Analisis Data Foto 1 TEMUAN DAN ANALISIS DATA

sehingga foto kejadian A bisa menjadi foto kejadian B. Tanpa Photoshop, sebuah manipulasi bisa terjadi. Dalam sampel foto 1, tidak terlihat adanya indikasi trick effect. Proses edit hanya sebatas pemotongan sebagian gambar atau cropping dengan menggunakan sebuah aplikasi pengolahan data foto atau gambar, seperti Photoshop dan aplikasi sejenisnya yang dilakukan untuk membuang gambar yang dirasa tidak perlu atau mengganggu komposisi visual dari foto sampel ini. Selain itu, sentuhan editing dalam batas yang normal dengan tujuan mengatur kontras warna yang lebih baik juga dilakukan pada foto 1, namun tanpa mengubah foto atau gambar yang sebenarnya. 2.2 Pose Pose, sebagaimana dijabarkan penulis dalam bab 2, dipahami sebagai gaya, sikap, ekspresi ataupun posisang fotografer. Pose seringkali mudah ditemukan dalam foto yang berisi objek manusia atau hewan. Sedangkan dalam foto dengan objek pemandangan alam misalnya, kita tidak akan menemukan pose didalamnya. Sebab, pemandangan alam yang menjadi objek foto tidak terdapat unsur gaya, ekspresi apalagi sikap. Pada data foto 1, terlihat beberapa wanita yang sedang shalat dengan ekspresi khusyu‟ dan khidmat. Mereka menunduk dan memejamkan mata. Posisang fotografer dalam memotret moment ini berada tepat di samping subjek foto dengan meletakkan kamera pada posisi yang sejajar dengan subjek foto. Dalam gambar data foto 1 merupakan jenis foto human interest, dengan format gambar horizontal. Human interest merupakan foto yang menggambarkan suka dan duka perjalanan hidup manusia. Nilai-nilai keseharian manusia dapat terekam melalui aliran fotografi ini. Foto Human interest juga merupakan komentar sosial, dan karakter fotonya dapat menimbulkan emosi, tawa, atau sedih. 6 2.3 Object Keseluruhan elemen yang ada dalam satu bingkai foto sebenarnya bisa dikatakan sebagai objek foto. Namun terkait dengan object dalam membaca foto di sini, sebagaimana yang penulis jabarkan dalam bab 2, object dipahami sebagai benda-benda atau yang dikomposisikan sedemikian rupa sehingga dapat diasosiasikan dengan ide-ide tertentu juga merupakan point of interest POI atau pusat perhatian dalam foto. Penempatan beberapa wanita itu sebagai POI sangat menarik untk dilihat. Terlebih warna putih yang dikenakan wanita tersebut menjadi sangat kontras, dengan dominan warna hitam yang memenuhi frame sehigga mata yang melihat gambar ini akan langsung tertuju pada wanita yang memakai mukena warna putih itu. 2.4 Photogenia Dalam Photogenia, kita akan melihat foto dari segi tehnik pengambilannya. Meliputi lighting pencahayaan, exposure ketajaman foto, bluring keburaman, panning efek kecepatan, moving efek 6 Sunardi, Semiotika Negativa, h. 170. gerak, freeze efek beku, maupun angle sudut pandang pengambilan objek. Dari sisi pencahayaan, penulis melihat objek berada di luar ruangan outdoor pada malam hari dengan kondisi minim cahaya, sehingga sang fotografer menggunakan bantuan flash lampu kilat internal kamera dan memanfaatkan sedkit cahaya lampu di dalam dan di belakang tenda. Hal ini dapat diamati dari bayangan shadow wajah sejumlah wanita tersebut. Perlu juga diketahui, terdapat beberapa pilihan penggunaan cahaya bantuan flash dalam pengoperasian kamera. Pertama dapat menggunakan flash internal kamera, flash eksternal lampu kilat tambahan, atau dengan menggunakan seperangkat alat lighting yang biasa dipakai di studio-studio foto. 7 Di sini penulis meyakini fotografer memotret foto dalam data foto 1 menggunakan flash internal kamera karena melihat beberapa indikator, pertama atas shadow yang nampak di bagian wajah. Kedua, atas hasil foto yang berada pada tingkat pencahayaan rendah under exposure. Keyakinan penulis juga diperkuat oleh keterangan Lasti Kurnia sebagai fotografer foto tersebut. Adanya perbedaan ketajaman objek pada latar depan foreground dan latar belakang background mengindikasikan foto diambil menggunakan tehnik ruang tajam sempit, yang berarti pengaturan diafragma berada antara f2,8 sampai f5,1. Dengan posisi diafragma tersebut maka kecepatan rana speed untuk menghasilkan pencahayaan 7 Seno Gumira Ajidarma, Kisah Mata Fotogafi Yogyakarta: Galang Press, 2002, h. 55. yang nampak dalam data foto 1 berkisar antara S: 130 sampai 160. Atau juga dapat dikompensasi dengan menggunakan ISO 400 sampai 800. Titik fokus yang ditempatkan pada latar depan jendela di dalam tenda ini dilakukan fotografer sebagai upaya penegasan fokus pesan yang ingin disampaikan, dalam hal ini pesan tentang kegiatan ibadah para pengungsi. Melihat POI yang ada dalam foto memberi indikasi foto diambil dengan sudut pandang sejajar mata manusia atau dalam istilah angle fotografi disebut dengan eye level. Sudut pengambilan ini memberi kesan yang sama dengan cara mata kita melihat terhadap objek. Posisi dan arah kamera memandang objek yang akan diambil layaknya mata kita melihat objek secara biasa. Kamera dan lensa sejajar dengan objek. Pengambilan angle eye view biasanya digunakan untuk mengambil foto potret terhadap manusia, dimana posisi kamera layaknya posisi mata kita sendiri, memberi kesan sejajar, kesamaan dan sederajat.Dengan penggunaan angle ini, secara teknik tidak terlalu menimbulkan pesan tertentu. Perlu juga diketahui, pemilihan angle dalam fotografi sedikit banyak juga dapat memberi pesan tertentu, dan juga biasanya dari angle yang digunakan fotografer, kita dapat melihat bagaimana sudut pandang seorang fotografer dalam menampilkan sebuah foto. Contohnya, ketika seorang fotografer memotret Jokowi dengan menggunakan low angle memotret dengan kamera yang berada lebih rendah dari objek, maka kesan yang timbul terhadap Jokowi adalah akan dapat terlihat sebagai sosok yang berwibawa. Akan menjadi berbeda pesan ketika seorang fotografer memotret Jokowi dengan posisi kamera yang berada lebih tinggi high angle, maka kesan yang timbul terhadap Jokowi akan dapat terlihat kerdil dan tidak berwibawa. 2.5 Aestheticism Aestheticism atau komposisi merupakan susunan dari berbagai objek atau gambar yang mempunyai dua sifat saling bertentangan, bisa “membangun” gambar namun juga bisa mengacaukan gambar. Gambar pada foto ini terlihat menarik dan eye catching karena penempatan wanta yang sedang shalat ini dibingkai oleh sebuah jendela. Dalam dunia fotografi, hal ini juga disebut sebagai framing. Jika dilihat dari komposisinya, foto tersebut memperhatikan kaidah 13 rule of third dengan menempatkan POI di 13 bagian kiri foto. Ukuran POI yang penuh secara vertikal gambar mengarahkan sekaligus menegaskan mata untuk langsung mengarah pada objek. 2.6 Syntax Syntax adalah penyusunan tanda-tanda menjadi satu kalimat atau satu makna tertentu. 8 Syntax tidak harus dibangun dengan lebih dari satu foto. Dalam satu foto pun dapat dibangun syntax. Pembentukan syntax seperti ini biasanya dibantu dengan caption. Foto ini menceritakan bahwa pengungsi korban gempa melaksanakan shalat Tarawih pertama sebelum memulai puasa di mushala darurat berupa tenda di posko terpadu di Desa Kute Glime, Ketol, Aceh Tengah, Selasa 97. Sebanyak 52.113 pengungsi di Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah terpaksa 8 Sobur, Analisis Teks Media, h. 128. melaksanakan ibadah puasa Ramadan di pengungsian yang tersebar di lebih dari 70 lokasi, baik posko terpadu maupun pengungsian mandiri di pekarangan rumah. Dari berbagai aspek teramati yang telah dijabarkan di atas, didapati makna konotasi dari data foto 1 yang menggambarkan bahwa dalam keadaan darurat dan berduka pun tidak menyurutkan niat para pengungsi untuk beribadah. Para pengungsi korban gempa tetap melaksanakan shalat Tarawih pertama di mushala darurat berupa tenda. 3. Mitos Makna mitos yang terbangun dari foto ini adalah sebuah keteguhan hati masyarakat Aceh yang menjalankan ajaran Islam dalam kondisi apapun. Masyarakat Aceh yang mayoritas masyarakatnya memeluk agama Islam dan dijuluki dengan Serambi Mekkah ini memang sudah menerapkan hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari, bahkan di kondisi apapun. Diberlakukannya hukum Islam dengan benar, menimbulkan efek kepada masyarakatnya sadar akan pentingnya mengikuti aturan Islam. Islam sangat berperan penting sebagai sarana pemersatu dan menjadi rujukan masyarakat. Islam juga memiliki daya konstruktif, regulatif dan formatif dalam membangun tatanan hidup. Bagi masyarakat, terutama yang berdomisili di desa-desa, agama telah dijadikan indikator yang mampu membentuk satu kesatuan sosial yang kuat. Mereka umumnya selalu patuh pada perintah- perintah Allah dan Rasul-nya, meyakini bahwa ajaran Islam akan menyejahterakan mereka di dunia dan di akhirat kelak. Adat dan agama tidak bisa di pisahkan dalam kehidupan masyarakatnya. Ini terlihat dari masyarakat Aceh yang hampir tidak mampu membedakan antara hukum dan adat. 4. Nilai Budaya Setelah melalui proses pemaknaan denotasi, konotasi dan mitos, maka dapat disimpulkan bahwa nilai budaya yang didapat pada data foto 1 adalah nilai agama. Dalam data foto 1, tersirat masyarakat Aceh sangat memegang teguh nilai agama. Para pengungsi korban gempa tetap melaksanakan ibadah shalat tarawih sebelum memulai puasa Ramadan meskipun di dalam mushala darurat berupa tenda. Perlu diketahui, shalat tarawih adalah shalat sunnah yang dilaksanakan khusus pada malam bulan Ramadan. Adapun yang dimaksud dengan hukum sunnah adalah apabila dikerjakan mendapat pahala, dan apabila ditinggalkan tidak mendapat dosa. Waktu pelaksanaannya adalah selepas isya‟ dan biasanya dilakukan secara berjamaah di masjid sebanyak 11 rakaat 8 rakaat shalat tarawih dan 3 rakaat witir. 5. Interpretasi Lasti Kurnia, selaku fotografer, mengungkapkan bahwa pesan dari foto ini adalah saat orang lain bisa tarawih di rumah dengan keluarga, suka cita pergi ke masjid bersama, sedangkan saudara kita yang lain sedang menyambut Ramadan dengan kondisi tertimpa musibah. Dalam hal ini, Lasti ingin menggugah empati dan mengajak pembacanya untuk lebih peduli terhadap musibah yang terjadi melalui fotonya. Ia ingin memberi perspektif agar orang lain peduli sesama dan ikut merasakannya. Bagi seorang jurnalis seperti Lasti, suatu bencana tidak hanya selalu dimaknai dengan kacamata sempit yang hanya sebatas meliput bagaimana kronologis bencana terjadi, berapa jumlah korban, bagaimana penanganan bencana, pencarian korban, dan sebagainya, tetapi juga mencari dampak-dampak lain di luar lokasi yang menderita bencana. Karena menurutnya, tidak ada peristiwa yang tidak memberi dampak pada orang lain.

C. Data Foto 2

Harian Kompas Edisi Kamis, 11 Juli 2013 Harga Masih Meroket Sumber: http:epaper1.kompas.comkompas Caption : Warga berbelanja sayur-mayur di Pasar senen, Jakarta Pusat, Rabu 107. Memasuki bulan puasa, harga kebutuhan pokok terus naik dan diperkirakan makin melambung hingga Lebaran. Pemerintah sebaiknya segera menstabilkan harga kebutuhan pokok. Fotografer : Priyombodo

D. Analisis Data Foto 2

1. Makna Denotasi Dalam gambar data foto kedua kita dapat amati beberapa analogon yang berbentuk objek dari makna denotatif foto tersebut, antara lain: a. Dua orang laki-laki sedang melakukan proses jual beli. b. Beberapa sayur-mayur tersusun dan tergantung rapi. c. Ekspresi sumringah menghiasi wajah penjual dan pembeli. e. Latar belakang pasar tradisional. f. Warna-warna bahan pangan seperti merah, hijau, kuning, oren, dan ungu menjadi warna dominan. Makna denotasi yang didapat dari beberapa analogon yang terdapat dalam data foto 2 dapat mengungkapkan, secara verbal dapat kita katakan dalam foto terdapat peristiwa dengan menampilkan proses jual beli sayur- mayur antara pedagang dan pembeli di sebuah pasar tradisional. 2. Makna konotasi 2.1. Trick Effect Sebagaimana dikatakan sebelumnya, bahwa trick effect merupakan suatu upaya manipulasi gambar pada tingkat yang berlebihan sehingga mengubah makna suatu foto. Dalam fotografi jurnalistik, sang pewarta foto seringkali mengatur subyek atau narasumber agar tampil sesuai dengan yang diharapkan. Pada kamera diatur bokeh, white balance, dibuat black and white dan sebagainya. Seringkali fotografer memotret tidak apa adanya. Hal ini sudah biasa dilakukan. Secara umum pengaturan pada tingkat sederhana seperti perbaikan cahaya, pengubahan menjadi black and white, dan cropping masih dianggap wajar. Walaupun ini juga sudah masuk dalam ranah manipulasi digital. Bagian inilah yang kadang membingungkan karena batasan-batasan yang kurang tegas. 9 NPPA National Press Photographers Association pada halaman kode etik menyebutkan editing harus mempertahankan integritas konten gambar foto dan konteks. Kemudian jangan memanipulasi gambar atau menambahkan atau mengubah suara dengan cara apapun yang dapat menyesatkan pemirsa atau tidak menggambarkan subyek. Tergantung dari sudut mana menafsirkannya, jika masuk golongan garis keras, maka segala macam manipulasi digital apapun bentuknya tidak dihalalkan. 10 Salah satu kasus tahun 2001 ada di koran Los Angeles Times di mana fotografer menggunakan Adobe Photoshop untuk menggabungkan dua foto. Sang fotografer itu kemudian dipecat. Lalu ada kasus fotografer Adnan Hajj, seorang fotografer lepas Lebanon yang “menambah” asap dari foto perang yang ia ambil. Reuters kemudian berhenti bekerjasama dengan Adnan Hajj dan editor foto Reuters dipecat. 11 Tersedianya software digital editing membuat semua orang bisa mengedit foto sehingga batas baik dan buruk menjadi kabur. Banyak jurnalis foto menggunakan aturan ruang gelap di mana hanya 9 Frank P. Hoy, Photo Journalism the Visual Approach New Jersey : Prentice- Hall, 1986, h. 51. 10 Martin Keene, Practical Photojournalismn a Proffesional Guide Inggris: Focal Press, 1993, h. 77. 11 Bambang Dwi Atmoko, “Polemik Manipulasi Foto di Dunia Jurnalistik,” artikel diakses pada 6 Juli 2014 dari http:ruangkamera.commrbambang20120207polemik- manipulasi-foto-di-dunia-jurnalistik menggunakan Photoshop untuk hal-hal yang masih bisa dilakukan secara tradisional. Dari beberapa kasus di atas, terlihat bahwa manipulasi foto jurnalistik memancing pro dan kontra. Pihak yang berkepentingan demi pencitraan, estetika atau hal lainnya akan melakukan manipulasi atau manipulasi foto. Ada juga pihak yang kontra atau tidak setuju dengan manipulasi digital pada jurnalistik. Terkait dengan data foto 2, tidak terlihat indikasi trick effect. Proses edit yang dilakukan hanya sebatas pemotongan sebagian gambar atau cropping yang dilakukan untuk membuang gambar yang dirasa tidak perlu atau mengganggu komposisi visual dari foto 2. Sementara dari segi kontras warna, penulis tidak menemukan sentuhan editing dengan menggunakan aplikasi pengolahan foto atau gambar, seperti Photoshop dan aplikasi sejenisnya, jadi tidak merubah kontras warna yang sebenarnya. 2.2. Pose Pose adalah gesture, sikap atau ekspresi objek yang berdasarkan stock of sign masyarakat yang memiliki arti tertentu, seperti arah pandang mata atau gerak-gerik yang hanya dapat dilihat pada objek foto yang menampilkan objek manusia, ataupun hewan. Foto dalam data foto 2 adalah foto yang menampilkan kegiatan manusia, maka penulis menemukan unsur yang bisa dikatakan sebagai pose. Adapun pose yang terdapat pada data foto 1 adalah penjual dan pembeli yang sedang