91
4. Hasil Tahap Implementation Implementasi
Setelah tahap pengembangan perangkat pembelajaran, tahap selanjutnya adalah tahap implementasi perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran
berupa RPP dan LKS materi segiempat dengan pendekatan problem based learning
diimplementasikan dalam pembelajaran di sekolah. Implementasi dilakukan di kelas VII B SMP N 16 Yogyakarta yang terdiri dari 34 siswa.
RPP hanya diketahui dan digunakan oleh peneliti dan guru, sedangkan LKS digunakan secara langsung oleh siswa dalam setiap kegiatan pembelajaran.
Implementasi LKS dalam kegiatan pembelajaran matematika di kelas VII B SMP N 16 Yogyakarta dilaksanakan dari tanggal 28 April-19 Mei 2016,
yaitu sebanyak enam pertemuan, diantaranya digunakan untuk pretest, kegiatan pembelajaran, dan posttest. Implementasi hanya dilakukan pada
sebagian LKS saja karena keterbatasan waktu. Gambaran umum pelaksanaan implementasi perangkat pembelajaran ditampilkan dalam tabel 23 berikut ini.
Tabel 23. Gambaran Umum Pelaksanaan Implementasi Perangkat Pembelajaran
Pertemuan ke- Hari, Tanggal
Kegiatan
1 Kamis, 28 April 2016
Pretest 2
Senin, 2 Mei 2016 LKS 3: Jajargenjang
3 Selasa, 3 Mei 2016
LKS 4: Belah Ketupat 4
Senin, 16 Mei 2016 LKS 5: Layang-layang
5 Selasa, 17 Mei 2016
LKS 6: Trapesium 6
Kamis, 19 Mei 2016 Posttest
Pada saat implementasi berlangsung, peneliti didampingi dua observer yang bertugas untuk mengamati, menilai, dan mencatat hal-hal penting yang
terjadi selama proses implementasi. Pada pertemuan pertama, yaitu tanggal
92 28 April 2016 sebanyak 34 siswa kelas VII B SMP N 16 Yogyakarta
mengikuti kegiatan pretest. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam pemecahan masalah terkait dengan materi
segiempat. Soal pretest terdiri dari 4 soal uraian yang harus diselesaikan dalam waktu 60 menit. Dengan memperhatikan tahap-tahap pemecahan
masalah. Adapun kriteria ketuntasan minimal KKM untuk pelajaran matematika di SMP N 16 Yogyakarta adalah 75. Soal pretest dapat dilihat
pada lampiran A13. Hasil pretest dapat dilihat pada tabel 24 berikut ini. Tabel 24. Hasil Pretest Siswa
Siswa Jumlah
Persentase Kriteria
Siswa yang tuntas 8
23.53
Kurang
Siswa yang tidak tuntas 26
76.47 Dari tabel 24, dapat diketahui bahwa ketuntasan belajar klasikal siswa
adalah 23.53 dan masuk kriteria kurang. Hal ini mengindikasikan bahwa siswa masih mengalami kesulitan dalam pemecahan masalah, terutama yang
berkaitan dengan materi segiempat. Setelah siswa selesai mengerjakan pretest,
peneliti memberikan pengantar tentang kegiatan pembelajaran pada pertemuan selanjutnya. Peneliti meminta siswa untuk selalu membawa
penggaris dan busur, serta meminta siswa untuk mempersiapkan diri dengan belajar materi jajargenjang.
Pada pertemuan kedua, yaitu pada hari Senin tanggal 2 Mei 2016 siswa sudah mulai mengikuti proses pembelajaran dengan LKS materi segiempat
dengan pendekatan problem based learning yang dikembangkan peneliti . Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil, yaitu dengan teman sebangku.
93 Selanjutnya, siswa berdiskusi untuk menyelesaikan kegiatan-kegiatan di
LKS. Guru berperan mengarahkan dan membimbing siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Setelah menyelesaikan
kegiatan di
LKS, siswa
mempresentasikan hasil diskusinya di depan teman-temannya. Pada pertemuan kedua ini, terdapat beberapa kendala yang ditemui saat proses
pembelajaran, yaitu: a.
Beberapa siswa lupa membawa penggaris dan busur derajat b.
Beberapa siswa masih kesulitan dalam merumuskan masalah c.
Beberapa siswa belum terbiasa menyelesaikan masalah dengan mengikuti tahap-tahap pemecahan masalah ada siswa yang tidak menuliskan
langkah-langkah pemecahan masalah d.
Siswa masih malu-malu untuk mempresentasikan hasil diskusinya Untuk mengatasi kendala tersebut, peneliti meminta siswa yang memiliki
penggaris dan busur lebih dari satu dalam satu kelompok untuk meminjamkan pada temankelompok yang tidak membawa. Peneliti bersama-
sama dengan observer membimbing siswa yang yang masih menemui kesulitan dalam mengerjakan kegiatan-kegiatan di LKS. Pada tahap kegiatan
mempresentasikan hasil diskusi, peneliti menunjuk 2 kelompok siswa untuk presentasi. Hal ini dikarenakan siswa masih belum percaya diri untuk
menampilkan hasil karyanya. Pada pertemuan ketiga, yaitu hari Selasa tanggal 3 Mei 2016 siswa
belajar materi belah ketupat dengan LKS 4. Pada pertemuan ketiga ini masih ditemui beberapa kendala, diantaranya adalah masih ada siswa yang kesulitan
94 dalam memahami masalah di LKS dan kesulitan dalam menurunkan rumus
luas belah ketupat dari rumus luas segitiga. Selain itu ada beberapa siswa yang ramai sendiri membahas topik di luar materi pelajaran. Peneliti dan
observer berusaha membimbing siswa yang kesulitan dan menegur siswa yang ramai sendiri. Keterbatasan waktu implementasi, yaitu hanya 40 menit,
ditambah dengan beberapa kendala di atas, akhirnya tidak semua siswa selesai mengerjakan kegiatan di LKS. Peneliti menunjuk 1 kelompok siswa
untuk mempresentasikan hasil diskusinya, namun kegiatan presentasi juga kurang maksimal karena waktu pelajaran sudah habis.
Pada pertemuan keempat, yaitu hari Senin tanggal 16 Mei 2016, siswa dalam kelompok diskusinya mempelajari materi layang-layang sesuai dengan
petunjuk LKS. Pada pertemuan keempat ini, siswa sudah mulai terbiasa dengan kegiatan pembelajaran yang dirancang peneliti, yaitu dengan
menggunakan LKS problem based learning. Ketika siswa menemui kesulitan, siswa mengangkat tangan dan bertanya kepada peneliti yang juga bertindak
sebagai guru. Siswa mempresentasikan hasil diskusinya tanpa ditunjuk. Implementasi pada pertemuan keempat ini cukup lancar daripada pertemuan
sebelumnya. Namun, masih ada pula beberapa siswa yang kurang tepat dalam menjawab pertanyaanmenyelesaikan permasalahan di LKS.
Pada pertemuan kelima, yaitu hari Selasa tanggal 17 Mei 2016, siswa dalam kelompok berdiskusi tentang materi trapesium. Pertemuan pada hari ini
berlangsung 40 menit. Pada pertemuan kelima siswa mempelajari LKS 6, yaitu materi trapesium. Belajar dari pengalaman implementasi pada
95 pertemuan ketiga, maka peneliti membagi tugas pengerjaan LKS. Sebagian
kelompok siswa mempelajari pengertian dan sifat-sifat trapesium Kegiatan 6.1, sebagian lagi mempelajari keliling dan luas trapesium kegiatan 6.2.
Pada kegiatan presentasi, 1 kelompok menyajikan materi sifat-sifat trapesium, sedangkan 1 kelompok menyajikan materi keliling dan luas trapezium.
Setelah kegiatan implementasi RPP dan LKS dalam pembelajaran matematika di kelas VII B SMP N 16 Yogyakarta selesai, peneliti
selanjutnya mengadakan tes tertulis posttest untuk mengetahui keefektifan perangkat pembelajaran yang dikembangkan dan diimplementasikan. Posttest
dilakukan pada pertemuan keenam, yaitu pada hari Kamis tanggal 19 Mei 2016 di kelas VII B SMP N 16 Yogyakarta. Posttest diikuti oleh 34 siswa.
Posttest berlangsung selama 60 menit. Soal posttest terdiri dari 4 soal berupa
uraian yang harus dikerjakan dengan menuliskan tahap-tahap pemecahan masalah. Soal posttest dapat dilihat pada lampiran A16. Tabel 25 berikut ini
menampilkan hasil posttest siswa kelas VII B. Tabel 25. Hasil Posttest Siswa
Siswa Jumlah
Persentase Kriteria
Siswa yang tuntas 25
73.53
Baik
Siswa yang tidak tuntas 9
26.47 Dari tabel 15, dapat diketahui bahwa ketuntasan belajar klasikal siswa
adalah 73.53 dan mencapai kriteria baik. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa dari sebelumnya, yaitu hanya mencapai
ketuntasan klasikal sebesar 23.53 dan masuk kriteria kurang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa secara umum kemampuan pemecahan
96 masalah siswa meningkat antara sebelum pretest dan sesudah menggunakan
perangkat pembelajaran yang dikembangkan posttest. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa secara lebih rinci dapat dilihat pada
hasil analisis pretest dan posttest yang disajikan pada tabel 26 berikut ini. Tabel 26. Hasil Analisis Pretest-Posttest
Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa
No. Aspek
Pretest Posttest
1. Jumlah siswa yang mengikuti
34 34
2. Nilai tertinggi
80 97.5
3. Nilai terendah
32.5 37.5
4. Rata-rata nilai
60.44 78.53
5. Persentase pencapaian tiap aspek
kemampuan pemecahan masah a.
Memahami masalah 93.38
98.90 b.
Merencanakan penyelesaian 66.91
83.46 c.
Menyelesaikan masalah 47.79
71.62 d.
Melakukan pengecekan
kembali 44.85
62.50 6.
Rata-rata persentase kemampuan pemecahan masalah
63.23 79.12
7. Persentase ketuntasan belajar
23.53 73.53
8. Kriteria ketuntasan belajar
Kurang Baik
Dari tabel 26 di atas dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan kemampuan pemecahan masalah dari hasil pretest dan posttest siswa. Kemampuan
memahami masalah mengalami peningkatan, yaitu dari pencapaian semula 93.38 menjadi 98.90. Kemampuan merencanakan penyelesaian
meningkat sebesar 16.55, yaitu dari pencapaian semula 66.91 menjadi 83.46. Tahap merencanakan ini sering diabaikan oleh siswa. Siswa tidak
menuliskan secara runtut langkah atau cara yang ditempuh untuk mendapatkan solusi jawaban dari permasalahan, tetapi langsung menuliskan
97 jawabannya saja. Selanjutnya, kemampuan ketiga yang dinilai adalah
kemampuan menyelesaikan masalah. Kemampuan menyelesaikan masalah mengalami peningkatan sebesar 23.83, yaitu dari pencapaian semula
47.79 menjadi 71.62. Demikian halnya dengan tahap pengecekan kembali mengalami peningkatan dari 44.85 menjadi 62.50. Melihat hasil tersebut,
dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan efektif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa.
Setelah implementasi perangkat pembelajaran selesai dilakukan, siswa diminta untuk mengisi angket respon siswa. Angket ini bertujuan untuk
mengetahui pendapat siswa sebagai pengguna LKS. Hasil dari angket ini nantinya akan digunakan untuk menentukan kepraktisan perangkat
pembelajaran yang dikembangkan. Selain dengan angket respon siswa, kepraktisan perangkat pembelajaran juga dilihat dari keterlaksanaan
pembelajaran yang dicatat pada lembar observasi oleh observer. Hasil analisis angket respon siswa dan lembar observasi secara umum dijelaskan sebagai
berikut.
a. Angket Respon Siswa