2. Ruang Lingkup Perilaku Keberagamaan Siswa
Keberagamaan adalah kondisi keimanan dan keyakinan seseorang yang
terdalam terhadap
ajaran-ajaran agamanya
yang kemudian
direalisasikan dalam setiap sikap dan perilaku hidupnya. Semua yang dilakukan berdasarkan keyakinan hatinya yang dilandasi dengan keimanan
keyakinannya. Maka, ruang lingkup perilaku keberagamaan anak sejalan dengan isi
pendidikan agama Islam di sekolah dasar, yang menjadi materi pelajaran pendidikan agama Islam di sekolah, meliputi empat unsur pokok yaitu:
1. Aqidah adalah kebutuhan akan adanya Tuhan tidak serta merta karena
kebutuhan sesaat saja namun terus menerus secara kontinuitas. 2.
Akhlak adalah perbuatan yang bisa dilakukan tanpa memerlukan pikiran. 3.
Ibadah yaitu menyerahkan diri kepada Allah dan selalu mengikuti perintah-Nya dan menuruti yang dikehendaki-Nya.
4. Al-Qur’an adalah wahyu yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi
Muhammad Saw. Sebagai pedoman hidup manusia. Ruang lingkup bahan pelajaran diatas merupakan usaha untuk
mewujudkan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara: 1.
Hubungan manusia dengan Allah SWT 2.
Hubungan manusia dengan manusia 3.
Hubungan manusia dengan alam sekitar.
38
2.1. Aqidah
Menurut bahasa, kata aqidah berasal dari bahasa Arab, yaitu:
دقع –
دقعي –
ةدقع –
ةديقع
yang artinya adalah ikatan atau perjanjian.
Menurut istilah, aqidah adalah suatu pokok atau dasar keyakinan yang harus dipegang oleh orang yang mempercayainya.
39
38
Petunjuk Pelaksanaan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, CV. Karya Manunggal, 1982, h. 3
39
Masan Alfat, Aqidah Akhlak, Semarang: PT. Karya Toha Putra,1987 h. 3
Manusia hidup berdasarkan kepercayaan terhadap suatu aqidah, tinggi rendahnya kepercayaan memberikan corak bagi kehidupan, karena itulah
kehidupan pertama dalam Islam dimulai dengan iman.
2.2. Akhlak
Kata akhlak menurut bahasa berarti “perangai, sikap, perilaku, watak, dan budi pekerti”.
40
Sesuai dengan firman Allah SWT Q.S. Al-Qalam: 68:4 yang menggambarkan tentang akhlak terpuji yang terdapat pada Nabi
Muhammad SAW. Q. S. Al-Qalam: 68:4
:
قلا
:
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”. Q. S. Al-Qalam: 68:4.
Sedangkan secara istilah akhlak adalah “sikap yang tertanam dalam jiwa yang mendorong untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan
pemikiran dan pertimbangan.
41
Definisi diatas memperlihatkan bahwa akhlak adalah sesuatu keadaan yang tertanam dalam jiwa berupa keinginan kuat yang melahirkan perbuatan
secara langsung tanpa memerlukan pemikiran-pemikiran. Keadaan jiwa itu ada kalanya merupakan sifat alami
thabi’at yang didorong oleh fitrah manusia untuk melakukan suatu perbuatan atau tidak melakukannya seperti
rasa takut dan sebagainya. Selain itu, suasana jiwa ada kalanya juga di sebabkan oleh adat istiadat seperti yang membiasakan berkata benar secara
terus menerus, maka jadilah suatu bentuk akhlak yang tertanam dalam jiwa. Sehingga penulis menyimpulkan bahwa akhlak adalah suatu perbuatan
baik dan buruk, yang seharusnya dilakukan oleh manusia kepada orang lain dengan menyatakan tujuan yang harus dituju dalam perbuatan mereka dan
menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat. Akhlak
40
Mustofa, Akhlak Tasawuf, Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997, Cet. Ke-1, h. 11
41
Moh.Ardani, akhlak Tasawuf, Jakarta: CV. Karya Mulia, 2005, h. 27
merupakan sumber dari segala perbuatan yang sewajarnya, yakni tidak dibuat-buat dan perbuatan yang dapat dilihat sebenarnya yang merupakan
gambaran dari sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa. Karena itu agama Islam sangat mengutamakan segi akhlak dalam
ajarannya, sehingga Nabi Muhammad menjelaskan bahwa risalahnya hanya untuk menyempurnakan akhlak yang utama. Sabda Rasul:
قا خأا راك ِ ت ل تثعبا َنإ .
د حأ ور
“Sesungguhnya aku diutus di dunia ini untuk menyempurnakan akhlak”. H.R. Ahmad.
42
2.3. Ciri-Ciri Akhlak Yang Baik
1 “Jujur benar” memberitakan tentang sesuatu sesuai dengan hakekat keadaan
yang sebenarnya. Benar atau jujur itu termasuk semulia sifat manusia yang terpuji. Sikap ini membawa keselamatan dan manfaat bagi orang yang
bersangkutan dan bagi orang lain.
43
2 “Sabar” yaitu sikap yang betah atau dapat menahan diri pada kesulitan yang
dihadapinya. Tetapi tidak berarti bahwa sabar itu langsung menyerah tanpa upaya untuk melepaskan diri dari kesulitan yang dihadapi oleh manusia. Maka sabar
yang diumaksud adalah sikap yang diawali dengan ikhtiar, lalu lalu diakhiri dengan sikap menerima dan ikhlas, bila seseorang dilanda suatu cobaan dari
Tuhan.
44
3 “Amanah” menunaikan segala hak-hak Allah, dan tidak membuka rahasia yang
dipercayakan kepadamu untuk menyimpannya. Termasuk pula contoh sifat amanah, yaitu tidak mengurangi isi janji dari yang diucapkan oleh orang yang
berjanji; atau tidak mengurangi sesuatu barang yang dipercayakan kepadamu oleh pemiliknya untuk menjaganya.
45
42
Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, Jakarta: CV. Karya Mulia, 2005, Cet-ke 2, h. 26
43
Abdurrahman Affandi Ismail, Pendidikan Budi Pekerti, Semarang, CV. Toha Putra, 1982, h. 43
44
Mahjuddin, Akhlak Tasawuf 1, Jakarta: Kalam Mulia, 2009, h. 12
45
Abdurrahman Affandi Ismail… h. 36
4 “Ikhlas” memurnikan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dari
berbagai tendensi pribadi. Ikhlas merupakan syarat diterimanya suatu amal saleh yang sesuai dengan Sunnah Rasulullah SAW.
46
5 “Bersyukur” suatu sikap yang selalu ingin memanfaatkan dengan sebaik-baiknya,
nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT kepadanya; baik yang bersifat pisik maupun nonpisik. Lalu disertai dengan peningkatan pendekatan diri kepada Yang
memberi nikmat, yaitu Allah SWT.
47
6 “Pemaaf” sikap suka memberi maaf terhadap kesalahan orang lain tanpa ada
sedikitpun rasa benci dan keinginan untuk membalas.
48
7 “Malu” pencegahan diri dari segala perbuatan jelek, atau pemeliharaan diri,
karena rasa takut untuk melakukan hal-hal yang dibenci, yaitu hal-hal yang bersifat universal dari syari’at, atau rasional atau kebiasaan.
49
Sifat malu adalah salah satu pendorong yang kuat bagi seseorang untuk berkelakuan baik dan
menjauhi yang buruk dan jahat, sehingga ia menjadi orang yang tingkah lakunya dan sikapnya dalam bergaul bersih, sopan dan ramah tamah. Ia tidak akan
berdusta dalam percakapan, tidak akan mengkhianati orang dan tidak memperturutkan bahwa nafsunya melakukan hal-hal yang tidak diridhoi oleh
Allah serta perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan norma-norma moral dan akhlak yang luhur.
2.4. Ibadah
Ibadah, ahli lughat mengartikannya taat, menurut, mengikut, tunduk yang setinggi-tingginya, dan doa.
50
Dalam pengertian yang luas, ibadah ialah segala bentuk pengabdian yang ditujukan kepada Allah semata yang diawali oleh niat.
Semua perbuatan baik dan terpuji menurut norma ajaran Islam, dapat dianggap ibadah dengan niat yang ikhlas karena Allah semata. Rupanya, niat itu merupakan
warna yang dapat membedakan perbuatan biasa dengan perbuatan ibadah. Niat yang ikhlas karena Allah semata, membuat suatu pekerjaan berwarna ibadah, sehingga
syari’at Islam melihat perbuatan itu sebagai suatu ibadat.
46
Ahmad Faried, Menyucikan Jiwa, Surabaya: Risalah Gusti, 1993, h. 1
47
Mahjuddin… h. 12
48
Yunahar Ilyas, kuliah Akhlak, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 1999, h. 35
49
Muhammad Abdl. Ghoffar, Malu dan Manfaatnya, Jakarta: Media Dakwah, 1997 h. 7
50
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Kuliah Ibadah, Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2000 h. 1
Ibadat dalam arti yang khusus ialah suatu upacara pengabdian yang sudah digariskan oleh syari’at Islam, baik bentuknya, caranya, waktunya, serta syarat dan
rukunnya, seperti shalat, puasa, zakat, haji dan sebagainya
51
Dengan demikian jelaslah bahwa cakupan ibadah sangat luas, shalat, zakat, puasa, haji dan segala aktifitas lahir batin yang diniatkan untuk
mencari keridhaan- Nya dan mengikuti syari’at agama-Nya itu adalah ibadah.
Ibadah bertujuan memberikan latihan rohani yang diperlukan manusia. Ibadah juga bertujuan untuk mengingatkan manusia tentang rasa keagungan
akan kekuasaan Tuhan Yang Maha Tinggi. Selain itu juga mengingatkan manusia bahwa hidup di dunia hanya sementara, sedangkan kehidupan abadi
telah menanti yaitu kehidupan akhirat.
2.5. Al- Qur’an
Al- Qur’an menurut bahasa berarti “bacaan” dan menurut istilah ushul
fiqh Al- Qur’an berarti “kalam perkataan Allah yang diturunkannya dengan
perantaraan Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. dengan bahasa Arab serta dianggap beribadah membacanya”.
52
Al- Qur’an adalah kitab
hidayah, yang berisi norma-norma yang menyangkut keseluruhan aspek kehidupan manusia. Norma-norma tersebut tersusun secara sistematis dalam
suatu totalitas sehingga mempunyai hubungan fungsional dalam rangka mengarahkan manusia kepada pembentukan individu yang sempurna.
53
Al- Qur’an merupakan pedoman sekaligus menjadi dasarhukum bagi
manusia dalam mencapai kebahagiaandi dunia dan akhirat.
51
Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1995, Cet. Ke-1,
… h. 73
52
Prof. Dr. H. Satria Effendi, M. Zein, MA, Ushul Fiqh, Jakarta: Kencana, 2005, cet. Ke-1, h. 79
53
Abuddin Nata, Pendidikan dalam Perspektif Hadits, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005, h. 64
3. Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi
Perilaku Keberagamaan
Pembentukan dan perubahan perilaku di pengaruhi oleh dua faktor, yaitu: faktor Intren dan faktor Ekstren.
1 Faktor Intren, secara garis besarnya faktor-faktor yang ikut berpengaruh terhadap
perkembangan jiwa keagamaan antara lain adalah faktor hereditas, tingkat usia, kepribadian dan kondisi kejiwaan seseorang.
54
2 Faktor Ekstren, faktor ini yang dinilai berpengaruh dalam perkembangan jiwa
keagamaan dapat dilihat dari lingkungan dimana seseorang itu hidup. Umumnya lingkungan tersebut dibagi menjadi tiga:
a Lingkungan Keluarga, yang menjadi fase sosialisasi awal bagi
pembentukan jiwa keagamaan anak. b
Lingkungan Institusional, baik formal seperti sekolah ataupun yang nonformal seperti berbagai perkumpulan dan organisasi. Sekolah sebagai
institusi pendidikan formal ikut memberi pengaruh dalam membantu perkembangan kepribadian anak. Melalui kurikulum yang berisi materi
pengajaran, sikap dan keteladanan guru sebagai pendidik serta pergaulan antar temen di sekolah dinilai berperan dalam menanamkan kebiasaan yang
baik merupakan bagian dari pembentukan moral yang erat kaitannya dengan perkembangan jiwa keagamaan seseorang.
c Lingkungan Masyarakat, memiliki pengaruh pula dalam perkembangan
jiwa keagamaan, baik dalam bentuk positif maupun negatif. Misalnya lingkungan masyarakat yang memiliki tradisi keagamaan yang kuat akan
berpengaruh positif bagi perkembangan jiwa keagamaan anak.
55
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa perilaku keberagamaan seseorang dipengaruhi oleh berbagai hal, baik yang berasal dari dalam diri seseorang
itu sendiri maupun dari luar diri seseorang.
54
Jalaluddin, Psikologi Agama,… h. 241
55
Jalaluddin, Psikologi Agama ,… h. 248-250
C. Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam
1. Prestasi Belajar
1.1. Pengertian Prestasi
Menurut kamus besar bahasa Indonesia prestasi ialah hasil yang telah dicapai, dikerjakan dan sebagainya.
56
Pengertian prestasi dilihat dari segi bahasa berasal dari bahasa Belanda ialah “Prestatie” kemudian dalam bahasa Indonesia berubah menjadi
kata prestasi yang artinya hasil usaha
57
. Dalam kamus populer dijelaskan bahwa prestasi memiliki makna apa
yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan dan hasil gemilang yang diperoleh dengan kerja keras
58
. Prestasi belajar bukanlah sesuatu yang hanya dinilai pada ranah
kognitif saja, prestasi merupakan hasil belajar dari ranah kognitif, afektif dan sikomotorik, keseluruhan pencapaian hasil belajar merupakan hsil dari cermin
proses seseorang, tidak hanya aspek pengetahuan pada materi tertentu saja, tetapi lewat sikap dan prilaku yang ditunjukan lewat pergaulan baik secara
formal maupun non formal.
1.2. Pengertian Belajar
Menurut kamus lengkap bahasa Indonesia
“Belajar” ialah berusaha untuk mendapatkan pengetahuan.
59
Sedangkan menurut kamus psikologi belajar adalah:
1. Perolehan dari sebarang perubahan yang relatif permanen dalam tingkah
laku, segai hasil dari praktek atau hasil pengamalan. 2.
Proses mendapatkan reaksi-reaksi sebagai hasil dari pada praktik dan latihan khusus.
60
56
Desy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Surabaya: Karya Abditama,2001, Cet-ke 1, h. 330
57
Zaenal Arifin, Evaluasi Hasil Instruksional, Prinsip, Tekhnik, Prosedur, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1999, h. 2.
58
S. P. Hayeh, Kamus Populer, Jakarta; 1987, Cet-ke 2, h. 296.
59
Desy Anwar , …h. 85
Setelah kedua pengertian itu ditemukan dan dapat dijelaskan satu persatu pengertiannya maka ada beberapa tokoh yang mengemukakan
pendapatnya tentang kedua pengertian tersebut dintaranya: Menurut S. Nasution prestasi belajar adalah “suatu perubahan individu
yang belajar, tidak hanya pengetahuan saja akan tetapi dapat juga membentuk kecakapan, kebiasaan diri pribadi individu yang belajar”
61
. Prestasi belajar merupakan hal yang bersifat perenial dalam sejarah
kehidupan manusia karena sepanjang kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Prestasi belajar
dapat memberikan kepuasan tertentu pula pada manusia, khususnya manusia yang berada pada bangku sekolah.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman-pengalaman yang
didapatkan oleh seseorang.
1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Menurut Sumardi Suryabrata, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar dan prestasi belajar dapat digolongkan kepada dua
bagian, yaitu : a.
Faktor internal siswa diantaranya 1.
IQ dan EQ anak 2.
Kesehatan anak 3.
Psiologis Psikologis anak b.
Faktor Eksternal siswa diantaranya 1.
Sosial anak 2.
Lingkungan masyarakat 3.
Guru 4.
Orang tua
62
.
60
J.P Chaplin, kamus Lengkap Psikologi, Jakarta: PT Raja Grapindo Utama, 2002
61
S. Nasution, Didaktik Dasar-Dasar Menagajar, Bandung: Jemmars, 1995, h. 25.
62
Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, Cet-ke 1, h. 60.
Dalam proses belajar banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, menurut Wasty Soemanto, faktor yang mempengaruhi belajar dapat di
golongkan menjadi tiga macam. 1.
Faktor stimuli belajar, segala hal diluar individu yang merangsang individu untuk melakuakan perbuatan belajar, diantara setimuli belajar adalah lama
banyaknya bahan pelajaran, kesulitan bahan pelajaran, suasana lingkungan eksternal dan lain sebagainya.
2. Faktor-faktor metode belajar, metode yang dipakai oleh guru, akan
menimbulkan perbedaan yang berarti bagi proses belajar. Misal pengunaan metode praktik, diskusi dan lain sebagainya, itu kan merubah proses
pembelajaran. 3.
Faktor individual itu juga sangat berpengaruh terhadap belajar seseorang diantara faktor individual ialah, kematangan usia, jenis kelamin,
pengalaman dan lain-lain. Kebanyakan orang beranggapan bahwa IQ adalah sebagai salah satu
faktor penting dalam menentukan prestasi seseorang dalam belajar, namun tidaklah selalu benar karena keberhasilan seseorang itu dipengaruhi oleh
banyak faktor lainnya dan faktor-faktor tersebut saling mendukung dan saling mempengaruhi.
2. Pendidikan Agama Islam 2.1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pengertian Agama Islam mengandung makna bahwa usaha yang dilakukan guru Pendidikan Agama Islam melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, dan latihan untuk menyiapkan peserta didik meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran agama Islam harus benar-
benar dilakukan dengan penuh kesabaran. Pendidikan agama merupakan unsur penting dalam pembentukan dan
pembinaan serta kepribadian seseorang yang apabila hal itu terakumulasi dengan baik, maka akan berpengaruh terhadap suatu bangsa, karena
pengalaman keagamaan yang dialaui tersebut akan menjadi unsur penting