9
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Manajemen Berbasis Sekolah MBS
Manajemen Berbasis Sekolah menurut Depdiknas 2001, adalah merupakan bentuk alternatif, dapat diartikan secara mandiri oleh sekolah dengan melibatkan
semua kelompok kepentingan sekolah Stakeholders. Jadi manajemen berbasis sekolah bertujuan untuk memandirikan atau memberdayakan sekolah melalui
pemberian kewenangan, keluwesan dan sumberdaya untuk meningkatkan mutu sekolah.
Manajemen Berbasis Sekolah MBS, adalah bentuk pendelegasian wewenang dari pemerintah pusat kepada sekolah dalam pengambilan keputusan
dan juga memberikan tanggung jawab yang lebih besar kepada sekolah baik dalam merencanakan, mengelola, melaksanakan masalah yang dihadapi dalam
rangka mewujudkan sekolah efektif, yang ditandai dengan proses belajar mengajar yang baik, Hartono, 2001
Beberapa keunggulan lembaga yang terdesentralisasi menurut Osborne 1999, adalah 1 lebih fleksibel, karena dapat merespon dengan cepat terhadap
lingkungannya dan kebutuhan pelanggan yang berubah, 2 lebih efektif 3 lebih inovatif, 4 semangat kerja yang tinggi, lebih banyak komitmen dan lebih
produktif. Selanjutnya menurut Dedipnas 2001, sekolah yang mandiri atau berdaya memilliki ciri-ciri sebagai berikut: 1 tingkat kemandirian tinggi, 2
bersifat adaptif atau proaktif, 3 memiliki jiwa kewirausahaan tinggi, 4 bertanggung jawab terhadap hasil sekolah, 5 memiliki kontrol yang kuat
terhadap input manajemen dan sumberdayanya, 6 prestasi merupakan acuan bagi
9
10
penilaiannya. Sedang faktor-faktor yang dapat memandirikan atau memberdayakan warga sekolah antara lain adalah pemberian kewenangan,
pemberian tanggung jawab, pekerjaan yang bermakna pemecahan masalah sekolah secara “team work” variasi tugas, hasil kerja yang terukur, kemampuan
untuk kinerjanya sendiri, tantangan dan komunikasi yang efektif serta sumber daya yang dibutuhkan.
School Based Management SBM menurut Brown 1990, akan dapat
meningkatkan produktifitas sekolah, memberikan fleksibelitas pengelolaan dan meningkatkan akuntabilitas, serta mampu melakukan perubahan, sedangkan menurut
Mohrman 199, strategi SBM yang melibatkan guru, siswa, orang tua siswa dan komunitas lingkungannya dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja sekolah.
Berdasarkan bukti-bukti empiris lemahnya pola lama manajemen pendidikan nasional dan digulirnya otonomi daerah, maka konsekuensi logis bagi
manajemen pendidikan di Indonesia adalah perlunya dilakukan penyesuaian diri dari pendidikan lama manajemen pendidikan menuju pola baru manajemen
pendidikan masa depan yang lebih bernuansa demokratis. Gambar berikut menunjukkan dimensi-dimensi perubahan pola manajemen pola lama menuju
pendidikan masa depan.
Pola Lama Menuju
Pola Baru
Subordinasi →
Otonomi Pengambilan
keputusan terpusat →
Pengambilan keputusan partisipatif
Pendekatan gerak kaku
→ Ruang gerak luwes
Pendekatan biokratik
→ Pendekatan
profesional Sentralistik
→ Desentralistik
Diatur →
Motivasi tinggi
11
Overegulasi →
Deregulasi Mengontrol
→ Mempengaruhi
Mengarahkan →
Menfasilitas Menghindari resiko
→ Mengelola resiko
Gunakan uang semuanya
→ Gunakan uang
seefisien mungkin Individual yang
cerdas →
Team Work yang cerdas
Informasi terpribadi →
Informasi terbagi Pendelegasian
→ Pemberdayaan
Organisasi hirarkis →
Organisasi dasar Gambar 1 Dimensi Perubahan pola baru manajemen pendidikan
Sumber: Direktorat PLP Depdiknas 2002: Konsep MPMBS
Dari hasil gambaran diatas, Depdiknas mengharapkan sekolah akan memiliki wewenang lebih besar dalam mengelola lembaganya, pengambilan
keputusan akan dilakukan secara partisipatif dan partisipasi masyarakat makin besar, sekolah akan lebih luwes dalam mengelola lembaganya, pendekatan
profesional akan lebih diutamakan, dari pada pendekatan birokratis, pengelolaan sekolah akan lebih desentralistik, perubahan sekolah akan didorong oleh motivasi
sekolah dari pada diatur dari luar sekolah, regulasi sekolah lebih sederhana, peranan pusat bergeser dari mengontrol menjadi mempengaruhi dan dari
mengarahkan menjadi memfasilitasi, dari menghindari resiko menjadi, meningkatkan manajemen yang efesien, lebih meningkatkan team work, informasi
akan terbagi kesemua kelompok kepentingan sekolah.
2.2. Kepemimpian Pendidikan 2.2.1. Pengertian Kepemimpinan Pendidikan