Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Karakter

60 membangun jalan. Namun, ada hubungan antara penghargaan diri dan perilaku. Memiliki penghargaan diri yang rendah meningkatkan kemungkinan kesadaran yang lebih sedikit dalam tujuan hidup dan nilai di dalam hidup dan memiliki kekuatan yang kurang dan perhatian terhadap keperluan orang lain. Oleh karena itu, guru yang mengharapkan untuk meningkatkan nilai dan moralitas anak secara sadar mengatur dan meningkatkan penghargaan diri anak. Secara singkat dapat dijelaskan bahwa terdapat hubungan antara penghargaan diri dan perilaku seseorang, maka guru sebagai pendidik diharapkan mampu mengatur dan meningkatkan penghargaan diri anak. Dapat disimpulkan bahwa tedapat 34 metode penanaman nilai menurut Kirschenbaum. Beberapa diantaranya adalah Stories; Audio-Visual; Praise, Appreciation; Rewards and Awards, Grades, Contests, and Prizes; Rules; Ceremonies, rituals, and traditions; Symbols; Slogan; Posters; Clarifying Moral Question; Teach Emphaty; The Sports Program, Extracurricular Participation, Maintain and Enhance Self-Esteem.

7. Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Karakter

Dalam pembentukan karakter, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi dalam proses pembentukannya. Faktor tersebut antara lain: a. Hereditas Hereditas atau pembawaan merupakan kesanggupan yang aneh yang dimiliki sejak lahir, Sagimun Mulus Dumadi 1955: 45. Kesanggupan dalam hal ini berarti kesanggupan yang bersifat pribadi, sesuatu milikiah. Perilaku seorang anak sering kali tidak jauh dari perilaku dari ayah atau ibunya. Seperti pepatah yang 61 berbunyi “Buah tidak akan jatuh jauh dari pohonnya”, mengungkapkan bahwa akhlaksifatkarakter yang dimiliki oleh anak tidak akan jauh berbeda dengan yang dimiliki oleh ayah atau ibunya. Namun, harus diingat bahwa hereditas bukan merupakan satu-satunya faktor pembentukan karakter. Masih banyak faktor pembentukan karakter yang lain yang dapat mengubah akhlaksifatkarakter seorang anak. b. Pengaruh lingkungan lingkungan fisik dan sosial Baik lingkungan fisik maupun lingkungan sekolah mampu mempengaruhi pembentukan karakter anak. Di sekitar lingkungan yang gersang, panas, dan tandus, penduduknya cenderung bersifat keras dan berani mati dan untuk lingkungan sosial seperti yang ada di Harlem New York, para remaja cenderung berperilaku anti sosial, keras, tega, dan suka bermusuhan, Muchlas Samani Hariyanto 2013: 43. Menurut Megawangi yang dikutip dari jatim.bkkbn.go.id, anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter apabila tumbuh pada lingkungan yang berkarakter, sehingga fitrah setiap anak yang dilahirkan suci dapat berkembang segara optimal. Mengingat lingkungan anak bukan saja lingkungan keluarga yang sifatnya mikro, maka semua pihak - keluarga, sekolah, media massa, komunitas bisnis, dan sebagainya - turut andil dalam perkembangan karakter anak. Dengan kata lain, mengembangkan generasi penerus bangsa yang berkarakter baik adalah tanggung jawab semua pihak. Tentu saja hal ini tidak mudah, oleh karena itu diperlukan kesadaran dari semua pihak bahwa pendidikan karakter merupakan ”PR” yang sangat penting untuk dilakukan segera. 62 Anak TK pada dasarnya mempunyai dorongan yang kuat untuk mengenal lingkungan alam sekitar dan lingkungan sosialnya lebih baik. Hildebrand Moeslichatoen, 2004: 11 menambahkan bahwa anak pada usia taman kanak- kanak ingin memahami segala sesuatu yang dilihat dan di dengar oleh inderanya. Anak akan merasa ingin mengetahui tentang bagaiman terjadinya, dari mana segala sesuatu itu berasal, atau apa yang terjadi bila sesuatu itu dipegang ataupun diubah kedudukannya. Rasa ingin tahu anak juga sampai pada usaha untuk menemukan jawaban yang berkaitan dengan upaya memahami manusia yang berada di lingkungannya. Hal tersebut berkaitan dengan bagaimana cara bergaul dengan teman, apa perasaan teman terhadap saya, mengapa teman melakukan hal itu kepada saya, dan sebagainya. c. Keterlibatan Orangtua Keterlibatan orang tua dalam pendidikan akan diperlukan pada setiap jenjang pendidikan terlebih lagi pada lembaga PAUD. Anak masih baru memulai pembentukan karakter melalui pengembangan sikap moral, agama, sosial dan emosional, Masnur, 2005: 93. Ki Hajar Dewantara Slamet Suyanto, 2005: 225 mengungkapkan bahwa pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, sekolah, dan masyarakat. Sejalan dengan yang diungkapkan oleh Masnur, Reggio Emilio Slamet Suyanto, 2005: 225 menyatakan bahwa keterlibatan orangtua merupakan sesuatu yang sangat penting. Hal ini juga mengingat bahwa waktu yang dihabiskan oleh anak di rumah jauh lebih lama dibandingkan waktu di sekolah. Apa yang telah anak dapatkan dari sekolah 63 diharapkan juga mampu diterapkan oleh anak di rumah, hal ini memmembutuhkankan keterlibatan orangtua di dalamnya. d. Media massa Media massa menurut Althuster dan Gransci Sobur, 2004: 30 merupakan alat yang digunakan untuk menyampaikan pendapat atau aspirasi baik itu dari pihak masyarakat maupun dari pihak pemerintah atau negara. Seperti yang telah dijelaskan, media massa merupakan salah satu lingkungan yang bersifat makro. Media massa termasuk lingkungan yang tidak asing bagi anak di kehidupan sehari-hari. Televisi, koran, radio, dan lain-lain merupakan hal yang umum dijumpai oleh anak. Ketika media massa yang dilihat oleh anak memunculkan hal- hal negatif secara terus menerus, maka hal itu akan mempengaruhi karakter anak untuk menjadi buruk. Sebaliknya, jika media massa memberikan hal-hal positif yang dapat diterima oleh anak maka hal itu akan mempengaruhi karakter anak untuk menjadi lebih baik. Pada dasarnya, anak akan belajar dari apa yang anak lihat dan anak dengar.

C. Kerangka Pikir