11
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia 1991:523 konvensional artinya berdasarkan kebiasaan atau tradisional. Jadi, pembelajaran konvensional adalah
pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru. Pada umumnya pembelajaran
konvensional adalah pembelajaran yang lebih terpusat pada guru. Akibatnya
terjadi praktik belajar pembelajaran yang kurang optimal karena guru membuat siswa pasif dalam kegiatan belajar dan pembelajaran.
Burrowes dalam Juliantara, 2009 menyampaikan bahwa pembelajaran konvensional menekankan pada resitasi konten, tanpa memberikan waktu yang
cukup kepada siswa untuk merefleksi materi-materi yang dipresentasikan, menghubungkannya dengan pengetahuan sebelumnya, atau mengaplikasikannya
kepada situasi kehidupan nyata. Pendapat senada juga dikemukakan oleh
Djamarah dalam Kholik, 2009 mengemukakan bahwa pembelajaran kon- vensional adalah pembelajaran tradisional atau disebut juga dengan metode
ceramah, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar dan
pembelajaran. Dalam pembelajaran sejarah metode konvensional ditandai dengan ceramah yang diiringi dengan penjelasan, serta pembagian tugas dan latihan.
Pembelajaran konvensional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pem- belajaran yang digunakan disekolah yang sedang diteliti. Metode yang sering
dipakai dalam pembelajaran konvensional antara lain adalah ekspositori. Metode ekspositori sama seperti metode ceramah dalam hal terpusatnya kegiatan pada
guru sebagai pemberi informasi. Tetapi pada metode ekspositori dominasi guru sudah banyak berkurang, karena tidak terus menerus berbicara. Guru berbicara
pada awal pelajaran, menerangkan materi dan contoh soal disertai tanya jawab.
12 Siswa tidak hanya mendengar dan membuat catatan. Guru bersama siswa berlatih
menyelesaikan soal latihan dan bekerja sama dalam kelompok. Walaupun dalam hal terpusatnya kegiatan pembelajaran masih kepada guru tetapi dominasi guru
sudah banyak berkurang.
3. Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran
Pendekatan kontekstual sudah lama dikembangkan oleh John Dewey pada tahun 1916, yaitu sebagai filosofi belajar yang menekankan pada pengembangan minat
dan pengalaman siswa. Kontekstual dikembangkan oleh The Washington State Consortium for Contextual Teaching and Learning, yang bergerak dalam dunia
pendidikan di Amerika Serikat. Adapun yang melandasi pengembangan pende- katan kontekstual adalah konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan
bahwa belajar tidak hanya sekedar menghapal. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri.
Konstruktivisme berakar pada filsafat pragmatisme yang digagas oleh John Dewey pada awal abad 20 yang lalu.
Rbaryans 2007 Pendekatan CTL merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan
konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga, warga Negara dan tenaga kerja US Department of Education the National School to Work Office dalam Trianto, 2009
Hal di atas senada dengan beberapa hal yang diidentifikasi sebagai unsur Pendekatan kontekstual menurut University of Washington dalam Muhfahroyin
2006: 9-10 yaitu: Pembelajaran bermakna, penerapan pengetahuan, berpikir
13 yang lebih tinggi, kurikulum yang dikembangkan berdasarkan standar, responsif
terhadap budaya dan penilain autentik. COR Center for Occupational Research di Amerika dalam Muslich, 2007:41
mengatakan dalam Pembelajaran kontekstual memungkinkan terjadinya lima bentuk belajar yang penting, yaitu mengaitkan relating, mengalami expe-
riencing, menerapkan applying, bekerjasama cooperating dan mentransfer transferring. Lima bentuk belajar tersebut dijelaskan sebagai berikut:
a Relating adalah bentuk belajar dalam konteks kehidupan nyata atau pengalaman nyata
b Experiencing adalah belajar dalam konteks eksplorasi,penemuan, dan
penciptaan. . c Applying adalah belajar dalam bentuk penerapan hasil belajar ke dalam
penggunaan dan kebutuhan praktis. Dalam praktiknya, siswa menerapkan
konsep dan informasi ke dalam kebutuhan kehidupan mendatang yang dibayangkan.
d Cooperating adalah belajar dalam bentuk berbagi informasi dan pengalaman, saling merespons, dan saling berkomunikasi.
e Transfering adalah kegiatan belajar dalam bentuk memanfaatkan
pengetahuan dan pengalaman berdasarkan konteks baru untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman belajar yang baru.
Dari keterangan di atas diharapkan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dapat berpengaruh positif terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP
Negeri 12 Banadar Lampung. Hal tersebut dikarenakan pendekatan kontekstual