelajaran matematika,

karena metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan metode

pembelajaran yang berorientasi pada proses, sehingga pembelajaran lebih

bermakna dan dapat lebih meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi

pelajaran. Selain itu, metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat untuk

meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir kritis, kreatif dan dapat

menumbuhkan rasa sosial yang tinggi.


(5)

commit to user

3. Kepada Kepala Sekolah

a. Untuk meningkatkan wawasan guru dalam dunia pendidikan khususnya

pembelajaran, hendaknya kepala sekolah secara aktif memberikan kesempatan

kepada guru khususnya guru matematika untuk ikut serta dalam kegiatan

MGMP, diskusi, seminar maupun kegiatan ilmiah lainnya. Sehingga dalam

pembelajaran matematika, guru akan lebih inivatif, kreatif dalam menggunakan

metode-metode pembelajaran dalam matematika.

b. Hendaknya selalu aktif untuk mengadakan hubungan kerjasama dengan

instansi pendidikan lain, maupun masyarakat dalam upaya untuk meningkatkan

kualitas pendidikan, khususnya kualitas pembelajaran matematika, antara lain

dengan melalui pengembangan metode pembelajaran kreatif, misalnya metode

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

4. Kepada Orang Tua

a. Hendaknya selalu memperhatikan putra-putrinya dalam kegiatan belajar dan

menyediakanfasilitas belajar yang optimal dalam upaya meningkatkan prestasi

belajar mereka terutama dalam mata pelajaran matematika.

b. Hendaknya membimbing putra-putrinya agar mudah dalam memahami materi

pembelajaran inovatif dan kreatif dalam diskusi kelompok pada pembelajaran

matematika dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

di sekolah.

5. Kepada Pejabat Instansi Terkait

a. Dalam menentukan kebijakan hendaknya dinas pendidikan kabupaten dapat

mendorong sekolah-sekolah dan guru untuk mengaktifkan musyawarah guru

mata pelajaran (MGMP) khususnya dalam mata pelajaran matematika.


(6)

commit to user

b. Hendaknya bisa menghimbau kepada para guru agar menggunakan metode

pembelajaran yang lebih berpusat pada siswa, misalnya metode pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw.


Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar biologi siswa antara pembelajaran kooperatif tipe stad dengan metode ekspositori pada konsep ekosistem terintegrasi nilai: penelitian quasi eksperimen di SMA at-Taqwa Tangerang

0 10 192

Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan teknik Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar fiqih di MTs Nurul Hikmah Jakarta

0 9 145

Penerapan model pembelajaran kooperatif student teams achievement division dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih: penelitian tindakan kelas VIII-3 di MTs Jami'yyatul Khair Ciputat Timur

0 5 176

Komparasi hasil belajar metode teams games tournament (TGT) dengan Student Teams Achievement Division (STAD) pada sub konsep perpindahan kalor

0 6 174

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Division dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih (Penelitian Tindakan Kelas VIII-3 di Mts. Jam'yyatul Khair Ciputat Timur)

0 5 176

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA POKOK BAHASAN PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN KUADRAT DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL

0 2 112

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA YANG DIBELAJARKAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) DAN JIGSAW PADA POKOK BAHASAN HIDROKARBON DI SMA NEGERI 1 DELITUA.

0 2 19

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION(STAD) YANG DIMODIFIKASI PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA

0 5 109

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) POKOK BAHASAN LINGKARAN DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL.

0 0 11

STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DENGAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAME TOUR

0 1 15