Disiplin Kerja Guru Hubungan disiplin guru terhadap prilaku keberagaman siswa menurut prestasi belajar pendidikan agama islam

mengoreksi atau menghukum bawahan karena melanggar peraturan atau prosedur. Disiplin merupakan bentuk pengendalian diri karyawan dan pelaksanan organisasi. Disiplin adalah suatu proses yang dapat menumbuhkan perasaan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan tujuan organisasi secara obyektif, melalui kepatuhannya menjalankan peraturan organisasi 11 . Tidak jauh berbeda dengan Amir Achin dalam membahas pengertian disiplin dalam bukunya “Pengelolaan Kelas dan Interaksi Belajar Mengajar” dengan menyimpulkan disiplin sebagai pematuhan secara sadar adakan aturan dengan ditetapkan”. 12 Pematuhan secara sadar mengandung pengertian menjunjung tinggi segala aturan yang berlaku baik di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah ataupun di lingkungan masyarakat, hal ini disebabkan antara lain dikatakan oleh Agus Suwanto bahwa tiap keluarga sekecil apapun keluarga, misalnya kelompok bermain selalu mempunyai peraturan-peraturan tertentu yang sedikit banyak berada antara satu dengan yang lainnya. Adanya peraturan-peraturan itu tiada lain adalah untuk menjamin kehidupan yang tertib dan tentang hingga kelangsungan hidup sosial itu dapat dicapai. 13 Untuk menjaga dan memelihara peraturan-peraturan tersebut, maka diperlukan sikap disiplin dalam arti sikap disiplin maupun dalam lingkungan masyarakat luas. Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal merupakan wadah yang potensi untuk menyambungkan sikap disiplin. Bila dihubung dengan sekolah Soerganda berpendapat bahwa “disiplin di sekolah dapat diartikan sebagai pengawasan langsung terhadap tingkah laku bawahan pelajar dengan menggunakan system hukuman atau hadiah”. 14 11 httpwww.google.com. Pengertian Disiplin; Pelatihan Keterampilan Manajerial SPMK. Jakarta, 2010, h. 1 12 Amir Achin, Pengelolaan Kelas dan Interaksi Belajar Mengajar, Ujung Pandang: IKIP Ujung Pandang Press, Cet-ke 2, hal 62 13 Agus Swasto, Psikologi Perkembangan, Bandung: Aksara Baru, ed. III, hal 118 14 Soergada Porba Kawatja dan H. A. H. Harahap, Enskologi Pendidikan, Jakarta: Gunung Agung, 1981, Cet-ke 2, hal 81 Dari pernyataan di atas memberikan kesan bahwa disiplin di sekolah didasarkan sebagai suatu hal yang mengekang kebebasan peserta didik. Akan tetapi sebagaimana dikatakan oleh Drs. Ahmad Rohani dan Drs. Abu Ahmadi dalam bukunya pengelolaan Pangajaran. “bahwa bila aturan ini dirasakan sebagai suatu yang memang seharunsnya dipatuhi, secara sadar untuk kebaikan diri sendiri dan kebaikan bersama, maka lama kelamaan akan menjadi suatu kebiasaan yang baik menuju ke arah disiplin sendiri self discipline”. 15 Guru turut peran dalam melakanakan program dan kegiatan sekolah, oleh sebab itu guru harus menunjukkan hasil kerjanya dengan baik, sehingga dapat membantu meningkatkan mutu pendidikan. Dalam hal ini disiplin kerja yang dilaksanakan oleh seorang guru akan mempunyai prestasi belajar mengajar dan prestasi siswa yang diajarkan.

2. Pengertian Guru

Kata guru dalam bahasa Arab mempunyai banyak istilah diantaranya guru disebut dengan murrabi pemelihara, mu’allim pemindahan ilmu pengetahuan, mu’addib pendidik. Dari ketiga istilah itu mempunyai makna yang berbeda tetapi arti yang sama yaitu orang yang memberikan ilmu pengetahuan. Adapun guru dalam kamus Saku Bahasa Indonesia mempunyai makna “Orang yang kerjanya mengajar” 16 . Setelah mengetahui pengertian guru secara etimologi, maka guru secara terminologis mempunyai banyak arti, para pakar pendidikan mengemukakan beberapa definisi sebagai berikut: Guru adalah tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar, dalam arti mengembangkan ranah cipta, rasa, dan karsa siswa sebagai implementasi konsep ideal mendidik 17 . Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, 15 Ahmad Rohani H. M. dan Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 1995, Cet-ke-1, hal 139 16 Pius Abdillah dan Anwar Syarifuddin, Kamus Saku Bahasa Indonesia, Surabaya: ARKOLA Offset, tth, h. 121 17 Muhibbin Syah, Psikologi Pendididkan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007, Cet-ke 14, h. 256 dan mengevaluasi, peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah 18 . Guru adalah pendidik profesional, karena secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima, dan memikul sebagian tanggungjawab yang terpikul dipundak para orang tua 19 . Adapun menurut Marimba sebagaimana yang telah dikutip oleh Ramayulis bahwa guru atau pendidik adalah “Sebagai orang yang memikul pertanggungjawaban sebagai pendidik, yaitu manusia dewasa yang karena hak dan kewajibannya bertanggungjawab tentang pendidikan peserta didik” 20 . Guru merupakan profesi jabatan atau pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru 21 . Sama dengan pendapat diatas menurut Laurence D. Hazkew dan Jonathan C. Mc Lendon dalam bukunya This is Learning, yang dikutip oleh Hamzah B. Uno Guru adalah seseorang yang mempunyai kemampuan dalam menata dan mengelola kelas 22 . Sedangkan menurut Jean D. Grambs dan C. Morris Mc Clare dalam Foundation of Teaching, An Intruduction to Modern Education, dan juga dikutip oleh Hamzah B. Uno Guru adalah mereka yang secara sadar mengarahkan pengalaman dan tingkah laku dari seorang individu hingga terjadi pendidikan 23 . Adapun menurut Hamzah B. Uno sendiri “Guru adalah orang yang memiliki kemampuan merancang program pembelajaran serta mampu menata dan mengelola kelas agar peserta didik dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan” 24 . 18 Presiden Republik Indonesia, UU Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, t.d, t.t, h. 2 19 Zakiah Deradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004, Ed. 1, Cet-ke 5, h. 39 20 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2004, Cet-ke 4, h. 85 21 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT Remaja Rodakarya, 2005, Cet-ke 17, h. 6 22 H. Hamzah B. Uno, [Ed. 1], Profesi Kependidikan Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, Cet. IV, h. 15 23 H. Hamzah B. Uno, [Ed. 1], Profesi Kependidikan …, h. 15 24 H. Hamzah B. Uno, [Ed. 1], Profesi Kependidikan …, h. 15 Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memilki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin 25 . Menurut E. Mulyasa guru harus mematuhi berbagai peraturan dan tata tertib secara konsisten, atas kesadaran profesional, karena mereka bertugas untuk mendisiplinkan para peserta didik di sekolah, terutama dalam pembelajaran. Oleh karena itu, dalam menanamkan disiplin guru harus memulai dari dirinya sendiri, dalam berbagai tindakan dan prilakunya 26 . Dari pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian guru secara terminologis adalah merupakan suatu profesi yang membutuhkan keteladanan, keprofesionalan dan memiliki kemampuan untuk menjadikan peserta didik mempunyai budi pekerti tinggi, dan mencapai kedewasaan.

3. Tugas dan Fungsi Guru

Keutamaan seorang guru disebabkan karena ada tugas mulia yang diembannya dan tugas ini hampir sama kedudukannya dengan tugas Rasul mengemban misi rahmatan lil alamin dan guru hendaklah bertolak dari amar ma’ruf nahyu al-munkar. Menurut al-Ghazali sebagaimana yang dikutip oleh Ramayulis bahwa tugas guru yang utama adalah menyempurnakan, membersihkan, menyucikan hati manusia untuk ber-taqarub kepada Allah Guru adalah figur seorang pemimpin. Guru adalah sosok arsitektur yang dapat membentuk jiwa dan watak anak didik. Guru bertugas mempersiapkan manusia susila yang cakap yang dapat diharapkan membangun dirinya dan membangun bangsa negara. 25 E. Mulyasa, [Edt. Mukhlis], Menjadi Guru Profesinal; Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008, Cet-ke 7, h. 37 26 E. Mulyasa, [Edt. Mukhlis], Menjadi Guru Profesinal…, h. 37-38 Jabatan guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas maupun di luar dinas dalam bentuk pengabdian. Tugas guru tidak hanya sebagai suatu profesi, tetapi juga sebagai suatu tugas kemanusiaan dan kemasyarakatan. Tugas guru sebagai suatu profesi menuntut kepada guru untuk mengembangkan profesionalitas diri sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mendidik, mengajar, dan melatih anak didik adalah tugas guru sebagai suatu profesi. Tugas guru sebagai pendidik adalah tugas guru sebagai suatu profesi. Tugas guru sebagai pendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup kepada anak didik. Tugas guru sebagai pengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada anak didik. “Tugas guru sebagai pelatih berarti mengembangkan keterampilan dan menerapkan dalam kehidupan demi masa depan anak didik.” 27 Tugas kemanusiaan salah satu segi dari tugas guru. Sisi ini tidak bisa guru abaikan, karena guru harus terlibat dengan kehidupan dimasyarakat dengan interaksi sosial. Guru harus menanamkan nilai-nilai kemanusiaan kepada anak didik dengan begitu anak didik mempunyai sifat kesetiakawanan sosial. Guru turut bereperan dalam melakanakan program dan kegiatan sekolah, oleh sebab itu guru harus menunjukkan hasil kerjanya dengan baik, sehingga dapat membantu meningkatkan mutu pendidikan. Dalam hal ini disiplin kerja yang dilaksanakan oleh seorang guru akan mempunyai prestasi belajar mengajar dan prestasi siswa yang diajarkan. Peran dan fungsi guru berpengaruh terhadap pelaksanaan pendidikan di sekolah. Diantara peran dan fungsi guru tersebut adalah sebagai berikut 28 . a. Sebagai pendidik dan pengajar b. Sebagai anggota masyarakat c. Sebagai pemimpin 27 Syaiful Fahri Djamrah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: Rineka Cipta, 2000, Cet-ke 1, hal. 42 28 E. Mulyasa, [Edt. Mukhlis], Standar Kompetensi…, h. 19 d. Sebagai administrator e. Sebagai pengelola pembelajaran. Dalam UU RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Bab II pasal 4 dan pasal 6 menyebutkan tentang Fungsi dan Tujuan yaitu 29 : Guru sebagai tenaga profesional berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional Pasal 4. Guru sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab Pasal 6. Dari DITJEN Dikti P2TK yang dikutip dari E. Mulyasa menjabarkarkan beberapa tugas dan fungsi guru berikut uraian tugasnya: TUGAS FUNGSI URAIAN TUGAS I. Mendidik, mengajar, membimbing, dan melatih 1. Sebagai Pendidik 1.1 Mengembangkan potensi kemampuan dasar peserta didik. 1.2 Menegembangkan kepribadian peserta didik 1.3 Memberikan ketekadanan 1.4 Menciptakan suasana pendidikan yang kondusif 2. Sebagai Pengajar 2.1 Merencanakan pembelajaran 2.2 Melaksanakan pembelajaran yang mendidik 2.3 Menilai proses didik memecahkan masalah dalam pembelajaran. 3. Sebagai Pembimbing 1.1 Mendorong berkembangnya prilaku positif dalampembelajaran 29 Presiden RI, UU RI Nomor 14 Tahun 2005..., t.p. t.t, h. 4 1.2 Membimbing peserta didik memecakan masalah dalam pembelajaran 4. Sebagai Pelatih 4.1 Melatih keterampilan- keterampilan yang diperlukan dalam pembelajaran 4.2 Membiasakan peserta didik berprilaku positif dalam pembelajaran II. Membantu Pengelolaan dan Pengembanga n program sekolah 5. Sebagai Pengembang program 5.1 Membantu mengembangkan program pendidikan sekolah dan hubungan kerjasama intra sekolah 6. Sebagai pengelola program 6.1 Membantu secara aktif dalam menjalin hubungan dan kerjasama antar sekolah dan masyarakat III. Mengembang kan keprofesionala n 7. Sebagai tenaga professional 7.1 Melakukan upaya-upaya untuk meningkaktkan kemampuan profesional Bila dipahami, maka tugas guru tidak hanya sebatas di sekolah, tetapi juga sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat. Bila dirinci lebih jauh, tugas guru tidak hanya yang telah disebutkan. Menurut Roestiyah N.K, bahwa guru dalam mendidik anak didik bertugas untuk: 1. Memberikan kebudayaan kepada anak didik berupa kepandaian, kecakapan, dan pengalaman-pengalaman. 2. Membentuk kepribadian anak yang harmonis, sesuai cita-cita dan dasar Negara Pancasila. 3. Menyiapkan anak menjadi warga negara yang baik sesuai Undang-Undang Pendidikan yang merupakan keputusan MPR NO. 11 Tahun 1983. 4. Sebagai perantara dalam belajar 5. Guru sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat. 6. Sebagai penegak disiplin, guru menjadi contoh dalam segala hal, tata tertib dapat berjalan bila guru dapat menjalani lebih dahulu. 7. Guru sebagai administrator dan manajer. Di samping mendidik, seorang guru harus dapat mengerjakan urusan tata usaha seperti membuat buku kas, daftar induk, rapor, daftar gaji, dan sebagainya, serta dapat mengkoordinasikan segala pekerjaan di sekolah secara demokrasi, sehingga suasana pekerjaan penuh dengan rasa kekeluargaan. 8. Pekerjaan guru sebagai profesi. Guru harus menyadari benar-benar pekerjaannya sebagai suatu profesi. 9. Guru sebagai perencana kurikulum. Guru membuat perencanaan kurikulum sesuai dengan kebutuhan anak didiknya pada masa itu dan masyarakat sekitar, maka dalam penyusunan kurikulum, kebutuhan ini tidak boleh ditinggalkan. 10. Guru sebagai pemimpin guidance worker Sebagai pimpiman guru mempunyai kesempatan dan tanggung jawab dalam banyak hal seperti memberikan suri tauladan membimbing dan memenejemen. 11. Guru sebagai sponsor dalam kegiatan anak-anak. Guru harus turut aktif dalam segala aktivitas anak, misalnya dalam ekstrakurikuler membentuk kelompok belajar dan sebagainya. 30 Dari poin-poin di atas dapat kita ketahui bahwa tugas guru tidaklah ringan. Profesi guru harus berdasarkan panggilan jiwa, sehingga dapat melaksanakan tugas dengan baik, dan ikhlas. Guru harus mendapatkan haknya secara profesional dengan gaji yang patut diperjuangkan melebihi profesi-profesi lainnya, sehingga keinginan peningkatan kompetensi guru dan kualitas belajar anak didik bukan hanya sebuah slogan di atas kertas.

4. Kode Etik Guru

Istilah kode etik terdiri dari dua kata, yakni “Kode” dan “Etik”. Etik berasal dari bahasa Yunani “ethos” berarti watak, adat atau cara hidup 30 Ny. Roesitah NK, Masalah Ilmu Keguruan, Jakarta: Bina Aksara, 1998, Cet-ke, hal. 17 dengan kata lain etik adalah cara berbuat yang menjadi adat, karena persetujuan dari kelompok manusia. Dan etik biasanya dipakai untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang disebut “kode” sehingga terjemahlah apa yang disebut “kode etik”. Atau secara harfiah kode etik berarti sumber etik. Etika artinya tata susila atau hal-hal yang berhubungan dengan kesusilaan dalam mnegerjakan suatu pekerjaan. Jadi kode etik guru diartikan sebagai “aturan tata susila keguruan”. Menurut Westby Gybson, kode etik guru dikatakan sebagai suatu statment formal yang merupakan norma aturan tata susila dalam mengatur tingkah laku guru. Karena itu, guru sebagai tenaga profesional perlu memiliki “kode etik guru” sebagai pedoman yang mengatur pekerjaan guru selama pengabdian kode etik guru. Ini merupakan ketentuan yang mengikat semua sikap dalam perbuatan guru, jika guru telah melakukan perbuatan asusila dan amoral berarti guru telah melanggar kode etik guru. Sebab kode etik guru ini sebagai salah satu ciri yang ada pada profesi guru itu sendiri. Dalam pidato pembukaan Kongres PGRI ke XIII, Basuni sebagai ketua umum PGRI menyatakan bahwa kode etik guru Indonesia merupakan landasan moral dan pedoman tingkah laku guru warga PGRI dalam melaksanakan panggilan pengabdian bekerja sebagai guru PGRI, 1973. Dari pendapat ketua umum PGRI ini dapat ditarik kesimpulannya bahwa dalam kode etik guru Indonesia terdapat dua unsur pokok yakni 31 : a. Sebagai landasan moral b. Sebagai pedoman tingkah laku Tujuan merumuskan kode etik dalam satuan profesi adalah untuk kepentingan dan kepentingan organisasi profesi itu sendiri. Secara tujuan mengadakan kode etik adalah sebagai berikut 32 : a. Menjungjung martabat profesi b. Menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya. c. Pedoman bertingkah laku. 31 E. Mulyasa, [Edt. Mukhlis], Standar Kompetensi…, h.43 32 E. Mulyasa, [Edt. Mukhlis], Standar Kompetensi…, h. 43-44 d. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi e. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi. Dalam Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan dosen tentang Organisasi dan Kode Etik Pasal 41 dan Pasal 42 yaitu sebagai berikut: Pasal 41 Menjelaskan bahwasanya guru merupakan suatu profesi yang bersipat independen dan berfungsi meningkatkan kompetensi, karir, dan pengabdian kepada masyarakat yang dijalankan sesuai UUD 1945. Sedangkan Pasal 42 menjelaskan hak dan perlindungan terhadap guru dan profesinya. Kemudian rumusan hasil kongres PGRI XIII menjelaskan bahwa guru harus bekerja profesional, diantaranya bisa berinteraksi baik dengan siswa- siwinya, masyarakat dan juga lembaga sekolah itu sendiri. 33 Dari pengertian disiplin dan guru maka penulis dapat menyimpulkan bahwa disiplin guru adalah sikap penuh kerelaan dalam mematuhi semua aturan dan norma yang ada dalam lembaga pendidikan sekolah dan menjalankan tugasnya sebagai bentuk tanggung jawabnya terhadap pendidikan anak didiknya. Karena bagaimanapun seorang guru atau tenaga kependidikan pegawai, merupakan cermin bagi anak didiknya dalam sikap atau teladan, dan sikap disiplin guru dan tenaga kependidikan pegawai akan memberikan warna terhadap hasil pendidikan yang jauh lebih baik.

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin Kerja Guru

Agar memiliki kedisiplinan yang tinggi, maka kepala sekolah sebagai pemimpin harus mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin kerja guru diantaranya. kesejahteraan pegawai, ini merupakan faktor yang harus diperhatikan sesuai dengan kinerjanya, juga tidak kalah pentingnya teladan peminpin lembaganya, karena bagaimanapun seorang pemimpin merupakan contoh bagi bawahannya, disamping itu juga 33 Syaiful Djamrah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Rineka Cipta, hal. 49 pengawasanpun harus terus dilakukan guna mengetahui seberapa tinggi disiplinkah guru dalam menjalankan tugasnya, dan terakhir sangsi dan hukuman bagi guru yang kurang disiplin atau melanggar tindak indisipliner. Pada dasarnya ada dua dorongan yang mempengaruhi disiplin: 1. Dorongan yang datang dari dalam diri manusia yaitu dikarenakan adanya pengetahuan, kesadaran, keamanan untuk berbuat disiplin 2. Dorongan yang datangnya dari luar yaitu dikarenakan adanya perintah, larangan, pengawasan, pujian, ancaman, sanksi, hukuman yang disesuikan dengan tingkat indisipliner dan sebagainya seperti dalam firman Allah SWT. Q.S. At-Tin 95:8      نيتلا : “Bukankah Allah hakim yang seadil-adilnya”. Q.S. At-Tin 95:8

B. Prilaku Keberagamaan Siswa

1. Pengertian Perilaku Keberagamaan Siswa

Perilaku dalam kamus bahasa Indonesia adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan. 34 Ini berarti pengertian tentang perilaku diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa perilaku adalah suatu perbuatan atau tindakan seseorang yang nyata dan dapat dilihat atau bersifat konkrit. Perilaku ini merupakan manifestasi dari pada sikap seseorang. Perilaku dapat terjadi secara spontanitas tanpa melalui pembentukan terlebih dahulu dalam jiwa dan juga dapat melalui pembinaan dalam jiwa seseorang terlebih dahulu. Sedangkan pengertian agama, menurut Harun Nasution: berdasarkan asal kata yaitu al-Din, religi relegere, religare dan agama. Al-Din Semit berarti undang-undang atau hukuman. Kemudian dalam bahasa Arab kata ini mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, utang, balasan, kebiasaan. 34 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka , 1996, h. 775 Bertitik tolak dari pengertian tersebut menurut Harun Nasution intisarinya adalah ikatan. Karena itu agama mengandung arti ikatan yang lurus dipegang dan dipatuhi manusia. Ikatan yang dimaksud berasal dari suatu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia sebagai kekuatan gaib yang tak dapat ditangkap dengan panca indera, namun mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap kehidupan manusia sehari-hari. 35 Berdasarkan definisi yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku keberagamaan adalah suatu kecenderungan atau keadaan pada diri seseorang yang berdasarkan pendirian, ketaatan dan keyakinan mengenai agamanya yang tampak dalam tingkah lakunya yang mencerminkan nilai- nilai ajaran agamanya. Agama yang ditanamkan sejak kecil kepada anak-anak sehingga merupakan bagian dari unsur-unsur kepribadiannya, akan cepat bertindak menjadi pengendali dalam menghadapi segala keinginan-keinginan dan dorongan-dorongan yang timbul. Karena keyakinan terhadap agama yang menjadi bagian dari kepribadian itu, akan mengatur sikap dan tingkah laku seseorang secara otomatis dari dalam. 36 sebab perkembangan agama pada masa anak-anak terjadi melalui pengalaman hidupnya waktu kecil, didalam keluarga, di rumah dan dimasyarakat lingkungannya. Semakin banyak pengalaman agama yang diperoleh, maka sikap, tingkah laku, kelakuan, dan cara menghadapi hidup akan sesuai dengan ajaran agama. 37 Jadi pengertian perilaku keberagamaan anak dapat dibentuk melalui pembinaan agama pada anak-anak yang dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat sehingga anak mempunyai kemampuan untuk melaksanakan dan mengamalkan ajaran agamanya. 35 Jalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005, Ed. Rev-9, h. 12 36 Zakiah Daradjat, Peranan Agama Dalam Kesehatan Mental, Jakarta: Penerbit Gunung Agung, 1986, h.57 37 Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Penerbit Bulan Bintang, 2003, Cet. Ke- XXVI, h. 66

2. Ruang Lingkup Perilaku Keberagamaan Siswa

Keberagamaan adalah kondisi keimanan dan keyakinan seseorang yang terdalam terhadap ajaran-ajaran agamanya yang kemudian direalisasikan dalam setiap sikap dan perilaku hidupnya. Semua yang dilakukan berdasarkan keyakinan hatinya yang dilandasi dengan keimanan keyakinannya. Maka, ruang lingkup perilaku keberagamaan anak sejalan dengan isi pendidikan agama Islam di sekolah dasar, yang menjadi materi pelajaran pendidikan agama Islam di sekolah, meliputi empat unsur pokok yaitu: 1. Aqidah adalah kebutuhan akan adanya Tuhan tidak serta merta karena kebutuhan sesaat saja namun terus menerus secara kontinuitas. 2. Akhlak adalah perbuatan yang bisa dilakukan tanpa memerlukan pikiran. 3. Ibadah yaitu menyerahkan diri kepada Allah dan selalu mengikuti perintah-Nya dan menuruti yang dikehendaki-Nya. 4. Al-Qur’an adalah wahyu yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad Saw. Sebagai pedoman hidup manusia. Ruang lingkup bahan pelajaran diatas merupakan usaha untuk mewujudkan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara: 1. Hubungan manusia dengan Allah SWT 2. Hubungan manusia dengan manusia 3. Hubungan manusia dengan alam sekitar. 38

2.1. Aqidah

Menurut bahasa, kata aqidah berasal dari bahasa Arab, yaitu: دقع – دقعي – ةدقع – ةديقع yang artinya adalah ikatan atau perjanjian. Menurut istilah, aqidah adalah suatu pokok atau dasar keyakinan yang harus dipegang oleh orang yang mempercayainya. 39 38 Petunjuk Pelaksanaan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, CV. Karya Manunggal, 1982, h. 3 39 Masan Alfat, Aqidah Akhlak, Semarang: PT. Karya Toha Putra,1987 h. 3

Dokumen yang terkait

Disiplin belajar siswa SMP YMJ Ciputat dan Hubungannya dengan prestasi belajar

1 6 82

Peranan guru Agama dalam Mengoptimalkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan Agama Islam di SMPN 1 Pamulang

1 6 111

Pengaruh kedisplinan guru terhadap prestasi belajar siswa pada pendidikan agama islam di SMP PGRI I Ciputat

4 16 103

Hubungan persepsi siswa terhadap disiplin guru dengan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama islam

6 30 101

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Minat Dan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa Di MTs Muhammadiyah Surakarta Dan Smp Ta’mirul Islam S

1 6 22

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Minat Dan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa Di MTs Muhammadiyah Surakarta Dan Smp Ta’mirul Islam S

0 2 20

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM.

1 5 18

PENGANTAR HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM.

0 0 8

HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA KELAS VII Hubungan Antara Kedisiplinan Belajar Dan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Pada Siswa Kelas VII SMP N 2 Kalijambe Sragen Tahun Pelajaran 2011/2012

0 3 15

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI DENGAN PRESTASI BELAJAR BIDANG STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

0 0 125