mobil penyok, disampingmya beberapa orang terkapar dan telah banyak orang mengerumuninya, foto tersebut tidak terlalu banyak berkata-kata.
Apalagi bila dalam gambar itu tidak ada identitas yang dapat menyatakan tempat kejadian, pembaca akan langsung mengatakan, itu tabrakan. Tanpa
keterangan lebih lanjut yang ditulis, hanya kesan tabrakan itu yang dapat ditangkap. Tetapi seandainya ada identitas yang dapat menjelaskan
peristiwa itu, akan banyak menolong pembaca untuk memahaminya. Identitas yang dimaksudkan misalnya, nomor plat mobil yang menunjukkan
asal mula mobil tersebut, rambu-rambu lalu lintas atau tempat kejadian misalnya pagar jalan atau gedung yang menjadi latarbelakang kejadian dan
seterusnya yang dengan mudah dapat diketahui oleh pembaca. Identitas-identitas yang ditonjolkan membuat berita yang akan
disampaikan kepada pembaca melalui foto itu semakin banyak. Itu seperti didalam menyajikan foto, harus diusahakan sesedikit mungkin memberikan
penjelasan bersifat tulisan. Melalui foto tersebut, pembaca disodori sebanyak mungkin fakta.
10
Foto jurnalistik yang paling tinggi atau bobot beritanya selalu menyangkut suatu kejadian dan tepat waktu.
11
Misalnya tentang tabrakan. Di Saat tabrakan itu terjadi ada faktor lain yang
memperkuat atau menambah nilai berita. Faktor-faktor penunjangnya adalah ekspresi orang yang melihatnya, yang ada disekitar tempat itu. Foto jenis ini
harus segera disiarkan karena merupakan sesuatu yang up to date. Ketepatan itu yang seringkali tidak dapat direncanakan dan lebih banyak
ditentukan oleh faktor kebetulan dan keberuntungan. Faktor itu yang
10
Alwi, Foto Jurnalistik, h. 3.
11
Alwi, Foto Jurnalistik, h. 4.
membuat nilai foto itu menjadi tinggi. Adegannya tidak dapat diulang dan tidak dilakukan dengan pura-pura ia ada sebagaimana adanya.
12
General News Photo Adalah foto yang yang diabadikan dari peristiwa yang terjadwal, rutin
dan biasa. Temanya bisa bermacam-macam, yaitu : politik, ekonomi dan humor.
People in The News Photo Adalah foto tentang orang atau masyarakat dalam suatu berita, yang
ditampilkan adalah pribadi atau sosok orang yang menjadi berita itu. Daily Life Photo atau Human Interset
Adalah foto jurnalistik yang dapat digolongkan pada jenis ini berkaitan erat dengan masalah-masalah kemanusiaan dan kemasyarakatan. Ia tidak
terlalu asing bagi masyarakat. Hidup ditengah-tengah masyarakat dan dapat dilihat setiap saat. Tetapi foto ini menyajikan fakta yang menggugah emosi
kemanusiaan, yang menyadarkan masyarakat akan harkat dan martabat manusia. Ada pesan kuat yang ingin disampaikan melaui foto jenis ini, yaitu
pesan kemanusiaan.
13
Misalnya foto tentang kegiatan pagi hari ditepi kali. Dalam foto itu digambarkan keadaan kali yang sangat kotor tetapi ada yang
mandi, gosok gigi, mencuci dan buang hajat. Dengan foto seperti itu kesadaran masyarakat akan kebersihan digugah, agar masalah tersebut
menjadi pemikiran semua orang. Dengan demikian, foto jurnalistik jenis ini tidak harus memperhitungkan
nilai berita atau kehangatan sebagaimana foto-foto berita. Walau pun
12
Alwi, Foto Jurnalistik, h. 8.
13
Soelarko, Pengantar Foto Jurnalisitk, h. 77.
kadang-kadang ia harus mampu berdiri sendiri tanpa harus bersandar pada penjelasan tertulis yang barangkali perlu ditambahkan adalah keterangan
mengenai lokasi dan waktu pengambilan gambar. Tetapi hal itu pun tidak perlu dilakukan apabila kita dapat merekam keterangan-keterangan itu
dalam foto. Misalnya dengan latar belakang gedung-gedung atau tulisan tertentu.
Yang penting dalam foto jenis ini adalah kedekatan masalah yang ingin disajikan dengan masyarakat. Sangat banyak permasalahan yang dapat kita
sajikan tanpa harus mengada-ada. Sering pula masyarakat menyaksikan kejadian yang kita rekam dalam foto itu sehingga dianggap biasa. Tetapi
dengan foto jenis human interest itu kita justru menyajikan hal yang biasa itu menjadi tidak biasa. Ada pesan lain yang akan kita sampaikan dari hal
yang biasa itu.
14
Portrait Adalah foto yang menampilkan seseorang secara personal sesuai karakter
ketokohannya. Ditampilkan karena adanya kekhasan pada wajah yang dimiliki atau kekhasan lainnya.
Sport Photo Adalah foto yang dibuat dari peristiwa olah raga.
Science and Technology Photo Adalah foto yang diambil dari peristiwa-peristiwa yang ada kaitannya
dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.
14
Soelarko, Pengantar Foto Jurnalisitk, h. 78.
Art and Culture Photo Adalah foto yang dibuat dari peristiwa seni dan budaya.
Social and Environment Adalah foto tentang kehidupan sosial masyarakat serta lingkungan
hidupnya. Feature
Foto feature bukan sekedar snapshot, tapi usaha wartawan untuk memilih sudut pandang yang khas dan bukan sekedar didikte oleh peristiwa itu
sendiri, sehingga memberi makna lebih dalam terhadap sebuah peristiwa. Sebagai contoh, saat terjadi kebakaran, wartawan tidak hanya memotret api
yang menyala dan petugas pemadam kebakaran yang berusaha menjinakkan api, tapi juga memotret ekspresi pemilik rumah yang sedih kehilangan
tempat tinggal.
15
Essay Foto Yang dimaksud dengan foto essay adalah serangkaian gambar atau foto
yang merupakan essay. Kumpulan beberapa foto features yang dapat bercerita ini dibangun melalui sebuah imaji, yaitu foto-foto yang bercerita
secara sequentatif dan teks yang menyertainya. Foto kategori ini sering dianggap “otaknya” foto jurnalistik. Foto-foto ini menyajikan beerbagai
aspek dari suatu masalah yang ingin dibahas.
16
Misalnya rangkaian foto terdiri dari :
- Anak-anak sekolahan dengan seragam sekolah bergerombol di depan
kios persewaan buku.
15
Yuniadhi Agung, Pengantar Fotografi Jurnalistik Jakarta: T.pn., 2004, h. 23.
16
Fotomedia, “Foto Jurnalistik Gabungan Gambar dan Kata,” April 2003, h. 24.
- Segerombolan anak sekolah yang secara sembunyi-sembunyimembaca
buku porno. -
Anak-anak sekolahan berada dikomplek pelacuran. Dari tiga foto itu pembaca diajak untuk merenungkan kejadian-kejadian
tersebut. Hal yang ingin kita sajikan dengan essay foto itu menyangkut kerawanan buku porno dikalangan pelajar. Bisa juga essay foto itu dibuat
tanpa harus merupakan rentetan peristiwa dengan tokoh yang sama. Tetapi pesan yang ingin disampaikan utuh. Misalnya foto:
- Tawar-menawar antara dua orang di suatu tempat yang tersembunyi
- Foto poster tentang bahaya narkotika
- Foto seorang remaja sedang menghisap rokok dan teler.
Dari rangkaian foto yang tidak ada hubungannya antara satu dengan yang lain, kita dapat menyampaikan pesan tentang bahaya narkotika. Apabila kita
dapat menyajikan rangkaian foto secara menarik, pesan yang akan kita sampaikan melalui essay foto itu akan lebih mudah ditangkap pembaca
daripada kita menyampaikannya dalam tulisan. Untuk memenuhi kebutuhan pemberitaan serta penyajiannya, foto berita
terbagi menjadi dua, yaitu:
17
1. Foto Tunggal single photo: Adalah foto yang memiliki informasi cukup
lengkap dan lugas secara visual sehingga dapat berdiri sendiri tanpa perlu diperkuat oleh kehadiran foto lainnya.
17
Wawancara Pribadi dengan Lasti Kurnia Fotografer Kompas, Jakarta, 6 Juni 2014.
2. Foto Seri Foto Story: Adalah rangkaian beberapa foto yang membangun
suatu cerita. Foto seri biasanya digunakan untuk memberikan gambaran menyeluruh dan lengkap tentang suatu peristiwa.
Pesan komunikasi terdiri dari dua aspek. Pertama, isi pesan content of message, yang kedua adalah lambang symbol. Kongkritnya, isi pesan itu
adalah isi foto dan caption. Isi pesan yang bersifat latent, yakni pesan yang melatarbelakangi sebuah pesan, dan pesan yang bersifat manifest, yaitu pesan
yang tampak tersurat.
18
Dalam hal ini, isi pesan yang dimaksud adalah isi content dari foto jurnalistik dan foto features yang berupa lambang-lambang
berbentuk foto begitu juga konteks yang menyertainya.
3. Proses Teknik Foto Jurnalistik
Seorang fotografer jurnalistik harus mengetahui beberapa proses teknik foto jurnalistik yang baik. Yang dimaksud dengan proses teknik foto jurnalistik
yaitu urutan atau tahapan pengambilan objek yang dilakukan oleh fotografer sehingga menghasilkan sebuah karya foto yang dapat dinikmati, melibatkan
perasaan dan menggugah emosi pembaca. Foto jurnalistik yang baik tidak hanya sekedar fokus secara teknis, namun juga fokus secara cerita. Fokus
dengan teknis adalah gambar yang mengandung tajam dan kekaburan yang beralasan.
19
Ini dalam artian memenuhi syarat secara teknis fotografi. Fokus secara cerita, kesan, pesan dan misi yang akan disampaikan kepada pembaca
mudah dimengerti dan dipahami. Sementara dari konsep pemaknaan sudut
18
Onong Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 38.
19
SK Patmono, Teknik Jurnalistik Tuntunan Praktis untuk Menjadi Wartawan Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 1996, h. 109.
pengambilan gambar yang dikutip dari konvensi menurut Berger,
20
sebagai berikut:
Tabel 2 Signifier Penanda
Sudut
Pengambilan foto
Definisi Signified Petanda
Close-up CU Hanya wajah
Keintiman Medium shot MS
Hampir seluruh tubuh Hubungan personal
Long shot LS Setting dan karakter
Konteks, skope, jarak publik
Full shot FS Keseluruhan
Hubungan sosial Low Angle LA
Kamera melihat ke Bawah
Kekuasaan, kekuatan High Angle HA
Kamera melihat ke atas Kelemahan,
Ketidakberdayaan Eye Level
Kamera sejajar dengan mata objek
Kesejajaran
a. Close Up CU
Shot yang menampilkan objek pada gambar lebih dekat. Misalnya dari batas bahu sampai atas kepala. Pengambilan gambar close up ini,
biasanya menampilkan identifikasi
psikologi sebuah
karakter yang
memerlukan perkuatan rincian detail berbagai aksi. Pengambilan gambar secara close up berguna juga untuk menekankan detil.
b. Medium Shot MS
Medium Shot, dapat dikategorikan sebagai komposisi “Potret setengah
badan”, dengan background yang masih dapat dinikmati. Pengambilan gambar ini memperdalam gambar dengan lebih menunjukkan profil dari obyek yang
diambil. Tampilan background menjadi hal kedua yang diperhatikan, yang
20
Arthur Asa Berger, Tehnik-tehnik Analisis Media, h. 33.
terpenting adalah profil, bahasa tubuh dan ekspresi tokoh utama dalam bingkai gambar ini dapat terlihat dengan jelas.
c. Long Shot LS
Untuk mengikuti area yang lebar dan menunjukkan dimana objek beradamenujukkan tempat. Long shot menunjukkan progres bagaimana posisi
subjek memiliki hubungan dengan yang lain. d.
Full Shoot FS Pengambilan gambar penuh dari kepala hingga kaki. Fungsinya
memperlihatkan objek beserta lingkungannya. e.
Low Angle LA Pengambilan gambar teknik ini yakni mengambil gambar dari bawah
objek. Kesan yang ditimbulkan yaitu keagungan atau kejayaan. Biasanya teknik ini sering di gunakan untuk membuat sebuah karakater monster atau
manusia raksasa. f.
High Angle Teknik pengambilan gambar dengan sudut tepat diatas objek. Sudut
pengambilan gambar ini merupakan kebalikan dari low angle. Pengambilan gambar yang seperti ini memilki arti yang dramatik yaitu kecil atau kerdil.
g. Eye Level Angle
Teknik pengambilan gambar ini dilakukan dengan posisi kamera berada sejajar dengan obyek dalam pandangan mata secara horizontal, dimana dalam
praktek pengambilannya bisa berada di kiri, kanan, depan maupun dibelakang obyek tergantung dari fotografer. Fungsi dari teknik ini cocok dipakai untuk
menerangkan kegiatan apa saja dalam dari obyek yang dibidiknya.
B. Headline
Headline menurut Kurniawan Junaedhie merupakan berita utama atau lebih populer dengan istilah Headline News adalah yang dianggap layak dipasang di
halaman depan, dengan judul yang menarik perhatian dan menggunakan tipe huruf yang relative besar. Pendeknya, berita yang istimewa.
21
Sementara Onong Uchjana Efendy mengatakan, Headline News atau berita utama adalah berita suratkabar, majalah, radio, atau televise, yang dinilai
terpenting untuk suatu masa penyiaran.
22
Menurut A.M. Hoeta Soehoet, pengertian berita utama adalah: Berita utama adalah berita yang menurut penilaian redaksi suratkabar
merupakan berita penting dari semua berita yang disajikan suratkabar pada hari itu. karena itu, untuk headline diberikan tempat utama, yang mudah dibaca,
yaitu halaman satu atau halaman pertama dan bagian atas yang paling kiri. Headline biasanya terdiri dari 3, 4, atau 5 kolom.
23
Sebuah foto headline harus mudah diingat dan punya kesan mendalam sehingga pertama kali melihat orang tersebut langsung tahu apa yang terjadi
dan mengetahui kejadian yang ditampilkan foto tersebut. Foto headline harus menarik berbeda dari yang lain, aktual, informatif dan lain sebagainya.
Hanya dengan seketika, pembaca dibuat penasaran dan bertanyatanya apa sebenarnya
yang ada di foto itu, apa yang dilakukan, dimana terjadinya peristiwa itu dan siapa orang yang ada di foto itu.
24
Setidaknya itu yang ada dibenak pembaca saat pertama kali melihat foto headline. Jika tidak muncul rasa seperti itu,
21
Kurniawan Junaedhie, Ensiklopedi Pers Indonesia Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1991, h. 257.
22
Onong Uchjana Effendy, Dimensi-dimensi Komunikasi Bandung: Mandar Maju, 1981, h. 160.
23
A. M. Hoeta Soehoet, Dasar-dasar Jurnalistik Jakarta: Yayasan Kampus Tercinta IISIP, 2003, h. 78.
24
Moeljadi Pranata, Apakah Desain Komunikasi Visual Itu? Surabaya: Fakultas Seni dan Desain UK Petra, 2000, h. 76-79.
maka gambar yang tepampang di headline tidak memenuhi kriteria sebuah foto. Sebab, foto yang baik adalah foto yang menarik. Apabila kita membuat
foto yang sama dengan yang lain maka foto tersebut akan terlihat biasa saja dan dianggap tidak menarik.
Sebuah foto headline juga lebih gampang dibaca dibandingkan dengan berita tulis. Sebab, untuk memahami berita dibutuhkan kemampuan intelektual.
Sedangkan foto dapat langsung dipahami karena melibatkan usnur-unsur panca indera yang langsung melekat di pikiran dan perasaan pembaca.
Berdasarkan isinya, headline dapat dikelompokkan ke dalam 2 kategori yaitu langsung dan tidak langsung. Headline langsung bersifat informatif dan
terus terang. Headline seperti ini cenderung menggunakan daya tarik rasional. Daya tarik rasional membangkitkan kepentingan
–diri audience. Daya tarik rasional menunjukkan bahwa produk tersebut akan menghasilkan manfaat yang
dikatakan.
25
Contohnya adalah headline yang menunjukkan kualitas, nilai ekonomis, manfaat, atau kinerja suatu produk. Ditinjau dari segi demografis
dan psikografis, tampaknya audience pada kebudayaan industrial paling respontif terhadap headline ini.
Headline tidak langsung tidak seselektif headline langsung dalam memberi informasi. Headline jenis ini cenderung menggunakan daya tarik
emosional. Daya tarik emosional mencoba membangkitkan emosi positif atau negatif yang akan memotivasi pembelian.
26
Dalam hal ini headline memiliki asosiasi yang unik bagi audience yang secara emosional mampu mendorong
munculnya suatu image yang baik mengenai produk yang diiklankan. Hal itu
25
Pranata, Apakah Desain Komunikasi Visual Itu?, h. 75.
26
Pranata, Apakah Desain Komunikasi Visual Itu?, h. 76-79.
dapat dicapai dengan menggunakan daya tarik negatif seperti rasa takut, rasa bersalah, dan malu agar orang berhenti melakukan hal yang seharusnya tidak
mereka lakukan. Selain itu, juga dapat digunakan daya tarik emosional yang positif seperti humor, cinta, kebanggaan, dan kebahagiaan.
C. Semiotik Model Roland Barthes
Barthes menyempurnakan teori semiotik Saussure yang hanya berhenti pada
pemaknaan penanda
dan petanda
saja denotasi.
Barthes mengembangkan dua tingkatan pertandaan two way of signification, yang
memungkinkan untuk dihasilkannya makna yang juga bertingkat-tingkat, yaitu tingkat denotasi dan konotasi.
Denotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan antara penanda dan petanda atau antara tanda dan rujukannya pada realitas yang
menghasilkan makna eksplisit, langsung dan pasti.
27
Sedangkan konotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan antara penanda dan petanda yang didalamnya beroperasi makna
yang tidak eksplisit, tidak langsung dan tidak pasti artinya terbuka terhadap berbagai kemungkinan. Ia menciptakan makan-makna lapis kedua, yang
terbentuk ketika penanda dikaitkan dengan berbagai aspek psikologis seperti perasaan, emosi atau keyakinan.
28
Model Barthes ini dikenal dengan signifikasi dua tahap two way of signification seperti yang terlihat dalam gambar di bawah.
27
Yasraf Amir Piliang, Hipersemiotika: Tafsir Cultural Studies atas Matinya Makna Bandung: Jalasutra, 2003, h. 261.
28
Piliang, Hipersemiotika, h. 261.
Tabel 3: Peta Tanda Roland Barthes
29
1. Signifier Penanda
2. Signified Petanda
3. Denotative Sign Tanda Denotatif 4. CONNOTATIVE SIGN
PENANDA KONOTATIF 5. CONNOTATIVE SIGNIFIED
PETANDA KONOTATIF 6. CONNOTATIVE SIGN TANDA KONOTATIF
Dari peta Barthes diatas terlihat bahwa tanda denotatif 3 terdiri atas penanda 1 dan petanda 2. Akan tetapi pada saat bersamaan, tanda
denotatif adalah juga penanda konotatif 4. Dengan kata lain hal tersebut merupakan unsur material. Dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak
sekedar memiliki makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaanya.
Roland Barthes juga melihat makna yang lebih dalam tingkatannya, yaitu makna-makna yang berkaitan dengan mitos. Mitos adalah cerita yang
digunakan untuk menjelaskan atau memahami beberapa aspek dari realitas atau alam. Bagi Barthes, mitos merupakan cara berpikir dari suatu
kebudayaan tentang sesuatu, cara untuk mengkonseptualisasikan atau memahami sesuatu. Tidak ada mitos yang universal pada suatu kebudayaan.
Mitos ini bersifat dinamis. Mitos berubah dan beberapa diantaranya dapat berubah dengan cepat guna memenuhi kebutuhan perubahan dan nilai-nilai
kultural dimana mitos itu sendiri menjadi bagian dari kebudayaan tersebut.
29
Paul Cobley Litza Janz, Introducing Semiotics NY: Totem Books, 1999, h. 51.