Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran

13 yang lebih tinggi, kurikulum yang dikembangkan berdasarkan standar, responsif terhadap budaya dan penilain autentik. COR Center for Occupational Research di Amerika dalam Muslich, 2007:41 mengatakan dalam Pembelajaran kontekstual memungkinkan terjadinya lima bentuk belajar yang penting, yaitu mengaitkan relating, mengalami expe- riencing, menerapkan applying, bekerjasama cooperating dan mentransfer transferring. Lima bentuk belajar tersebut dijelaskan sebagai berikut: a Relating adalah bentuk belajar dalam konteks kehidupan nyata atau pengalaman nyata b Experiencing adalah belajar dalam konteks eksplorasi,penemuan, dan penciptaan. . c Applying adalah belajar dalam bentuk penerapan hasil belajar ke dalam penggunaan dan kebutuhan praktis. Dalam praktiknya, siswa menerapkan konsep dan informasi ke dalam kebutuhan kehidupan mendatang yang dibayangkan. d Cooperating adalah belajar dalam bentuk berbagi informasi dan pengalaman, saling merespons, dan saling berkomunikasi. e Transfering adalah kegiatan belajar dalam bentuk memanfaatkan pengetahuan dan pengalaman berdasarkan konteks baru untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman belajar yang baru. Dari keterangan di atas diharapkan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dapat berpengaruh positif terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 12 Banadar Lampung. Hal tersebut dikarenakan pendekatan kontekstual 14 terdiri dari tujuh unsur yang bermanfaat dalam suatu pembelajaran yang digambarkan sebagai berikut. Pendekatan kontekstual memiliki tujuh komponen utama, yaitu konstruktivisme constructivism, menemukan Inquiry, bertanya Questioning, masyarakat belajar Learning Community, pemodelan modeling, refleksi reflection, dan penilaian yang sebenarnya Authentic Assesment Muslich 2007:43. Adapun tujuh komponen tersebut sebagai berikut. a Konstruktivisme Constructivism Kontruktivisme merupakan landasan berpikir CTL. Pendekatan yang berciri kotruktivisme menekankan terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif, kreatif, dan produktif berdasarkan pengetahuan terdahulu dan dari pengalaman belajar yang bermakna. Nurhadi 2004: 39-40 mengemukakan bahwa dalam pem- belajaran di kelas, penerapan pembelajaran konstruktivistik muncul dalam lima langkah pembelajaran yaitu : Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada activating knowledge, pemerolehan pengetahuan baru acquiring knowledge, pemahaman pengetahuan understanding knowledge dalam memahami pengetahuan, siswa perlu menyelidiki dan menguji semua hal yang memungkinkan dari pengetahuan baru itu, menerapkan pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh applying knowledge, dan melakukan refleksi reflecting on knowledge. b Menemukan Inquiry Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kon- tekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri. 15 Kegiatan menemukan inquiry merupakan sebuah siklus yang terdiri dari observasi observation, bertanya questioning, mengajukan dugaan hiphotesis, pengumpulan data data gathering, dan penyimpulan conclusion. c Bertanya Questioning Pengetahuan yang dimiliki seseorang dimulai dari bertanya. Sanjaya 2008: 266 menyatakan bahwa kegiatan bertanya berguna untuk pelajaran, 2 membangkitkan motivasi siswa untuk belajar, 3 merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu, 4 memfokuskan siswa pada sesuatu yang dinginkan, 5 membimbing siswa untuk menemukan dan menyimpulkan sesuatu. d Masyarakat Belajar Learning Community Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil pembelajaran diperoleh dari hasil sharing antar kelompok, dan antar yang tahu ke yang belum tahu. Masyarakat belajar pembelajaran saling belajar. Konsep ini menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan teman atau orang lain Nurhadi,2002:15. Masyarakat belajar terjadi bila ada komunikasi dua arah yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar. e Pemodelan Modeling Pemodelan pada dasarnya membahasakan gagasan yang dipikirkan, mendemon- strasikan bagaimana guru menginginkan siswanya untuk belajar, dan melakukan apa yang guru inginkan agar siswanya melakukan. Pemodelan dapat berbentuk demonstrasi, pemberian konsep contoh tentang konsep atau aktivitas belajar. 16 Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa dan juga mendatangkan dari luar. f Refleksi Reflection Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang dilakukan di masa yang lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima Nurhadi,2002: 18. Realisasinya dalam pembelajaran antara lain sebagai berikut. 1 Pernyataan langsung, tentang apa-apa yang diperoleh hari itu. 2 Catatan atau jurnal di buku siswa. 3 Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu. 4 Diskusi. 5 Hasil karya. g Penilaian yang sebenarnya Authentic Asessment Penilaian adalah pengumpulan berbagai data yang bisa memberi gambaran mengenai perkembangan belajar siswa. Dalam pembelajaran berbasis CTL, gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami pembelajaran yang benar. Fokus penilaian adalah pada penyelesaian tugas yang relevan dan kontekstual serta penilaian dilakukan terhadap proses maupun hasil. Langkah-langkah pembelajaran matematika dengan Pendekatan kontekstual Nurhadi 2000: 4 adalah : 1. Pendahuluan: 17 a Memulai pembelajaran dengan mengajukan masalah soal yang riil bagi siswa sesuai dengan pengalaman dan tingkat pengetahuannya masalah kontekstual sehingga siswa segera terlibat dalam pembelajaran bermakna. b Permasalahan yang diberikan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran tersebut. 2. Pengembangan: a Siswa mengembangkan atau menciptakan model-model matematis simbolik secara informal terhadap persoalan atau masalah yang diajukan. b Kegiatan pembelajaran berlangsung secara interaktif. Siswa diberi kesempatan menjelaskan dan memberi alasan terhadap jawaban yang diberikannya, memahami jawaban teman atau siswa lain, menyatakan setuju atau tidak setuju terhadap jawaban yang diberikannya, memahami jawaban teman atau siswa lain, dan mencari alternatif penyelesaian yang lain. 3. Penutuppenerapan: Melakukan refleksi terhadap setiap langkah atau terhadap hasil pembelajaran. Dari uraian di atas, pembelajaran melalui pendekatan kontekstual adalah pembelajaran yang mampu memberdayakan potensi siswa untuk membangun pengetahuan yang ada di dalam dirinya. Melalui pembelajaran matematika kontekstual, siswa mampu mengkonstruksi suatu pengetahuan yang baru, sehingga pembelajaran akan lebih bermakna bagi siswa yang akhirnya akan berdampak positif terhadap konsep belajar siswa. Selain itu, dengan pendekatan ini siswa dilatih mengamati suatu hal, menganalisisnya, dan menemukan sesuatu yang baru bagi dirinya. Dengan demikian, kesan yang didapat siswa akan lebih lama terekam dibandingkan dengan yang hanya menerima transfer ilmu dari guru. Dengan adanya pemberian refleksi pada pendekatan kontekstual, siswa 18 akan lebih memahami apa yang telah dipelajarinya dan bagaimana prosesnya. Hal inilah yang diharapkan mampu membuat siswa memperoleh hasil belajar yang lebih baik.

4. Aktivitas Belajar

Menurut Mulyono 2001 : 26, a segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik, merupakan suatu aktifitas. Sedangkan Menurut Sriyono dalam, Ahmad. 2010 aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman learning is defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing . Menurut pengertian ini belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Pengertian ini sangat berbeda dengan pengertian lama tentang belajar, yang menyatakan bahwa belajar adalah memperoleh pengetahuan, bahwa belajar adalah latihan-latihan pembentukan kebiasaan secara otomatis dan seterusnya. Hamalik 2001: 175-176 mengungkapkan bahwa penggunaan asas aktivitas besar nilainya bagi pembelajaran pada siswa karena: Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri. 2. Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara integral. 3. Memupuk kerjasama yang harmonis di kalangan siswa. 19 4. Siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri. 5. Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi demokratis. 6. Mempererat hubungan sekolah, masyarakat dan orang tua dengan guru. 7. Pengajaran diselenggarakan secara realistis dan konkrit sehingga mengembangkan pemahaman dan berfikir kritis serta menghindarkan verbalitas. 8. Pengajaran di sekolah menjadi lebih hidup sebagimana aktivitas dalam Diedrich dalam Rohani, 9-10 setelah mengadakan penyelidikan, menyimpulkan terdapat 177 macam kegiatan pesrta didik yang meliputi aktivitas jasmani dan aktivitas jiwa, antara lain sebagai berikut: Visual activities, membaca, memperhatikan: gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain dan sebagainya. 2. Oral activities, menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan interview, diskusi, interupsi, dan sebagainya 3. Listening activities, mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato, dan sebagainya. 4. Writing activities, menulis: cerita, karangan, laporan, tes angket, menyalin dan sebagainya. 5. Drawing activities, menggambar, membuat grafik, peta, diagram, pola dan sebgainya. 6. Motor activities, melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, memelihara bintang, dan sebagainya. 7. Mental activities, mengganggap, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan dan sebagainya 8. Emotional activities, menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani, tenang, Aktivitas-aktivitas tersebut tidaklah terpisah saru sama lain. Dalam setiap ak- tivitas motoris terkandung aktivitas mental disertai oleh perasaan tertentu dan seterusnya. Pada setiap pelajaran terdapat berbagai aktivitas yang dapat diupayakan. Prinsip aktivitas yang diuraikan diatas didasarkan pada pandangan psikologi bahwa, segala pengetahuan harus diperoleh melalui pengamatan mendengar, melihat, dan sebagainya sendiri dan pengalaman sendiri. Guru hanyalah merangsang keaktifan dengan jalan menyajikan bahan pelajaran. Sedangkan yang mengolah dan mencerna adalah siswa.

Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS PENDEKATAN KONTEKSTUAL DITINJAU DARI SIKAP DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 5 Terbanggi Besar Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 18 60

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS (Studi pada Siswa Kelas V SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 5 68

EFEKTIVITAS PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 12 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 7 68

EFEKTIVITAS MODEL GROUP INVESTIGATION DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 8 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 14 56

EFEKTIVITAS METODE MIND MAPPING DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Xaverius 4 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 4 58

EFEKTIVITAS METODE MIND MAPPING DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Xaverius 4 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 13 58

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL RECIPROCAL TEACHING TERHADAP AKTIVITAS DAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 26 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 10 63

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 22 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 9 54

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 8 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 8 39

EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2014-2015)

1 13 58