Leverage Finansial Terhadap Perataan Laba

memperoleh dana tambahan karena minimnya modal yang digunakan untuk perlindungan utang, sehingga perusahaan tidak dapat melunasi kewajibannya pada saat jatuh tempo.” Ketika perusahaan mempunyai tingkat hutang yang tinggi maka semakin tinggi pula resiko yang akan dihadapi investor sehingga investor akam meminta tingkat keuntungan yang tinggi pula. Hal ini dapat memicu perusahaan untuk melakukan tindak perataan laba karena tingkat utang perusahaan yang tinggi akan menpunyai risiko yang tinggi pula, maka laba perusahaan akan berfuktuasi sehingga perusahaan akan cenderung melakukan tindakan perataan laba. Hal ini didukung oleh pernyataan Belkaoui 2001 ;110 dalam Arfan dan Wahyuni 2010 mengatakan bahwa “ semakin tinggi rasio utang ekuitas suatu perusahaan maka semakin dekat perusahan terhadap kendala- kendala dalam perjanjian utang dan semakin besar probabilitas pelanggaran perjanjian sehingga memungkinkan manajer untuk melakukan metode-metode akuntansi untuk meningkatkan income.” Hal ini didukung pula oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Alfiana 2006 yang mengatakan bahwa “perusahaan yang mempunyai kontrak hutang akan lebih memilih prosedur akuntansi yang dapat meningkatkan earning dan aktiva untuk mengatasi masalah pelunasan hutang pe rusahaaan”. H4 : Debt to equity ratio DER mempunyai pengaruh terhadap perataan laba.

2.9.5 Leverage Finansial Terhadap Perataan Laba

Leverage merupakan gambaran kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktiva atau dana yang mempunyai beban tetap untuk meningkatkan tingkat penghasilan bagi pemilik dan pemegang saham. Leverage dapat diukur Universitas Sumatera Utara dengan debt rasio yakni dengan melihat besarnya aktiva perusahaan yang dibiayai oleh utang. Rasio ini akan menjukkan berapa bagian aktiva yang dapat digunakan untuk menjamin utang. Menurut Helfert 2000 dalam Wijaya 2009 “penggunaan utang dengan baik dapat meningkatkan laba untuk pemilik perusahaan karena dana yang dipinjam pada tingkat bunga tetap dapat digunakan untuk investasi yang menghasilkan return yang lebih tinggi daripada bunga yang dibayarkan pada dana tersebut”. Ketika finansial leverage suatu perusahaan tinggi maka investor atau kreditor akan enggan untuk berinvestasi sehingga mempengaruhi kinerja perusahaan dan hal itu dapat menghambat usaha perusahaan untuk mempertahankan reputasinya. Oleh karena itu, perusahaan akan berusaha menurunkan financial leverage yang memiliki kecenderungan untuk meratakan laba. Menurut Yulia 2013 “perusahaan yang memiliki tingkat leverage yang tinggi diduga melakukan perataan laba karena perusahaan terancam tidak dapat mengembalikan hutang default sehingga manajemen membuat kebijakan yang dapat meningkatkan pendapatan.” Pendapat ini didukung Sartono 2004 dalam Noviana dan Yuyetta 2011 yang menyatakan “Semakin besar utang perusahaan semakin besar pula resiko yang dihadapi investor sehingga investor akan meminta tingkat keuntungan yang semakin tinggi. Akibat kondisi tersebut perusahaan cenderung untuk melakukan praktik perataan laba”. Begitu juga halnya dengan Algery 2013 yang mengatakan bahwa “financial leverage juga diperkirakan berpengaruh terhadap perataan laba, karena semakin tinggi rasio leverage maka semakin tinggi resiko yang harus ditanggung oleh investor yang akan berinvestasi pada perusahaan, serta semakin tinggi pula kecenderungan Universitas Sumatera Utara manajer meratakan laba”. Oleh karena itu ketika finansial leverage suatu perusahaan besar, maka perusahaan itu akan berusaha untuk membuat labanya tinggi atau stabil karena menurut Subramayam 2010 “jika tingkat laba tinggista bil maka resiko perusahaan akan kecil.” Hal ini lah yang akan mendorong manajemen untuk mengurangi resiko perusahaannnya dengan berusaha untuk menstabilkan tingkat laba perusahaan dengan berbgai cara, termasuk dengan melakukan income smoothing. H5 : Leverage finansial mempunyai pengaruh terhadap perataan laba. 2.9.6 Ukuran Perusahaan, WinnerLosser Stock, Nilai Perusahaan, Debt to Equity Ratio, Leverage Finansial Terhadap Perataan Laba Perusahaan besar umumnya akan mendapatkan perhatian lebih dari berbagai pihak seperti analisis, investor, maupun pemerintah. Oleh karena itu perusahaan ini akan berusaha semaksimal mungkin menghindari fluktuasi laba yang terlalu drastis. Perusahaan yang lebih besar memiliki dorongan yang lebih besar pula untuk melakukan perataan laba dibandingkan dengan perusahaan perusahaan yang lebih kecil, karena perusahaan yang lebih besar menjadi subjek pemeriksaan yang lebih ketat dari pemerintah dan masyarakat umum. Manajemen perusahaan akan berusaha agar harga sahamnya dapat terus meningkat setiap tahunnya. Kodisi ini disebut juga dengan winner stock dimana harga saham tahun ini lebih tinggi dibandingkan harga saham tahun sebelumnya. Oleh sebab itu manajemen perusahaan winner stock akan berusaha mempertahankan posisi perusahaannya pada posisi winner stock dan manajemen perusahaan losser stock akan berusaha untuk meningkatkan posisi perusahaannya ke posisi winner stock. Universitas Sumatera Utara Salah satu cara yang akan dilakukan oleh manajemen perusahaan untuk mempertahankan posisinya pada winner stock ialah dengan melakukan tindak perataan laba. Harga saham merupakan cerminan dari nilai perusahaan. Manajemen perusahaan akan terus berusaha untuk meningkatkan nilai perusahaannya termasuk dengan melakukan perataan laba. Dengan begitu setiap tahun perusahaan tidak akan mengalami penurunan laba melainkan peningkatan laba sehingga harga saham perusahaan tidak akan jatuh melainkan terus meningkat dan hal itu juga dapat meningkatkan nilai perusahaan tersebut. Debt to equity ratio merupakan rasio yang menggambarkan perbandingan hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Ketika perusahaan mempunyai tingkat hutang yang tinggi maka semakin tinggi pula resiko yang akan dihadapi investor sehingga investor akam meminta tingkat keuntungan yang tinggi pula. Hal ini dapat memicu perusahaan untuk melakukan tindak perataan laba karena tingkat utang perusahaan yang tinggi akan menpunyai risiko yang tinggi pula, maka laba perusahaan akan berfuktuasi sehingga perusahaan akan cenderung melakukan tindakan perataan laba. Leverage finansial yang tinggi akan membuat investor atau kreditor akan enggan untuk berinvestasi sehingga mempengaruhi kinerja perusahaan dan hal itu dapat menghambat usaha perusahaan untuk mempertahankan reputasinya. Oleh karena itu, perusahaan akan berusaha menurunkan financial leverage yang memiliki kecenderungan untuk meratakan laba. Universitas Sumatera Utara Arfan, dan Wahyuni 2010 dalam penelitiannya mengatakan bahwa”firm size, winnerlosser stock, dan debt equity ratio secara simultan berpengaruh terhadap perataan laba. Hal ini bermakna bahwa perataan laba yang dilakukan diperusahaan manufaktur di BEI dapat ditentukan atau dipengaruhi secara bersama-sama oleh firm size, winnerlosser stock, dan debt to equity ratio .” Penelitian Wijaya 2009 menyimpulkan bahwa “Secara simultan ukuran perusahaan, profitabilitas, financial leverage, dan leverage operasional mampu menjelaskan perubahan indeks perataan laba sebesar 32,1”. H6 : Ukuran perusahaan, winnerlosser stock, nilai perusahaan, debt to equity ratio, dan leverage finansial berpengaruh terhadap perataan laba. Universitas Sumatera Utara BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian