Penelitian ini bertujuan untuk meneliti praktik perataan laba di Indonesia karena terdapat perbedaaan hasil penelitian terdahulu dan karana adanya beberapa
kasus praktik perataan laba yang terjadi di Indonesia. Penelitian ini berjudul
“Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perataan Laba Pada Perusahaan Keuangan yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka masalah yang dirumuskan adalah sebagai berikut :
1. Apakah ukuran perusahaan, winnerlosser stock, nilai perusahaan, debt to equity ratio, dan leverage financial berpengaruh terhadap perataan laba
baik secara parsial maupun simultan?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan, winnerlosser stock, nilai perusahaan, debt to euity ratio, dan leverage finansial terhadap perataan
laba baik secara parsial maupun simultan.
1.3.2 Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
peneliti tentang praktik perataan laba dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Universitas Sumatera Utara
2. Bagi Investor Investor diharapkan untuk dapat lebih menganalisis laporan keuangan
perusahaan yang menjadi tempat investasinya dan lebih berhati-hati lagi dalam mengambil keputusan.
3. Bagi Peneliti Lainnya Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam penelitian sejenis.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perataan Laba
Seperti yang telah disebutkan pada bagian pendahuluan laba merupakan informasi yang digunakan oleh manajemen dan pemegang saham untuk
mengambil keputusan. Laba digunakan untuk menilai kinerja manajemen dan menilai prospek perusahaan itu dimasa yang akan datang. Informasi laba terdapat
pada laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen. Karena pentingnya informasi laba bagi para pemilik saham, maka manajemen perusahaan dapat
melakukan kecurangan untuk menampilkan laba yang bisa menarik minat para pemilik saham. Selain itu karena kompensasi manajemen dan reputasi perusahaan
tergantung dari laba bersih yang dilaporkan, maka manajemen juga akan cenderung melakukan tindakan tang dapat membuat laporan keuangan menjadi
lebih baik termasuk dengan melakukan perataan laba. Hal tersebut bisa dilakukan oleh manajemen karena manjemen memiliki informasi yang lebih banyak
dibandingkan dengan informasi yang dimiliki oleh para pemegang saham. Hal tersebut didukung oleh teori agensi. Teori ini menyatakan bahwa
adanya ketidakseimbangan informasi yang dimiliki oleh manajemen yang bertidak sebagai agent dan pemegang saham sebagai principal. Manajemen lebih
memiliki banyak informasi dibandingkan pemegang saham dan kelebihan informasi ini dapat digunakan oleh manajemen untuk memenuhi kepentingan diri
masing-masing. Belkaoui dan Riahi 2001 menyatakan bahwa terdapat dua alasan yang menyebabkan terjadinya divergensi antara perilaku mementingkan
Universitas Sumatera Utara
dirir sendiri dan kerja sama yakni adverse selection dan modal hazard yang keduanya merupakan masalah berbasis informasi.
Harmono 2011 mengatakan “adverse selection merupakan kondisi yang menunjukkan posisi principal tidak mendapatkan informasi secara cermat
mengenai kinerja manajemen yang telah menetapkan pembayaran gaji bagi agen manajemen atau progam kompensasi lain”. Sedangkan problem modal hazard
sendiri menurut Lubis dan Putra 2014 merupakan “ masalah yang timbul pada saat manajer melakukan tindakan untuk kepentingan sendiri, karena tidak
mungkin bagi pemegang saham untuk memonitor semua tindakan yang dilakukan manajer”.
Perataan laba merupakan salah satu tindakan yang dapat dilakukan oleh manajemen karena kelebihan informasi yang dimiliki oleh manajemen. Menurut
Belkaoui, Riahi 2001 : 104 “perataan laba dapat dipandang sebagi upaya yang secara sengaja dimaksudkan untuk menormalkan income dalam rangka mencapai
kecenderungan atau tingkat yang diinginkan”. Beidelman dalam Belkaoi, Riahi 2001 : 104 mengatakan bahwa
Meratakan earnings yang dilaporkan dapat didefenisi sebagai pengurangan secara sengaja fluktuasi disekitar earnings tertentu yang dianggap normal bagi
sebuah perusahaan. dalam pengertian ini perataan merepresentasikan sebuah upaya yang dilakukan oleh manajemen perusahaan untuk mengurangi variasi
tidak normal dalam earnings sepanjang diizinkan oleh prinsip akuntansi dan manajemen yang sehat.
Defenisi lain tentang perataan laba yakni menurut Korch 1981 dalam Arfan dan Wahyuni 2010 “ suatu cara yang dilakukan manajemen untuk
mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan agar sesuai dengan target yang
Universitas Sumatera Utara
diinginkan baik secara artifisial melalui metode akuntansi, maupun secara riil melaui transaksi”. Praktik perataan laba adalah cara yang digunakan untuk
mengurangi fluktuasi laba sehingga laba yang didapatkan tahun ini tidak terlalu jauh berbeda dengan laba yang didapatkan dengan tahun sebelumnya. Jadi
menurut Yulianto 2007 dalam Arfan dan Wahyuni 2010 bahwa “ praktik perataan laba meliputi usaha untuk memperkecil jumlah laba yang dilaporkan jika
laba aktual laba yang direlisasikan lebih besar dari laba normal, dan usaha untuk memperbesar laba yang dilaporkan jika laba aktual lebih kecil dari laba normal.”
Watts dan Zimmerman 1986 dalam Suryandari 2012 menyatatakan ada tiga hipotesis yang melatar belakangi terjadinya income smoothing yakni :
1. The bonus plan hypothesis Pada perusahaan yang memiliki rencana pemberian bonus, manajemen
perusahaan akan lebih memilih metode akuntansi dapat menggeser laba dari masa depan ke massa kini sehingga dapat menaikkan laba masa kini.
2. Debt covenant hypothesis Manajemen perusahaan yang melakukan pelannggaran perjanjian kredit
cenderung memilih metode akuntansi yang dapat meningkatkan laba, hal ini untuk menjaga reputasi mereka dalam pandangan pihak eksternal.
3. Political cost hypothesis Perusahaan yang lebih besar melakukan income smoothing dikarenakan
aktivitasnya akan melibatkan hajat hidup orang banyak dan dengan laba yang tinggi pemerintah akan segera mengambil tindakan misalnya
menaikkan pajak pendapatan perusahaan.
Menurut Foster 1986 dalam Widaryanti unsur-unsur laporan keuangan yang seringkali dijadikan sasaran untuk melakukan peratataan laba adalah :
Unsur Penjualan
Pembuatan faktur penjualan, sebagai contoh penjualan yang sebenarnya untuk periodeyang akan datang pembuatan fakturnya dilakukan pada
periode saat ini dan dilaporkan sebagai penjualan saat ini. Pembuatan pesanan atau penjualan fiktif.
Penururnan produk downgrading, sebagai contoh dengan cara mengklasifikasikan produk yang belum rusak ke dalam produk rusak dan
selanjutnya dilaporkan terjual dengan harga dari harga sebenarnya
Universitas Sumatera Utara
Unsur biaya
Memecah-mecah splitding faktur, misalnya faktur untuk sebuah pembelian atau pesanan dipecah menjadi beberapa pembelian atau pesanan
selanjutnya dibuatkan beberapa faktur dengan tanggal yang berbeda kemudian dilaporkan dalam beberapa periode akuntansi.
Mencatat biaya dibayar dimuka prepayment sebagai biaya, misalnya melaporkan biaya advertensi dibayar dimuka untuk tahun depan sebagai
biaya advertensi tahun ini.
Menurut Athanasakou, Strong, dan Walker 2006 dalam Saputra 2009 tindakan perataan laba muncul dari perilaku yang rasional berdasarkan asumsi :
1 Manajer berusaha memaksimalkan utilitasnya. 2 Utilitas manajer bergantung pada nilai perusahaan dan kepuasan
pemegang saham. 3 Kepuasan pemegang saham dan harga saham akan meningkat dengan
adanya peningkatan laba dan stabilitas laba. Salno dan Baridwan 2000 dalam Algerry 2013 mengungkapkan ada
beberapa alasan manajer melakukan perataan laba yakni 1. Mengurangi total pajak terutang.
2. Meningkatkan kepercayaan diri manajer yang bersangkutan karena penghasilan yang stabil mendukung kebijakan deviden yang stabil.
3. Meningkatkan hubungan antara manajer dan karyawan karena pelaporan penghasilan yang meningkat tajam memberi kemungkinan munculnya
tuntutan kenaikan gaji dan upah. 4. Siklus peningkatan dan penurunan penghasilan dapat ditandingkan dan
gelombang optimisme dan pesimisme dapat diperlunak Juniarti dan Corolina 2005 menyatakan bahwa ada beberapa tujuan
manajemen melakukan perataan laba yakni : 1. Mencapai keuntungan pajak.
2. Memberikan kesan baik dari pemilik dan kreditor terhadap kinerja manajemen.
3. Mengurangi fluktuasi pada pelaporan laba dan mengurangi resiko sehingga harga sekuritasyang tinggi menarik pasar.
4. Menghasilkan pertumbuhan profit yang stabil
Universitas Sumatera Utara
5. Menjaga posisi atau kedudukan manajemen dalam perusahaan.
Perataan laba dapat diakibatkan oleh dua jenis, yakni : 1. Natural Smoothing Perataan Alami
Proses perataan laba secara inheren menghasilkan aliran laba yang rata. Peratan ini dapat diartikan bahwa sifat proses perataan laba itu sendiri
menghasilkan suatu aliran laba yang rata. Hal ini dapat diamati dari perolehan pendapatan dari keperluanpelayanan umum, dimana aliran laba
yang ada akan rata dengan sendirinya tanpa ada campur tangan dari pihak lain.
2. Intentional Smoothing Perataan yang disengaja Perataan laba ini berkaitan dengan situasi dimana rangkaian laba yang
dilaporkan dipengaruhi oleh tindakan manajemen. Intentional smoothing dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu real smoothing perataan
riil dan artificial smoothing perataan artifisial. Dascher dan Malcolm dalam Belkaoui, riahi 2001 membedakan antara perataan riil dan
perataan a rtifisial sebagai berikut : “Perataan riil menunjuk pada transaksi
aktual yang dilakukan atau tidak dilakukan atas dasar pengaruh perataannya terhadap income, sedangkan perataan artifisial menunjuk pada
prosedur akuntansi yang diimplementasikan untuk memindahkan cost danatau revenue
dari satu periode ke periode yang lain”. Dengan kata lain, perataan artifisial dicapai dengan menggunkan kebebasan memilih
Universitas Sumatera Utara
prosedur akuntansi yang memperbolehkan perubahan cost dan revenue dari suatu periode akuntansi.
Selain perataan riil dan perataan artifisal, masih ada 3 jenis perataan laba lainnya yaitu :
1. Perataan melalui terjadinya peristiwa atau pengakuan. 2. Perataan melalui alokasi antar waktu.
3. Perataan melalui klasifikasi. Menurut Belkaoui dan Riahi 2001 alam melakukan tindak perataan
laba, manajer menemui beberapa hambatan yakni : 1. Mekanisme pasar kompetitif, yang mengurangi opsi yang tersedia bagi
manajemen. 2. Skema kompensasi manajemen, yang terkait secara langsung dengan
kinerja perusahaan. 3. Ancaman penggantian manajemen.
2.2 Ukuran Perusahaan