commit to user
BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori
1. Pembelajaran Matematika
Secara umum makna dari belajar adalah suatu usaha atau kegiatan dari seseorang untuk mendapatkan suatu hal yang belum dipahami dan hal yang
belum diketahui sehingga akan memahami dan mengetahui tentang suatu hal yang diinginkan. Menurut Aunurahman 2010 bahwa : Belajar menunjukan
suatu aktivitas pada diri seseorang yang disadari atau disengaja. Oleh sebab itu pemahaman pertama yang sangat penting adalah bahwa kegiatan belajar
merupakan kegiatan yang disengaja atau direncanakan oleh pembelajar sendiri dalam bentuk suatu aktivitas tertentu. Aktivitas ini menunjukan pada keaktivan
seseorang dalam melakukan suatu kegiatan tertentu, baik pada aspek-aspek jasmaniah maupun aspek mental yang memungkinkan terjadinya perubahan pada
dirinya. Menurut Witherington dalam Aunurrahman 2010 : 35 belajar adalah suatu perubahan di dalam diri sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa
kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian. Sehingga belajar adalah merupakan perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berkaitan dengan
aspek pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, kegemaran dan sikap seseorang yang terbentuk. Kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan dimaksud adalah
merupakan proses belajar,sedangkan perubahan tingkah laku itu sendiri merupakan hasil belajar.
commit to user
Pengertian matematika menurut pendapat dari beberapa ahli di
antaranya adalah: Menurut Rotman dalam Brent Davis 2000 bahwa: Matematika adalah suatu aktivitas, suatu praktek. Jika mengamati peserta-
pesertanya, lalu itu akan menjadi yang suka bertentangan bukan untuk menyimpulkanmenduga bahwa untuk rentang waktu yang lama mereka sibuk
dengan proses tentang berkomunikasi hal yang kecil diri mereka satu sama lain; satu kesimpulan yang diutarakan oleh kehadiran yang tetap dari text notes
secara prestasi yang tertulis formal yang diperkenalkan, buku teks, papan tulis memberi kuliah, artikel-artikel, intisari-intisari, tinjauan ulang, dan semacamnya
seseorang membaca, menulis, dan menukar, dan semua aktivitas tanda yang informal bahwa terjadi ketika mereka berbicara, menggerakkan tangan,
menguraikan secara
terperinci, terkaan-terkaan
buatan, tidak
sependapat, menggambarmenarik gambar-gambar, dan seterusnya. Sedangkan menurut
Herman Hudoyo 1988:3, bahwa simbolisasi dalam matematika menjamin adanya komunikasi dan mampu memberikan keterangan untuk membentuk suatu
konsep baru. Konsep baru akan dapat terbentuk karena adanya pemahaman terhadap konsep sebelumnya sehingga konsep-konsep matematika tersusun
secara hierarkis. Menurut Gagne, R. M dalam Soehardjo 1992:12 menyatakan bahwa obyek penelaahan matematika adalah fakta, keterampilan operasi
matematika konsep dan prinsip atau aturan-aturan. Obyek penelaahan ini menggunakan simbol-simbol sebagai sarana untuk melakukan penalaran.
Menurut Soehardjo 1992:12, matematika dapat digambarkan sebagai suatu kumpulan sistem yang tiap-tiap sistem itu mempunyai struktur atau urutan,
commit to user
interelasi dari pengetahuan atau operasi-operasi tersendiri yang terusun secara deduktif. Matematika berkenaan dengan pikiran berstruktur yang relasi
operasinya maupun hubungan-hubungannya diatur secara logis. Oleh karena itu matematika bersifat sangat abstrak yaitu berkenaan dengan konsep, prinsip,
abstrak dalam penalarannya. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa matematika berhubungan dengan aktivitas dalam praktek kehidupan
sehari-hari, ide-ide atau konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hierarkis dan penalarannya bersifat deduktif.
Adapun pengertian belajar matematika menurut Herman Hudoyo 1988:6, seseorang dikatakan belajar matematika bila dapat diasumsikan dalam diri orang
tersebut terjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku yang berkaitan dengan matematika, dimana tingkah laku itu dapat
diamati, yang diperoleh dengan adanya usaha orang tersebut. Perubahan yang disebabkan oleh proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk, seperti
perubahan pemahaman, perubahan pengetahuan, sikap dan tingkah laku, keterampilan serta aspek-aspek lain yang ada pada diri orang yang belajar.
Belajar matematika pada dasarnya merupakan proses yang diarahkan pada suatu tujuan. Tujuan belajar matematika dapat dilihat dari kemampuan seseorang
memfungsikan materi matematika yang dipelajari, baik secara konseptual maupun secara praktis. Secara konseptual dimaksudkan dapat mempelajari
matematika lebih lanjut, sedangkan secara praktis dimaksudkan menerapkan matematika pada bidang-bidang lain dan dalam kehidupan nyata.
Sedangkan pengertian dari prestasi belajar matematika adalah proses belajar mengajar yang dapat menghasilkan perubahan pada diri siswa, dimana
commit to user
perubahan tersebut berupa kemampuan diberbagai bidang yang sebelumnya tidak dimiliki siswa. Menurut Gagne dalam Winkel 1996:482, kemampuan-
kemampuan itu digolongkan atas kemampuan dalam hal informasi verbal, kemahiran intelektual, pengaturan kegiatan kognitif, kemampuan motorik dan
sikap. Kemampuan-kemampuan tersebut merupakan kemampuan internal yang harus dinyatakan dalam suatu prestasi belajar yang diberikan oleh siswa,
berdasarkan kemampuan internal yang diperolehnya. Jadi proses pembelajaran matematika dikatakan berhasil jika tujuan instruksional atau indikator yang telah
ditetapkan dapat tercapai. Tujuan instruksional atau indikator tersebut merupakan rumusan hasil belajar yang telah ditetapkan menurut aspek isi maupun aspek
perilaku. Menurut Syaiful Bahri Djamarah 1994 : 120 yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses pembelajaran dianggap berhasil adalah hal-hal sebagai
berikut: 1
Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individu maupun kelompok.
2 Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaraninstruksional atau indikator
telah dicapai oleh siswa, baik secara individual maupun kelompok. Dari beberapa pendapat tentang prestasi belajar, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai siswa dalam proses belajar atau tingkat penguasaan yang dicapai siswa dalam mengikuti proses
belajar mengajar yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru.
2. Teori Belajar Konstruktivisme
commit to user
Teori Kostruktivisme menyatakan bahwa siswa harus menemukan
sendiri dan menginformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak
lagi sesuai Nur dalam Trianto, 2007: 13 . Adapun teoti-teori belajar konstruktivisme yang berpengaruh besar
dalam pendidikan sains dan matematika adalah:
a. Teori Perubahan Konsep
Carey dalam Paul Suparno 1997:51-52,menguraikan adanya dua perubahan konsep, yaitu perubahan yang kuat dan perubahan yang lemah.
Perubahan konsep yang kuat terjadi bila seseorang mengadakan akomodasi terhadap konsep yang telah ia punyai ketika berhadapan dengan dengan
fenomena yang baru. Sedangkan perubahan yang lemah terjadi bila orang tersebut hanya mengadakan asimilasi skema yang lama ketika berhadapan
dengan fenomena yang baru. Dengan dua perubahan itu pengetahuan manusia berkembang dan berubah. Untuk memungkinkan perubahan
tersebut, diperlukan situasi anomali, yaitu suatu keadaan yang menciptakan ketidakseimbangan dalam pikiran manusia atau yang menantang
seseorang berpikir.
b. Teori Belajar Bermakna Ausubel
Menurut Ausubel 1978 dalam Paul Suparno 1997:53-54, ada dua jenis belajar bermakna dan belajar menghafal. Belajar bermakna terjadi bila
siswa mengasimilasikan apa yang ia pelajari dengan pengetahuan yang ia
commit to user
punyai sebelumnya. Dalam proses ini pengetahuan seseorang selalu diperbaharui dan dikembangkan lewat fenomena-fenomena dan pengalaman
yang baru.
c. Teori Skema
Menurut teori skema Jonasen 1993 dalam Paul Suparno 1997:55. Setiap orang dalam pikirannya mempunyai macam-macam skema mengenai
macam-macam hal. Teori skema lebih menunjukkan bahwa pengetahuan kita itu tersusun dalam skema yang terletak dalam ingatan kita. Dalam belajar kita
dapat menambah dan mengubah skema yang ada sehingga dapat menjadi lebih luas dan berkembang.
3. Pembelajaran Kooperatif a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama
dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Menurut Harst dalam Mau dan D Ambrosio, 2003, mengatakan bahwa:
Interaksi pembelajaran dapat berlansung saat:1 berada dalam grup kelompok kecil, 2 ketika sebuah grup atau kelompok Sharing dengan grup
lain, 3 ketika seorang guru mencoba untuk mengikuti keterangan dari siswa dan membuat tanggapan atas pemikiran siswa.
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk pembelajaran dengan berdasar pada paham konstruktivisme. Pembelajaran kooperatif
merupakan strategi belajar dimana siswa belajar pada kelompok kecil yang
commit to user
memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa belajar bersama dalam kelas kelompok-kelompok kecil yang terdiri
dari 4-6 orang siswa, dengan tingkat kemampuan yang berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus
saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami bahan pelajaran. Menurut Anita Lie 2010:72, sistem pengajaran yang memberikan
kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas yang berstruktur disebut sistem pengajaran gotong royong atau
cooperative learning. Dari hasil penelitian, pada beberapa bidang studi yang
melibatkan suatu pelajaran yang kompleks dan memerlukan keterampilan dalam menyelesaikan, maka kerja kelompok lebih sesuai untuk mencapai
tujuan dibandingkan dengan kompetisi, khususnya bagi mereka yang berkemampuan rendah.
Pendapat lain dinyatakan oleh Fengfeng K dan Grabowski 2007, bahwa dalam model pembelajaran kooperatif, keberhasilan yang dapat dicapai
oleh tiap individu dalam kelompoknya sangat berarti dalam mencapai tujuan kelompok. Pembelajaran kooperatif dapat digunakan untuk meningkatkan
prestasi akademik. Penelitian dalam pembelajaran matematika telah mengakui bahwa ada efek positif antara pembelajaran kooperatif dengan peningkatan
kemampuan berpikir menguasai konsep.
b. Konsep Dasar Pembelajaran Kooperatif
Manusia memiliki derajat, potensi, latar belakang historis, serta harapan masa depan yang berbeda-beda. Karena perbedaan itu manusia dapat saling
asah, asih dan asuh saling mencerdaskan. Pembelajaran kooperatif
commit to user
menciptakan interaksi yang saling asah, asih dan asuh sehingga tercipta masyarakat belajar. Siswa tidak hanya belajar dari guru, tetapi juga dari semua
siswa.
c. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Elemen-elemen pembelajaran kooperatif
menurut Johnson, Johnson dan Holubec 1999 dalam Effandi Zakaria dan Zonaton Iksan 2007 adalah:
1 Saling ketergantungan positif
Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan yang
saling membutuhkan inilah yang dimaksud dengan ketergantungan positif.
2 Interaksi tatap muka
Interaksi tatap muka akan memaksa siswa saling tatap muka dalam kelompok sehingga mereka dapat berdialog. Dialog tidak hanya
dilakukan dengan guru. 3
Akuntabilitas individual Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar
kelompok. Penilaian ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian secara
individual selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua anggota kelompok mengetahui siapa anggota kelompok yang
memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan. Nilai
commit to user
kelompok didasarkan atas rata-rata hasil belajar semua anggotanya, karena itu tiap anggota harus memberi sumbangan demi kemajuan
kelompok. Penilaian kelompok secara individual ini yang di maksud dengan akuntabilitas individual.
4 Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi
Keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani
mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan
antar pribadi tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan. Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antar pribadi akan
memperoleh teguran dari guru juga dari sesama siswa.
d. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan pembelajaran yaitu penerimaan, pengembangan keterampilan sosial,
prestasi akademik Arends, 1997:111 1.
Penerimaan Hal yang sangat penting dalam pembelajaran koperatif adalah
penerimaan yang lebih luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, tingkat sosial dan kemapuan. Belajar kooperatif memberikan
kesmpatan bagi siswa dengan berbagai latar belakang yang beragam untuk bekerja sama saling membantu dalam mengerjakan tugas-tugas.
commit to user
2. Pengembangan Keterampilan Sosial
Yang menjadi tujuan terpenting dalam pembelajaran koperatif adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan-keterampilan kerjasama dan
kolaborasi. Hal ini menjadi penting karena siswa berasal dari masyarakat yang heterogen. Banyak anak-anak dan orang dewasa kurang mempunyai
keterampilan kooperatif yang dibuktikan dengan ketidakharmonisan hubungan antar individu. Hal ini dapat menyebabkan rasa tidak puas jika
diminta bekerja dalam situasi yang kooperatif. 3.
Prestasi Akademik Dalam Pembelajaran kooperatif selain mencakup berbagai tujuan sosial,
juga tidak kalah penting untuk meningkatkan prestasi akademik. Pembelajaran koperatif dapat bermanfaat bagi siswa yang berprestasi rendah
dan tinggi yang bersama-sama pada tugas akademik. Siswa yang berprestasi tinggi membantu siswa yang berprestasi rendah.
Sedangkan menurut Slavin 2005:15 bahwa tujuan yang paling penting dari pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan para siswa
pengetahuan, konsep, kemampuan, dan pemahaman yang mereka butuhkan supaya bisa menjadi anggota masyarakat yang bahagia dan memberikan
kontribusi. Sejak semula penelitian mengenai pembelajaran kooperatif telah memperlihatkan bagaimana strategi ini bisa mengembangkan pencapaian yang
dibuat para siswa. Namun, penelitian ini juga memperlihatkan berbagai alasan bahwa pembelajaran kooperatif memang meningkatkan pencapaian dan, yang
paling penting, penelitian juga menunjukkan bahwa unsur-unsur pembelajaran
commit to user
kooperatif harus ada pada tempatnya jika menginginkan dan pencapaian maksimal.
e. Keuntungan Pembelajaran Kooperatif
1. Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi
kebersamaan dalam kelompok atau tim.
2. Siswa akan lebih aktif dalam membantu dan mendorong semangat
untuk sama-sama berhasil.
3. Siswa yang berprestasi tinggi akan aktif berperan sebagai tutor sebaya
untuk dapat meningkatkan keberhasilan tim.
4. Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka
dalam berpendapat. 5. Interaksi antar siswa membantu meningkatkan perkembangan kognitif.
4. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Ide utama dari metode pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah memotivasi peserta didik saling memberi semangat dan membantu satu sama
lain untuk menguasai materi yang diajarkan. Apabila peserta didik menginginkan timnya mendapat penghargaan mereka harus membantu teman
satu tim dalam mempelajari bahan ajar materi tersebut. Mereka bekerjasama dengan membandingkan jawaban, berdiskusi apabila ada perbedaan atau
kesulitan dan kesalahpahaman dan saling membantu untuk memecahkan masalah dan untuk menguasai materi yang mereka pelajari agar masing-
masing individu dalam tim tersebut berhasil dalam kuis. Tahap pembelajaran metode pembelajaran kooperatif tipe STAD
menurut M. Nur dalam Trianto, 2005:20 antara lain meliputi:
commit to user
1. Presentasi Kelas atau Tahap Penyajian Materi Bahan ajar dalam STAD mula-mula diperkenalkan melalui presentasi
kelas. Presentasi kelas bisa menggunakan pengajaran langsung atau suatu ceramah-diskusi yang dilakukan oleh guru, namun presentasi dapat
meliputi presentasi audio-visual atau kegiatan penemuan kelompok. Pada kegiatan ini peserta didik bekerja lebih dulu untuk menemukan informasi
atau mempelajari konsep-konsep atas upaya mereka sendiri sebelum pengajaran guru. Presentasi kelas dalam STAD meliputi pendahuluan, inti
yang dapat berisi komponen presentasi dapat berupa latihan terbimbing dari keseluruhan pelajaran. Pendahuluan dengan mengatakan kepada
peserta didik apa yang akan dipelajari dan mengapa hal itu penting. Presentasi berupa penyampaian materi kepada peserta didik. Latihan
terbimbing dengan meminta seluruh peserta didik untuk mengerjakan soal atau contoh-contoh soal atau membahas jawaban dan pertanyaan-
pertanyaan guru. 3.
Kerja Kelompok Kelompok terdiri dan empat atau lima peserta didik yang mewakili
heterogenitas kelas dalam kinerja akademik, jenis kelamin, dan suku. Fungsi utama kelompok adalah menyiapkan anggotanya agar berhasil
menghadlapi kuis. Setelah guru mempresentasikan bahan ajar, kelompok berkumpul mempelajari lembar kegiatan yang didapatkan dari guru. ketika
peserta didik mendiskusikan masalah bersama dan membandingkan jawaban, kerja kelompok yang paling sering dilakukan adalah
commit to user
membetulkan setiap kekeliruan apabila teman sesame kelompok membuat kesalahan.
Kerja kelompok merupakan hal yang sangat penting dalam STAD. Pada setiap saat penekanan diberikan pada anggota kelompok agar
melakukan yang terbaik buat kelompoknya, dan pada kelompok sendiri agar melakukan yang terbaik untuk membantu anggotanya. Kelompok
tersebut menyediakan dukungan teman sebaya untuk kinerja akademik yang memiliki pengaruh berarti pada pembelajaran, dan kelompok yang
menunjukkan saling peduli dan hormat, hal itulah yang memiliki pengaruh berarti pada hasil-hasil belajar, seperti hubungan antar tim, harga diri, dan
penerimaan terhadap kebanyakan peserta didik. 4.
Pelaksanaan Kuis Individual Setelah satu sampai dua periode presentasi guru dan satu sampai dua
periode latihan kelompok, para peserta didik tersebut dikunai kuis individual. Peserta didik tidak dibenarkan saling membantu selama kuis
berlangsung. Hal ini menjamin agar peserta didik secara individual bertanggung jawab untuk memahami bahan ajar tersebut.
5. Nilai Perkembangan Individual
Setiap peserta didik dapat menyumbang poin maksimum kepada kelompoknya dalam sistem penskoran, namun tidak seorang peserta didik
pun dapat melakukan seperti itu tanpa menunjukkan perbaikan atas kinerja masa lalu. Setiap peserta didik diberikan sebuah skor dasar, yang dihitung
dari kinerja rata-rata peserta didik pada kuis serupa sebelumya. Kemudian
commit to user
peserta didik memperoleh poin untuk timnya didasarkan pada berapa banyak skor kuis mereka melampaui skor dasar mereka.
Tabel 2.1 Penentuan Nilai Perkembangan Individu Berdasarkan Nilai
Apabila suatu skor kuis adalah … Seorang
peserta didik
mendapat …
Nilai sempurna tidak
memandang berapa pun skor dasarnya
30 poin perbaikan Lebih dari sepuluh poin di atas skor
dasar 30 pion perbaikan
Skor dasar sampai sepuluh poin di atas skor dasar
20 poin perbaikan Sepuluh poin dibawah sampai satu poin
dibawah skor dasar 10 poin perbaikan
Lebih dari sepuluh poin dibawah skor perbaikan
5 skor perbaikan
6. Penghargaan Kelompok
Kelompok dapat memperoleh penghargaan lain apabila skor rata-rata mereka melampaui kriteria tertentu. Ada tiga tingkat penghargaan yang
diberikan didasarkan skor tim rata-rata. Ketiga tingkat itu adalah: Tabel 2.2 Tingkat Pernghargaan Kelompok
Kriteria Rata-Rata Kelompok Penghargaan
X ≤ 20
TIM BAIK 20 X
≤ 25 TIM HEBAT
X 25 TIM SUPER
Seluruh kelompok dapat memperoleh penghargan tersebut, didalam sebuah kelas dapat terjadi lebih dari satu tim yang kriteria di atas terpenuhi.
Kriteria di atas dibuat sedemikian rupa sehingga untuk mendapatkan
commit to user
kelompok hebat, sebagian besar peserta didik mendapat skor di atas skor dasar mereka, dan untuk mendapatkan kelompok super, sebagian besar
anggota kelompok paling sedikit mendapatkan sepuluh poin di atas skor dasar mereka, Bila perlu kriteria ini dapat diubah.
Guru seharusnya mempersiapkan sejenis penghargaan atau hadiah untuk kelompok yang mencapai tingkat tim hebat atau tim super.
Penghargaan tersebut dapat berupa sertifikat dengan ukuran besar untuk tim super dan yang lebih kecil untuk tim hebat, sedangkan tim baik dapat
diberikan sekedar ucapan selamat di kelas. Selain berupa sertifikat guru juga dapat menyiapkan selebaran satu halaman, memberi peserta didik
lencana atau pin untuk dipakai, perlakuan simpatik, atau bentuk apapun
yang sesuai sebagai penghargaan atau hadiah. 5. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Pengertian Jigsaw dalam kooperatif adalah satu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang
bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya Arends,
1997:73. Jigsaw dikembangkan dan diuji oleh Eliot Aronso, kemudian digunakan
oleh Slavin dan temannya Arends,1997:72. Dalam pembelajaran kooperatif jigsaw ini, siswa belajar bekerja dalam kelompok yang heterogen dan
beranggotakan 4-6 orang, yang disebut kelompok asal. Setiap anggota kelompok bertangung jawab atas penguasaan bagian dari materi belajar yang
ditugaskan padanya, kemudian mengajarkan bagian tersebut kepada anggota
commit to user
kelompok lain. Masing-masing anggota kelompok yang mendapat tugas penguasaan bagian tersebut kepada anggota kelompok lain. Masing-masing
anggota kelompok yang mendapat tugas penguasaan bagian materi itu disebut
ahli. Keahlian tersebut dapat diperoleh dari menawarkan bagian materi kepada
anggota kelompok menurut dari kelompok yang berbeda dengan topik yang sama ahli bertemu untuk berdiskusi antar ahli. Mereka dapat saling membantu
satu sama lain tentang topik yang ditugaskan, serta mendiskusikannya. Setelah itu siswa pada kelompok ahli kembali ke kelompok yang lainnya dari apa yang
dibahasdan dipelajari dalam kelompok ahli. Hubungan yang terjadi antara kelompok asal dan kelompok ahli
digambarkan oleh Arend,RI, sebagai berikut :
Kelompok asal
Kelompok Ahli Gambar 2.1. Hubungan kelompok asal dan kelompok ahli Jigsaw
Masing-masing anggota kelompok asal bertemu dalam diskusi kelompok ahli untuk membahas materi yang ditugaskan. Setelah selesai
berdiskusi dalam kelompok ahli, kembali pada kelompok asal untuk
commit to user
menjelaskan pada teman sekelompoknya. Jigsaw di desain tidak hanya untuk meningkatkan rasa tanggung jawab secara mandiri, tetapi juga dituntut untuk
saling ketergantungan dalam arti positif terhadap teman sekelompoknya. Dalam penelitian ini, masing-masing kelompok asal terdiri dari lima
siswa, karena pokok bahasan statistika terdiri dari lima sub pokok bahasan yang saling independen. Setiap siswa terdiri dari lima sub pokok bahasan yang saling
independen. Setiap siswa bertanggung jawab atas penguasaan materi yang ditugaskan kepadanya. Selanjutnya masing-masing kelompok ahli dengan
materi yang sama bertemu untuk berdiskusi dan mengerjakan latihan-latihan yang diberikan. Setelah waktu yang diberikan selesai, masing-masing siswa
dalam kelompok ahli kembali lagi ke kelompok asal untuk menjelaskan materi yang menjadi bagiannya pada siswa lain dengan materi yang berbeda. Siswa
yang mendapat bagian materi menyajikan data dalam bentuk diagram menjelaskan pada siswa lain yang mendapat bagian materi yang lainnya.
Demikian seterusnya hingga siswa-siswa dalam kelompok asal sudah paham materi pada pertemuan hari itu. Sedapat mungkin siswa berdiskusi dulu dengan
temannya dalam satu kelompok, jika menemui kesulitan baru bertanya pada guru. Karena peran guru di sini masih diperlukan, baik sebagai motivator
maupun fasilitator. Sehingga hal ini dapat meminimalkan kelas yang ramai atau gaduh, karena guru dapat terus memantau jalannya diskusi masing-masing
kelompok, baik dalam diskusi kelompok asal, maupun diskusi kelompok ahli sehingga pembelajaran tetap berlangsung dengan efektif dan optimal.
Tahapan dari rencana pembelajaran kooperatif Jigsaw diatur secara instruksional sebagai berikut :
commit to user
a. Membaca
Siswa mendapat topik-topik ahli, kemudian membaca dan mempelajari materi tersebut untuk mendapatkan informasi.
b. Diskusi kelompok ahli
Siswa dengan topik ahli yang sama bertemu dalam kelompok ahli untuk mendiskusikan topik tersebut.
c. Laporan Kelompok
Masing-masing ahli kembali ke kelompok asalnya untuk menjelaskan topik pada kelompoknya.
d. Kuis tes
e. Penghargaan kelompok
f. Rangkuman pembelajaran
6. Aktivitas Belajar Siswa
Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia 1996:17, aktivitas berarti keaktifan, kegiatan atau kesibukan. Dalam kegiatan belajar mengajar, aktivitas
yang dimaksud adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Keduanya harus selalu terkait Nasution, 1995:89.
Pendapat lain yang dikemukakan oleh Rousseau dalam Sardiman A.M 1994:95 memberikan penjelasan bahwa dalam kegiatan belajar segala
pengetahuan harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan
sendiri, baik secara rohani maupun teknis. Hal ini menunjukan bahwa setiap
commit to user
orang yang bekerja harus aktif sendiri, tanpa adanya aktivitas maka proses belajar tidak mungkin terjadi.
Dari beberapa pendapat di atas diperoleh kesimpulan bahwa aktivitas belajar siswa adalah kegiatan belajar yang dilakukan siswa dengan cara
mengamati sendiri, menyelidiki sendiri dan bekerja secara aktif dengan fasilitas yang diciptakan sendiri untuk berkembang sendiri dengan bimbingan dan
pengamatan dari guru. Guru harus berusaha membangkitkan aktivitas siswa dalam menerima pelajaran baik aktivitas jasmani maupun rohani. Aktivitas
jasmani meliputi : melakukan percobaan, berkebun, dan lain-lain, sedang aktivitas rohani meliputi memecahkan persoalan, mengambil keputusan, dan
lain-lain. Aktivitas belajar siswa cukup hanya mendengarkan dan mencatat saja.
Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa disekolah. Paul B. Diedrich dalam Sardiman A.M 1994:99 membuat suatu daftar
aktivitas belajar yang dapat digolongkan sebagai berikut : a.
Visual activities, seperti : membaca, memperhatikan gambar, percobaan.
b. Oral activities,
seperti : menyatakan, bertanya, memberi saran. c.
Listening activities, seperti : menulis cerita, laporan, angket, menyalin.
Drawing activities, seperti : menggambar, membuat grafik, peta, diagram.
d. Emosional activities,
seperti : menaruh minat, berani, tenang, bersemangat.
Dengan klasifikasi seperti yang diuraikan di atas, menunjukkan bahwa aktivitas di sekolah bermacam-macam. Kalau berbagai macam kegiatan
commit to user
tersebut dapat diciptakan di sekolah, tentu sekolah-sekolah itu akan lebih dinamis, tidak membosankan dan bisa menjadi aktivitas belajar yang maksimal.
Aktivitas belajar siswa dalam penelitian ini adalah : 1.
Waktu untuk belajar matematika, yang meliputi frekuensi partisipasi belajar matematika dan waktu yang digunakan.
2. Sikap dalam mengikuti pelajaran matematika, yang meliputi partisipasi
dalam mengikuti pelajaran matematika, mengikuti jam kosong, sikap dalam mengerjakan setiap tugas di sekolah.
3. Belajar matematika sendiri, yang meliputi mengatasi kesulitan dalam
belajar matematika di rumah, belajar di luar sekolah atau les. 4.
Belajar matematika secara kelompok, yang meliputi partisipasi dalam belajar kelompok, mengatasi kesulitan dalam belajar secara kelompok.
5. Mengerjakan tugas, latihan atau pekerjaan rumah, yang meliputi
mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan, sikap dalam menghadapi pekerjaan rumah yang sulit.
B. Hasil Penelitian Yang Relevan