Hubungan disiplin guru terhadap prilaku keberagaman siswa menurut prestasi belajar pendidikan agama islam

(1)

(Studi Kasus di SMP Islam YKS Depok)

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh:

YUSUP ABDUL AZIZ

NIM: 205011000318

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

Tempat/ Tgl. Lahir : Lebak/ 20 Juli 1986

Nim : 205011000318

Jurusan/ Prodi : Pendidikan Agama Islam (PAI)

Judul Skripsi : Hubungan Disiplin Guru Terhadap Prilaku Keberagamaan Siswa Menurut Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam (Studi Kasus di SMP Islam YKS Depok).

Dosen Pembimbing : Dr. Khalimi. MA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.

Jakarta, 15 Maret 2011 Penulis

Yusup Abdul Aziz NIM. 205011000318


(3)

(4)

(5)

i

di SMP adalah kedisiplinan guru dimana guru adalah orang yang dijadikan teladan bagi anak didiknya ketika di Sekolah, namun ada pertanyaan sederhana apakah disiplin guru itu sangat berpengaruh terhadap keberagamaan siswa.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat disiplin guru dan untuk menjelaskan ada tidaknya hubungan antara disiplin guru terhadap prestasi belajar Pendidikan Agama Islam di SMP Islam YKS Depok

Sesuai dengan sifat masalah dan tujuan masalah dan agar penelitian ini bisa terarah dengan baik, maka dalam hal ini penulis menggunakan kombinasi pendekatan, yaitu pendekatan kuantitaf, dan dilengkapi dengan kualitatif.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif Penelitian deskriptif dilakukan dengan menuturkan dan menafsirkan data yang berkenaan dengan disiplin guru dalam hal KBM, juga fakta, keadaan, dengan mengacu kepada kerangka pikir.

Dari perhitungan koefisien determinasi diketahui bahwa koefisien determinasinya sebesar 5,76 %. Hal ini menunjukan bahwa variabel X (Kedisiplinan Guru) mempengaruhi atau memberikan kontribusi kepada avariabel Y (Prestasi Belajar Pendidikan agama Islam Siswa) sebesar 5,76 %. Adapun sisanya adalah faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi prestasi belajar pendidikan agama Islam siswa dan tidak diteliti oleh penulis

Berdasarkan hasil perhitungan yang menguji pengaruh disiplin guru terhadap prestasi belajar PAI siswa di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dapat di ketahui pada taraf signifikan 5% diperoleh “r” tabel sebesar 0,433 sedangkan pada taraf signifikan 1 % diperoleh “r” tabel sebesar 0,549. Ternyata rxy atau ro yang besarnya 0,24 jumlahnya lebih kecil dari pada “r” tabel yang besarnya 0,433 dan 0,549. Maka dengan demikian hipotesa alternatif (Ha) ditolak. Walaupun hipotesa alternatif ditolak namun melalui analisa determinasi kedisiplinan seorang guru masih mempunyai kontribusi terhadap prestasi belajar pendidikan agama Islam siswa sebesar 5,76 %.


(6)

ii

melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul “HUBUNGAN DISIPLIN GURU

TERHADAP PRILAKU KEBERAGAMAAN SISWA MENURUT

PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM” (Studi Kasus di SMP Islam YKS Depok).

Sholawat beserta salam semoga Allah SWT. curah limpahkan kepada Baginda Rasul Muhammad SAW., keluarga, sahabat it’bauutabiin serta sampai kepada kita semua selaku umatnya. Amiin.

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak menghadapi kesulitan dan hambatan namun, berkat bimbingan dan dukungan dari semua pihak penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah bersedia membantu dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga selesai pada waktunya, khusunya kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. selaku Dekan FITK sekaligus Dosen

Seminar Skripsi

2. Bapak Bahrisalim, M. Ag selaku Kajur Pendidikan Agama Islam 3. Bapak Drs. Safiuddin Shidiq, M. Ag selaku Sekretaris Jurusan PAI 4. Bapak Dr. Khalimi. MA selaku Pembimbing Skripsi

5. Bapak. Firdaus H. M, S. Pd selaku Kepala Sekolah SMP Islam YKS Depok yang telah memberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk dapat melaksanakan penelitian ini.

6. Bapak Marto S.Pd I selaku Urusan Kurikulum SMP Islam YKS Depok yang banyak membantu dalam pengumpulan data yang penulis butuhkan selama penulis dalam penelitian.


(7)

iii berupa bentuk materilnya.

9. Rasa sayang kepada istriku yang membantu dan sabar menanti untuk menyeleseikan skripsi ini, atas motivasi dan suportnya.

10.Seluruh kawan-kawan yang telah memberikan motivasi dan semangat kepada penulis sehingga penulis bisa menyeleseikan skripsi ini.

11.Rasa cinta dan hormat kepada semua pihak yang telah banyak membantu yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu dalam menyeleseikan skripsi.

Sebagai manusia dhoif, penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik konstruktif kepada semua pihak demi perbaikan dimasa yang akan datang.

Harapan terbesar penulis adalah semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi siapa pun khususnya bagi civitas akademika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatulah Jakarta dan Keluarga Besar SMP Islam YKS Depok, sehingga dapat menjadi shodaqotun jaariyah yang penulis dedikasikan teruntuk Ayah Bunda dan Guru-guru penulis. Aamiin.

“Membiasakan menjadi disiplin di mulai dari hal-hal yang terkecil" "Jadilah pribadi Disiplin maka anda akan menjadi pribadi yang kuat”

Jakarta, 15 Maret 2011


(8)

iv

LEMBAR SAMPUL ... i

LEMBAR PERNYATAAN PENULIS ... ii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... iii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Identifikasi Maslah ... 5

C.Pembatasan Masalah ... 6

D.Perumusan Masalah ... 6

E.Tujuan Penelitian ... 6

F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 7

G.Sistematika Penulisan... 7

BAB II KAJIAN TEORI ... 8

A.Disiplin Guru ... 8

1. Pengertian Disiplin ... 8

2. Pengertian Guru ... 11

3. Tugas dan Fungsi Guru ... 13

4. Kode Etik Guru ... 17

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Disiplin Guru ... 19

B.Prilaku Keberagamaan Siswa ... 20


(9)

v

C.Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam ... 28

1. Prestasi Belajar ... 28

1.1. Pengertian Prestasi ... 28

1.2. Pengertian Belajar ... 28

1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 29

2. Pendidikan Agama Islam ... 30

2.1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 30

2.2. Dasar-Dasar Pelaksanaan PAI... 32

2.3. Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 33

D.Kerangka Konseptual ... 35

E.Hipotesis Penelitian ... 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 38

A.Tempat dan Waktu Penelitian ... 38

B. Metode Penelitian ... 38

C.Variabel Penelitian ... 38

D.Populasi dan Sampel ... 39

E. Instrumen Penelitian ... 39

F.Teknik Pengumpulan Data ... 42

G. Teknik Analisa Data ... 44

H. Hipotesa Statistik ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 48

A. Gambaran Umum Sekolah ... 48

1. Sejarah Berdirinya SMP Islam YKS Depok ... 48


(10)

vi

6. Keadaan Guru dan Siswa SMP Islam YKS Depok ... 52

7. Struktur Organisasi SMP Islam YKS Depok ... 53

B. Deskripsi Data ... 53

1. Hasil Pernyataan Disiplin Guru ... 54

2. Hasil Pernyataan Prilaku Keagamaan Siswa dalam Perspektif Prestasi Belajar PAI ... 66

a. Aspek Kognitf ... 66

b. Aspek Afektif ... 67

c. Aspek Psikomotorik ... 75

C. Analisis Data ... 76

D. Interpretasi Data ... 79

BAB V PENUTUP ... 81

A.Kesimpulan ... 81

B.Saran ... 82


(11)

vii

Tabel. 4.1 Kondisi Sarana ... 51

Tabel. 4. 2 Keadaan Guru ... 52

Tabel. 4. 3 Guru anda datang tepat waktu ketika mengajar ... 54

Tabel. 4. 4 Guru anda sering terlambat ketika waktu mengajar ... 54

Tabel. 4. 5 Para guru jarang hadir ketika upacara bendera ... 55

Tabel. 4. 6 Guru anda ketika jama pelajaran berlangsung mendadak pulang ... 55

Tabel. 4. 7 Guru anda bila berhalangan hadir memberitahukan Terlebih dahulu ... 56

Tabel. 4. 8 Guru anda tiba-tiba tidak masuk ke sekolah tanpa ada keterangan ... 56

Tabel. 4. 9 Guru anda keluar kelas pada pertengahan jam pelajaran berlangsung ... 57

Tabel. 4. 10 Guru anda mengurangi jam pelajaran Di waktu belajar ... 57

Tabel. 4. 11 Ketika guru anda memberikan tugas, Tugas anda dikoreksi ... 58

Tabel. 4. 12 Guru anda ketika KBM tidur dikelas ... 58

Tabel. 4. 13 Guru anda ketika KBM memberikan tugas belebihan ... 59

Tabel. 4. 14 Sebelum KBM berlangsung guru memeriksa Daftar hadir siswa ... 59

Tabel. 4. 15 Guru anda memberi evaluasi sesudah mengajar ... 60

Tabel. 4. 16 Dalam proses KBM guru anda sering menegor Anda ketika berisik dikelas ... 60

Tabel. 4. 17 Guru objektif dalam memberikan nilai terhadap siswa ... 61

Tabel. 4. 18 Guru anada mengulang penjelasannya ketika siswa ada yang belum mengerti ... 61


(12)

viii

Siswa, guru memberikan teladan terhadap

tingkah laku siswa yang ... 62

Tabel 4. 21 Guru memberikan bimbingan belajar kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar ... 63

Tabel. 4. 22 Guru anda memberi motivasi kepada siswa agar berprestasi ... 63

Tabel. 4. 23 Untuk membantu mengungkapkan pikiran dan perasaan siswa, guru mendiskusikan bersama pendapat siswa ... 63

Tabel. 4. 24 Dalam KBM guru anda tidak memberikan kesempatan untuk memberikan pendapat siswa ... 64

Tabel. 4. 25 Guru anda mengajar dengan tidak semangat ... 64

Tabel. 4. 26 Guru anda membaca majalah sewaktu mengajar ... 65

Tabel. 4. 27 Guru anda jarang hadir ketika jam mengajar ... 65

Tabel. 4. 28 Nilai Rata-Rata (mean) PAI Aspek Kognitif ... 66

Tabel. 4. 29 Saya suka membaca al-Qur’an ... 67

Tabel. 4. 30 Pada Bulan Ramdhan saya enggan membaca al-Qur’an karena cape dan ngantuk ... 67

Tabel. 4. 31 Setiap selesai shalat wajib saya menyempatkan untuk membaca al-Qur’an ... 68

Tabel. 4. 32 Dalam setiap tahunnya saya mengkhatamkan al-Quran minimal satu khataman ... 69

Tabel. 4. 33 Saya bangga mempunyai harta yang melimpah, sehingga saya dapat bersenang-senang ... 69

Tabel. 4. 34 Ketik saya sibuk berjualan, adzan telah berkumandang, saya bersiap-siap melaksankan shalat. ... 70

Tabel. 4. 35 Saya berputus asa ketika mendapatkan musibah ... 70


(13)

ix Tabel. 4. 39 Saya menghasud antara satu teman

dengan yang lainnya ... 72 Tabel. 4. 40 Saya menceritakan aib orang lain karena yang saya

ceritakan benar adanya ... 73 Tabel. 4. 41 Dalam setiap tahunnya saya melakukan

puasa Ramdahan ... 73 Tabel. 4. 42 Saya enggan melaksanakan puasa Ramadhan ... 74 Tabel. 4. 43 Saya berzakat fitrah untuk membersihkan diri

dari sifat kikir dan akhlak yang tercela ... 74 Tabel. 4. 44 Nilai Rata-Rata (Mean) Prestasi Belajar PAI

Aspek Psikomotorik ... 75 Tabel. 4. 45 Skor Kedisiplinan Guru ... 76 Tabel. 4. 46 Skor Prilaku Keberagamaan Siswa menurut

Prestasi Belajar PAI ... 77 Tabel. 4. 47 Tabel Perhitungan Angka Indeks Korelasi antara

Disiplin Guru (X) dan Prilaku Keberagamaan Siswa


(14)

x 2. Surat Keterangan Uji Referensi

3. Struktur SMP Islam YKS Depok Tahun Pelajaran 2009/ 2010 4. Struktur Komite Sekolah SMP Islam YKS Depok

5. Struktur Osis SMP Islam YKS Depok Tahun Pelajaran 2009/ 2010 6. Denah Sekolah SMP Islam YKS Depok (Bawah dan Lantai II) 7. Jadwal Pelajaran SMP Islam YKS Depok

8. Pembagian Tugas mengajar, kelas dan jumlah jam mengajar 9. Berita Wawancara Kepala Sekolah SMP Islam YKS Depok 10.Berita Wawancara Guru Agama Islam SMP Islam YKS Depok 11.Surat Keterangan melakukan penelitian di Sekolah SMP Islam YKS

Depok

12.Angket Untuk Guru dan Siswa SMP Islam YKS Depok 13.Kunci Jawaban Instrumen Angket SMP Islam YKS Depok 14.Tabel Skala Likert Disiplin Guru

15.Tabel Skala Likert Prestasi Belajar PAI; Afektif 16.Tabel Hasil Kognitif True-False

17.Tabel Hasil Matriks Psikomotorik

18.Tabel Distribusi Frekuensi Disiplin Guru 19.Tabel Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar PAI 20.Surat Pengajuan Judul Skripsi

21.Surat Bimbingan Skripsi Pertama 22.Surat Bimbingan Skripsi Kedua 23.Surat Permohonan Penelitian 24.Surat Permohonan Izin Obsevasi 25.Surat Permohonan Riset/ Wawancara


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Bab II Pasal 6 menyatakan1:

Kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu cakap kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Dari Undang-Undang diatas jelas bahwa guru mempunyai tanggung jawab secara profesional dalam profesinya sehingga guru sangat bertanggung jawab dalam keberhasilan peserta didik.

Sebuah kejadian ditemukan di sebuah sekolah PN Timah yang berdiri megah di bawah naungan Aghatis berusia ratusan tahun dan dikelilingi pagar besi tinggi berulir melambangkan kedisiplinan dan mutu tinggi pendidikan di Kampung Belitong dari cerita Laskar Pelangi yang menggugah para sastrawan dan masyarakat, dari kejadian di Belitong tersebut bertentangan dengan undang-undang dimana para murid yang difasilitasi guru yang profesional dan sarana prasarana yang lengkap telah kalah dalam lomba

1

Presiden Republik Indonesia, UU Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, t.d, t.t, h. 4


(16)

cerdas cermat antar sekolah yaitu dengan sekolah SD Muhamadiyah yang keadaannya jauh lebih ataupun sangat kurang dalam fasilitasi belajar mengajar, tetapi sekolah SD Muhamadiyah menang dalam lomba cerdas cermat tersebut2. Hal ini membuktikan bahwa guru yang profesional belum menjadikan peserta didik berprestasi tetapi guru yang biasa menjadikan peserta didik yang luar biasa.

Menurut Hamzah B. Uno menyatakan dalam bukunya Profesi Kependidikan bahwa “Seorang guru sangat berpengaruh terhadap hasil belajar yang dapat ditunjukan oleh peserta didiknya. Untuk itu, apabila seseorang ingin menjadi guru yang profesional maka sudah seharusnya ia selalu dapat meningkatkan wawasan pengetahuan akademis”3

.

Begitu juga dalam UU RI No. 14 tentang Guru dan Dosen bahwa Seorang guru harus mempunyai beberapa kompetensi yaitu sebagai berikut: “Kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional”4.

Adapun guru yang profesional disini adalah guru yang mampu menjalankan kewajiban dan tanggumg jawabnya, dan guru yang bisa disiplin dan dapat mendisplinkan peserta didik. Bagaimana peserta didik dapat berdisiplin kalau guru tidak berdisiplin karena pada dasarnya guru mempunyai pengaruh terhadap perubahan prilaku peserta didik5.

Untuk itulah guru harus dapat menjadi contoh (suri teladan) bagi peserta didik, dimana guru adalah representasi dari sekelompok orang pada suatu komunitas atau masyarakat yang diharapkan dapat menjadi teladan, yang dapat digugu dan ditiru6.

2

Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: Bentang, 2008), h. 35 dan 363-384 3

H. Hamzah B. Uno, [Ed. 1], Profesi Kependidikan (Problema, Solusi, dan eformasi Pendidikan di Indonesia), (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), cet. IV, h. 17

4

Presiden Republik Indonesia, UU Republik Indonesia No. 14…, h. 5 5

H. Hamzah B. Uno, [Ed. 1], Profesi Kepen..., h. 17 6


(17)

Seperti dijelaskan dalam al-Qur'an Q.S al-Ahzab, 33:21:

Q.S. Al-Ahzab: (33: 21)









































(

بازحاا

/

:

)

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. Q.S. Al-Ahzab: (33: 21)

Salah satu tujuan pembangunan Nasional dibidang pendidkan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, meningkatkan kualitas mutu manusia Indonesia seutuhnya, serta menjadikan masyarakat yang majemuk moderen dan maju. Hal ini mendorong agar setiap warga masyarakat dapat mengembangkan diri, baik yang berkenaan dengan aspek jasmaniah maupun rohaniah, yang berhubungan dengan diri sendiri maupun dengan masyarakat setempat.

Berkenaan dengan hal tersebut, maka salah satu ketercapaain kegiatan pendidikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor yang sering mempengaruhi kegiatan pendidikan disuatu sekolah adalah seperti kurikulum, metode belajar-mengajar, sarana dan prasarana guru maupun siswa, serta adanya kedisiplinan semua pihak baik pihak sekolah seperti kepala sekolah ataupun pendidik yaitu guru dan juga siswa itu sendiri, faktor yang paling dominan yang mempengaruhi kegiatan pendidikan baik langsung ataupun tidak langsung adalah guru, karena guru bagian yang terpenting yang sering berhadapan langsung dengan siswa itu sendiri dibanding yang lain di kehidupan sekolah.

Namun ketika penulis terjun kelapang sedikit menemukan hal yang berberbeda antara teori dengan fakta yang ada.

Diantaranya yang harus disiapkan oleh seorang guru adalah pengetahuan intelektual yang memadai, akhlak yang baik, bermoral, serta disiplin yang tinggi, dan lain sebagainya.


(18)

Dengan demikian seorang guru dituntut untuk mengembangkan dirinya seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, serta laju perkembangan dunia pendidikan yang semakin pesat.

Agar tujuan pendidikan nasional dapat terwujud dengan baik, maka haruslah banyak intansi yang saling mendukung untuk tercapainya tujuan tersebut, diantaranya dukungan dan peranan tersebut beasal dari orang tua siswa, masyarakat, intansi pemerintah, terutama para guru yang telibat langsung di dunia pendidikan. Guru amatlah penting, namun pada kenyataannya masih banyak kendala yang dihadapi guru untuk dapat meningkatkan kualitas murid dalam mencapai prestasi belajar yang maksimal, dengan demikian perlu adanya usaha untuk meningkatkan kualitas belajar mengajar melalui kulitas disiplin guru

Pendidik atau guru merupakan salah satu faktor yang sangat penting, karena pendidik itulah yang akan bertanggung jawab dalam pembentukan pribadi anak didiknya. Terutama pendidikan agama ia mempunyai tanggung jawab yang amat berat dibanding pendidik pada umumnya, karena selain bertanggung jawab terhadap pembentukan pribadi anak yang sesuai dengan ajaran Islam, ia juaga tanggung jawab terhadap Allah SWT.7

Saat ini guru merupakan salah satu penunjang mutu pedidikan. Mutu pendiikan akan lebih baik bila ditunjang dengan mutu pengajaran yang baik dan bermutu. Guru dituntut untuk menguasai materi dan berbagai macam metode mengajar yang baik, seperti metode ceramah, tanya jawab, diskusi, demontrasi, resitasi, dan sebagainya. Dalam proses belajar mengajar metode belajar sangat erat hubungannya dengan belajar mengajar yang ingin dicapai serta hubungannya dengan peningkatan mutu pendidikan, guru harus mempunyai metode yang disertai dengan kedisiplinan kerja sebagai penyeimbang dalam menggunakan metode yang tepat dan dapat melihat kemungkinan untuk menggunakan metode tersebut.

7

Zuhairini. Dkk. Metode khusus pendidikan agama, (surabaya: usaha nasional,1983) hal. 34


(19)

Peningkatan kualitas pendidikan tidak mungkin terbentuk tanpa adanya pembinaan Performance dari guru, guru merupakan sumber daya yang sangat menentukan keberhasilan pendidikan, karena itu guru merupakan sumber yang sangat erat hubungannya dengan anak didik dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah.

Guru adalah panutan bagi anak didiknya, oleh karena itu guru harus bisa menjaga segala tingkahlakunya baik itu ucapannya, serta perbuatannya, guru merupakan kunci dalam proses belajar mengajar, oleh karena itu guru harus membekali dirinya dengan keperibadian nasional dan budi pekerti luhur, sehinggga dalam pelaksanaan tugas mulianya mampu menyelesaikan pembangunan budaya dengan memilih budaya asing yang kiranya perlu di ikuti dan yang tidak perlu diikuti serta budaya yang tidak sesui atau bertentangan dengan budaya Indonesia.

Bila seorang guru dapat melaksanakan kedisiplinan dalam tugasnya, maka akan menghasilkan out put yang baik, dengan kata lain dapat menghasilkan kualitas belajar mengajar sesuai dengan apa yang ingin dicapai.

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar adalah ada kedisiplinan guru yang profesional dalam melaksanakan tugasnya, dengan demikian proses belajar mengajar KBM akan berjalan dengan baik, sehingga tujuan yang sudah diprogramkan dapat tercapai baik tujuan institusional maupun tujuan tujuan Nasional.8

B.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis paparkan permasalahan yang muncul dan dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Masih banyak guru yang datang terlambat kesekolah

2. Masih adanya guru yang tidak membuat perlengkapan pembelajaran / RPP 3. Masih terlihat adanya keterlambatan pada pergantian jam pelajaran

4. Belum optimalnya pemberian pelajaran

8

Departemen Pendidkan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: : Balai Pustaka, 1970.,


(20)

5. Masih terlihat nilai yang minim untuk pelajaran PAI

6. Masih adanya penyimpangan akhlak/ moral siswa di sekolah

C.

Pembatasan Masalah

Mengingat banyaknya masalah yang berkaitan dengan kedisiplinan guru serta keterbatasan waktu dan kemampuan penulis dan agar pembahasan ini lebih terarah dan tercapainya sasaran sebagaimana yang dimaksudkan dalam judul tersebut, maka penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut:

1. Masih banyak guru yang datang terlambat ke sekolah di SMP Islam YKS Depok

2. Masih adanya guru yang tidak membuat perlengkapan pembelajaran / RPP 3. Masih terlihat nilai yang minim untuk pelajaran PAI

D.

Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka rumusan yang diteliti

adalah: APAKAH KEDISIPLINAN GURU BERHUBUNGAN POSITIF

TERHADAP PRILAKU KEBERAGAMAAN SISWA MENURUT PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM? (Studi Kasus di SMP Islam YKS Depok).

E.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah kedisiplinan guru berhubungan positif terhadap prilaku keberagamaan siswa menurut prestasi belajar pendidikan agama Islam (studi kasus di SMP Islam YKS Depok).

1. Untuk mengetahui sejauh mana tingkat disiplin guru SMP Islam YKS Depok

2. Untuk menjelaskan ada tidaknya hubungan antara disiplin guru terhadap prilaku keberagamaan siswa menurut prestasi belajar pendidikan agama Islam di SMP Islam YKS Depok


(21)

F.

Kegunaan Hasil Penelitian

Adapun penelitian ini dilakukan agar dapat berguna bagi pihak yang membutuhkan yaitu sebagai berikut:

1. Sedikit banyaknya hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam dunia pendidikan, khususnya terhadap disiplin guru

2. Menjadi bahan masukan bagi guru tentang pentingnya disiplin dalam proses belajar mengajar

3. Menjadi bahan pertimbangan bagi para mahasiswa yang sedang melakukan penelitian untuk kasus yang sama.

G.

Sistematika Penulisan

Adapun Sistematika penulisan skripsi berpedoman pada buku

“Pedoman Penulisan Skripsi” oleh Tim Penyusunan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007. Adapun susunan skripsi ini terdiri dari lima bab, setiap bab dirinci ke dalam beberapa sub bab sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II Kajian Teori terdiri dari beberapa teori yaitu pengertian disiplin guru, prilaku keberagamaan dan prestasi belajar, serta pendidikan agama Islam.

BAB III Metode Penelitian terdiri dari variabel penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisa data, dan hipotesa statistik.

BAB IV Hasil Penelitian terdiri dari gambaran umum sekolah SMP Islam YKS Depok, deskripsi data, analisis data, interpretasi data yang mengungkap hubungan disiplin guru terhadap prilaku keberagamaan menurut prestasi belajar pendidikan agama Islam.


(22)

BAB II

KAJIAN TEORI

A.

Disiplin Kerja Guru

1.

Pengertian Disiplin

Istilah disiplin berasal dari bahasa Latin “Discrere” yang berarti berawal dari kita, dasar ini timbul kata “displus” yang artinya murid adalah

pelajaran, dan kata “disciplina” yang artinya latihan1. Mendikbud menambahkan arti disiplin dengan pendidikan kesopanan dan kerohanian serta pengembangan tabiat2.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, istilah disiplin mengandung beberapa arti yaitu: tata tertib, ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan tata tertib di bidang studi yang dimiliki obyek, system dan metode tertentu3.

Sejalan dengan itu Drs. Peter Salim dan Yeny Salim dalam Kamus Bahasa Indonesia kontemporer mengartikan istilah disiplin “sebagai kepatuhan kepada peraturan-peraturan yang telah ditetapkan4, sehingga dalam

1

Neiny Racmaningsih, Pendidkan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMU Kelas 2, Bandung: Srafindo Media Pratama, 1997., h. 58.

2

Morkijat, Manajemen Kepegawaian Personal Manajemen, Bandung: Alumni, 1987., h. 195.

3

Departemen Pendidkan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1970., h. 208.

4

Peter Salim dan Yeny Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, Jakarta: Modern English Press, 1991., h. 345.


(23)

pembicaraan sehari-hari istilah tersebut mengikuti pola-pola tertentu yang terarah ditetapkan terlebih dahulu5.”

Pengertian yang sama juga dikemukakan oleh Prof. Komarudin, yaitu “suatu keadaan yang menunjukkan suatu yang ditertibkan dan teratur yang dihasilkan oleh orang-orang yang berada di bawah naungan sebuah organisasi karena peraturan yang berlaku harus dihormati dan ditaati”.6

Dalam Kamus Ilmiah Populer Istilah disiplin mengandung arti yaitu tata tertib, ketaatan kepada peraturan7.

Sedangkan dalam Kamus Saku Bahasa Indonesia disiplin mengandung arti latihan batin dan watak supaya menaati tata tertib; kepatuhan pada peraturan8.

Adapun dalam Kamus Bahasa Arab-Indonesia, disiplin adalah diambil dari kata

ظا ت

َّ ت

ّتنإ

yang artinya menjadi tersusun, teratur, terangkum dan

ةايحلا ّن

yang artinya aturan hidup. Berasal dari kata

ّن

yang artinya pertaturan9.

Dari pengertian-pengertian disiplin menurut etimolgi maka penulis paparkan beberapa pengertian disiplin menurut terminolgisnya.

Pengertian disiplin menurut beberapa pakar, yang dikutip dari website tentang Hukuman Disiplin Pegawai Negeri Sipil Berdasarkan PP No. 30 Tahun 198010.

Newstrom (1985: 87) menyatakan bahwa disiplin adalah tindakan manajemen untuk menegakan standar organisasi, Mathis Jackson (2002: 314) berpendapat disiplin merupakan bentuk pelatihan yang menegakan peraturan-peratauran perusahaan. Sedangkan Simamora (1999: 749) mengatakan disiplin adalah prosedur yang

5

Soejono Soekanto, Remaja dan Masalahnya, Jakarta: Balai Pustaka, 1990, Cet-ke-2., h. 79.

6

Komarudin, Ensiklopedia Manajemen, Jakarta, Bumi Aksara, Cet. ke-2., h.239. 7

Tim Prima Pena, Kamus Ilmiah Populer. (Surabaya: GITAMEDIA, 2006), Cet-ke 1, h. 92

8

Pius Abdilah dan Anwar Syarifuddin, Kamus Saku Bahasa Indonesia, (Surabaya: ARKOLA, t.t), h. 89

9

Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia Terlengkap, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), h. 1435

10

http//www.google,com. Pengertian Disiplin: Hukuman Disiplin Pegawai Negeri Sipil Berdasarkan PP No. 30 Tahun 1980. (Jakarta, 2010), h. 1


(24)

mengoreksi atau menghukum bawahan karena melanggar peraturan atau prosedur. Disiplin merupakan bentuk pengendalian diri karyawan dan pelaksanan organisasi.

Disiplin adalah suatu proses yang dapat menumbuhkan perasaan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan tujuan organisasi secara obyektif, melalui kepatuhannya menjalankan peraturan organisasi11.

Tidak jauh berbeda dengan Amir Achin dalam membahas pengertian

disiplin dalam bukunya “Pengelolaan Kelas dan Interaksi Belajar Mengajar”

dengan menyimpulkan disiplin sebagai pematuhan secara sadar adakan aturan

dengan ditetapkan”.12

Pematuhan secara sadar mengandung pengertian menjunjung tinggi segala aturan yang berlaku baik di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah ataupun di lingkungan masyarakat, hal ini disebabkan antara lain dikatakan oleh Agus Suwanto bahwa tiap keluarga sekecil apapun keluarga, misalnya kelompok bermain selalu mempunyai peraturan-peraturan tertentu yang sedikit banyak berada antara satu dengan yang lainnya. Adanya peraturan-peraturan itu tiada lain adalah untuk menjamin kehidupan yang tertib dan tentang hingga kelangsungan hidup sosial itu dapat dicapai.13

Untuk menjaga dan memelihara peraturan-peraturan tersebut, maka diperlukan sikap disiplin dalam arti sikap disiplin maupun dalam lingkungan masyarakat luas.

Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal merupakan wadah yang potensi untuk menyambungkan sikap disiplin. Bila dihubung dengan sekolah

Soerganda berpendapat bahwa “disiplin di sekolah dapat diartikan

sebagai pengawasan langsung terhadap tingkah laku bawahan (pelajar)

dengan menggunakan system hukuman atau hadiah”.14

11

http//www.google.com. Pengertian Disiplin; Pelatihan Keterampilan Manajerial SPMK. (Jakarta, 2010), h. 1

12

Amir Achin, Pengelolaan Kelas dan Interaksi Belajar Mengajar, (Ujung Pandang: IKIP Ujung Pandang Press), Cet-ke 2, hal 62

13

Agus Swasto, Psikologi Perkembangan, (Bandung: Aksara Baru), ed. III, hal 118 14

Soergada Porba Kawatja dan H. A. H. Harahap, Enskologi Pendidikan, (Jakarta: Gunung Agung, 1981), Cet-ke 2, hal 81


(25)

Dari pernyataan di atas memberikan kesan bahwa disiplin di sekolah didasarkan sebagai suatu hal yang mengekang kebebasan peserta didik. Akan tetapi sebagaimana dikatakan oleh Drs. Ahmad Rohani dan Drs. Abu Ahmadi

dalam bukunya pengelolaan Pangajaran. “bahwa bila aturan ini dirasakan sebagai suatu yang memang seharunsnya dipatuhi, secara sadar untuk kebaikan diri sendiri dan kebaikan bersama, maka lama kelamaan akan menjadi suatu kebiasaan yang baik menuju ke arah disiplin sendiri (self discipline)”.15

Guru turut peran dalam melakanakan program dan kegiatan sekolah, oleh sebab itu guru harus menunjukkan hasil kerjanya dengan baik, sehingga dapat membantu meningkatkan mutu pendidikan. Dalam hal ini disiplin kerja yang dilaksanakan oleh seorang guru akan mempunyai prestasi belajar mengajar dan prestasi siswa yang diajarkan.

2.

Pengertian Guru

Kata guru dalam bahasa Arab mempunyai banyak istilah diantaranya guru disebut dengan murrabi (pemelihara), mu’allim (pemindahan ilmu pengetahuan), mu’addib (pendidik). Dari ketiga istilah itu mempunyai makna yang berbeda tetapi arti yang sama yaitu orang yang memberikan ilmu pengetahuan. Adapun guru dalam kamus Saku Bahasa Indonesia mempunyai

makna “Orang yang kerjanya mengajar”16

. Setelah mengetahui pengertian guru secara etimologi, maka guru secara terminologis mempunyai banyak arti, para pakar pendidikan mengemukakan beberapa definisi sebagai berikut: Guru adalah tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar, dalam arti mengembangkan ranah cipta, rasa, dan karsa siswa sebagai implementasi konsep ideal mendidik17. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,

15

Ahmad Rohani H. M. dan Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), Cet-ke-1, hal 139

16

Pius Abdillah dan Anwar Syarifuddin, Kamus Saku Bahasa Indonesia, (Surabaya: ARKOLA Offset, tth), h. 121

17

Muhibbin Syah, Psikologi Pendididkan dengan Pendekatan Baru. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), Cet-ke 14, h. 256


(26)

dan mengevaluasi, peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah18.

Guru adalah pendidik profesional, karena secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima, dan memikul sebagian tanggungjawab yang terpikul dipundak para orang tua19.

Adapun menurut Marimba sebagaimana yang telah dikutip oleh

Ramayulis bahwa guru atau pendidik adalah “Sebagai orang yang memikul

pertanggungjawaban sebagai pendidik, yaitu manusia dewasa yang karena

hak dan kewajibannya bertanggungjawab tentang pendidikan peserta didik”20

. Guru merupakan profesi/ jabatan atau pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru21.

Sama dengan pendapat diatas menurut Laurence D. Hazkew dan Jonathan C. Mc Lendon dalam bukunya This is Learning, yang dikutip oleh Hamzah B. Uno Guru adalah seseorang yang mempunyai kemampuan dalam menata dan mengelola kelas22.

Sedangkan menurut Jean D. Grambs dan C. Morris Mc Clare dalam

Foundation of Teaching, An Intruduction to Modern Education, dan juga dikutip oleh Hamzah B. Uno Guru adalah mereka yang secara sadar mengarahkan pengalaman dan tingkah laku dari seorang individu hingga terjadi pendidikan23.

Adapun menurut Hamzah B. Uno sendiri “Guru adalah orang yang

memiliki kemampuan merancang program pembelajaran serta mampu menata dan mengelola kelas agar peserta didik dapat belajar dan pada akhirnya dapat

mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan”24

.

18

Presiden Republik Indonesia, UU Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, t.d, t.t, h. 2

19

Zakiah Deradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004), Ed. 1, Cet-ke 5, h. 39

20

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2004), Cet-ke 4, h. 85 21

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rodakarya, 2005), Cet-ke 17, h. 6

22

H. Hamzah B. Uno, [Ed. 1], Profesi Kependidikan (Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia), (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet. IV, h. 15

23

H. Hamzah B. Uno, [Ed. 1], Profesi Kependidikan, h. 15 24


(27)

Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memilki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin25.

Menurut E. Mulyasa guru harus mematuhi berbagai peraturan dan tata tertib secara konsisten, atas kesadaran profesional, karena mereka bertugas untuk mendisiplinkan para peserta didik di sekolah, terutama dalam pembelajaran. Oleh karena itu, dalam menanamkan disiplin guru harus memulai dari dirinya sendiri, dalam berbagai tindakan dan prilakunya26.

Dari pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian guru secara terminologis adalah merupakan suatu profesi yang membutuhkan keteladanan, keprofesionalan dan memiliki kemampuan untuk menjadikan peserta didik mempunyai budi pekerti tinggi, dan mencapai kedewasaan.

3.

Tugas dan Fungsi Guru

Keutamaan seorang guru disebabkan karena ada tugas mulia yang diembannya dan tugas ini hampir sama kedudukannya dengan tugas Rasul mengemban misi rahmatan lil alamin dan guru hendaklah bertolak dari amar ma’ruf nahyu al-munkar.

Menurut al-Ghazali sebagaimana yang dikutip oleh Ramayulis bahwa tugas guru yang utama adalah menyempurnakan, membersihkan, menyucikan hati manusia untuk ber-taqarub kepada Allah

Guru adalah figur seorang pemimpin. Guru adalah sosok arsitektur yang dapat membentuk jiwa dan watak anak didik. Guru bertugas mempersiapkan manusia susila yang cakap yang dapat diharapkan membangun dirinya dan membangun bangsa negara.

25

E. Mulyasa, [Edt. Mukhlis], Menjadi Guru Profesinal; Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), Cet-ke 7, h. 37

26


(28)

Jabatan guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas maupun di luar dinas dalam bentuk pengabdian. Tugas guru tidak hanya sebagai suatu profesi, tetapi juga sebagai suatu tugas kemanusiaan dan kemasyarakatan.

Tugas guru sebagai suatu profesi menuntut kepada guru untuk mengembangkan profesionalitas diri sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mendidik, mengajar, dan melatih anak didik adalah tugas guru sebagai suatu profesi. Tugas guru sebagai pendidik adalah tugas guru sebagai suatu profesi. Tugas guru sebagai pendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup kepada anak didik. Tugas guru sebagai pengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan

teknologi kepada anak didik. “Tugas guru sebagai pelatih berarti

mengembangkan keterampilan dan menerapkan dalam kehidupan demi masa

depan anak didik.”27

Tugas kemanusiaan salah satu segi dari tugas guru. Sisi ini tidak bisa guru abaikan, karena guru harus terlibat dengan kehidupan dimasyarakat dengan interaksi sosial. Guru harus menanamkan nilai-nilai kemanusiaan kepada anak didik dengan begitu anak didik mempunyai sifat kesetiakawanan sosial.

Guru turut bereperan dalam melakanakan program dan kegiatan sekolah, oleh sebab itu guru harus menunjukkan hasil kerjanya dengan baik, sehingga dapat membantu meningkatkan mutu pendidikan. Dalam hal ini disiplin kerja yang dilaksanakan oleh seorang guru akan mempunyai prestasi belajar mengajar dan prestasi siswa yang diajarkan.

Peran dan fungsi guru berpengaruh terhadap pelaksanaan pendidikan di sekolah. Diantara peran dan fungsi guru tersebut adalah sebagai berikut28. a. Sebagai pendidik dan pengajar

b. Sebagai anggota masyarakat c. Sebagai pemimpin

27

Syaiful Fahri Djamrah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), Cet-ke 1, hal. 42

28


(29)

d. Sebagai administrator

e. Sebagai pengelola pembelajaran.

Dalam UU RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Bab II pasal 4 dan pasal 6 menyebutkan tentang Fungsi dan Tujuan yaitu29:

Guru sebagai tenaga profesional berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional (Pasal 4).

Guru sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab (Pasal 6).

Dari DITJEN Dikti P2TK yang dikutip dari E. Mulyasa menjabarkarkan beberapa tugas dan fungsi guru berikut uraian tugasnya:

TUGAS FUNGSI URAIAN TUGAS

I. Mendidik, mengajar, membimbing, dan melatih

1. Sebagai Pendidik 1.1 Mengembangkan potensi/ kemampuan dasar peserta didik.

1.2 Menegembangkan kepribadian peserta didik 1.3 Memberikan ketekadanan 1.4 Menciptakan suasana

pendidikan yang kondusif 2. Sebagai Pengajar 2.1 Merencanakan

pembelajaran 2.2 Melaksanakan

pembelajaran yang

mendidik 2.3 Menilai proses

didik memecahkan masalah dalam pembelajaran. 3. Sebagai

Pembimbing

1.1 Mendorong

berkembangnya prilaku positif dalampembelajaran

29


(30)

1.2 Membimbing peserta didik memecakan masalah dalam pembelajaran

4.Sebagai Pelatih 4.1 Melatih

keterampilan-keterampilan yang

diperlukan dalam

pembelajaran

4.2 Membiasakan peserta didik berprilaku positif dalam pembelajaran II. Membantu Pengelolaan dan Pengembanga n program sekolah

5. Sebagai Pengembang program

5.1 Membantu

mengembangkan program pendidikan sekolah dan hubungan kerjasama intra sekolah

6.Sebagai pengelola program

6.1 Membantu secara aktif dalam menjalin hubungan dan kerjasama antar sekolah dan masyarakat III.Mengembang

kan

keprofesionala n

7.Sebagai tenaga professional

7.1 Melakukan upaya-upaya untuk meningkaktkan kemampuan profesional

Bila dipahami, maka tugas guru tidak hanya sebatas di sekolah, tetapi juga sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat. Bila dirinci lebih jauh, tugas guru tidak hanya yang telah disebutkan. Menurut Roestiyah N.K, bahwa guru dalam mendidik anak didik bertugas untuk:

1. Memberikan kebudayaan kepada anak didik berupa kepandaian, kecakapan, dan pengalaman-pengalaman.

2. Membentuk kepribadian anak yang harmonis, sesuai cita-cita dan dasar Negara Pancasila.

3. Menyiapkan anak menjadi warga negara yang baik sesuai Undang-Undang Pendidikan yang merupakan keputusan MPR NO. 11 Tahun 1983.

4. Sebagai perantara dalam belajar

5. Guru sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat.

6. Sebagai penegak disiplin, guru menjadi contoh dalam segala hal, tata tertib dapat berjalan bila guru dapat menjalani lebih dahulu.


(31)

7. Guru sebagai administrator dan manajer.

Di samping mendidik, seorang guru harus dapat mengerjakan urusan tata usaha seperti membuat buku kas, daftar induk, rapor, daftar gaji, dan sebagainya, serta dapat mengkoordinasikan segala pekerjaan di sekolah secara demokrasi, sehingga suasana pekerjaan penuh dengan rasa kekeluargaan.

8. Pekerjaan guru sebagai profesi.

Guru harus menyadari benar-benar pekerjaannya sebagai suatu profesi. 9. Guru sebagai perencana kurikulum.

Guru membuat perencanaan kurikulum sesuai dengan kebutuhan anak didiknya pada masa itu dan masyarakat sekitar, maka dalam penyusunan kurikulum, kebutuhan ini tidak boleh ditinggalkan.

10.Guru sebagai pemimpin (guidance worker)

Sebagai pimpiman guru mempunyai kesempatan dan tanggung jawab dalam banyak hal seperti memberikan suri tauladan membimbing dan memenejemen.

11. Guru sebagai sponsor dalam kegiatan anak-anak.

Guru harus turut aktif dalam segala aktivitas anak, misalnya dalam ekstrakurikuler membentuk kelompok belajar dan sebagainya.30

Dari poin-poin di atas dapat kita ketahui bahwa tugas guru tidaklah ringan. Profesi guru harus berdasarkan panggilan jiwa, sehingga dapat melaksanakan tugas dengan baik, dan ikhlas. Guru harus mendapatkan haknya secara profesional dengan gaji yang patut diperjuangkan melebihi profesi-profesi lainnya, sehingga keinginan peningkatan kompetensi guru dan kualitas belajar anak didik bukan hanya sebuah slogan di atas kertas.

4.

Kode Etik Guru

Istilah kode etik terdiri dari dua kata, yakni “Kode” dan “Etik”. Etik berasal dari bahasa Yunani “ethos” berarti watak, adat atau cara hidup

30

Ny. Roesitah NK, Masalah Ilmu Keguruan, (Jakarta: Bina Aksara, 1998), Cet-ke, hal. 17


(32)

dengan kata lain etik adalah cara berbuat yang menjadi adat, karena persetujuan dari kelompok manusia. Dan etik biasanya dipakai untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang disebut “kode” sehingga terjemahlah apa

yang disebut “kode etik”. Atau secara harfiah kode etik berarti sumber etik. Etika artinya tata susila atau hal-hal yang berhubungan dengan kesusilaan dalam mnegerjakan suatu pekerjaan. Jadi kode etik guru diartikan sebagai

“aturan tata susila keguruan”. Menurut Westby Gybson, kode etik (guru) dikatakan sebagai suatu statment formal yang merupakan norma (aturan tata susila) dalam mengatur tingkah laku guru.

Karena itu, guru sebagai tenaga profesional perlu memiliki “kode etik

guru” sebagai pedoman yang mengatur pekerjaan guru selama pengabdian kode etik guru. Ini merupakan ketentuan yang mengikat semua sikap dalam perbuatan guru, jika guru telah melakukan perbuatan asusila dan amoral berarti guru telah melanggar kode etik guru. Sebab kode etik guru ini sebagai salah satu ciri yang ada pada profesi guru itu sendiri.

Dalam pidato pembukaan Kongres PGRI ke XIII, Basuni sebagai ketua umum PGRI menyatakan bahwa kode etik guru Indonesia merupakan landasan moral dan pedoman tingkah laku guru warga PGRI dalam melaksanakan panggilan pengabdian bekerja sebagai guru (PGRI, 1973). Dari pendapat ketua umum PGRI ini dapat ditarik kesimpulannya bahwa dalam kode etik guru Indonesia terdapat dua unsur pokok yakni31:

a.Sebagai landasan moral b.Sebagai pedoman tingkah laku

Tujuan merumuskan kode etik dalam satuan profesi adalah untuk kepentingan dan kepentingan organisasi profesi itu sendiri. Secara tujuan mengadakan kode etik adalah sebagai berikut32:

a. Menjungjung martabat profesi

b. Menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya. c. Pedoman bertingkah laku.

31

E. Mulyasa, [Edt. Mukhlis], Standar Kompetensi…, h.43 32


(33)

d. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi e. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.

Dalam Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan dosen tentang Organisasi dan Kode Etik Pasal 41 dan Pasal 42 yaitu sebagai berikut:

Pasal 41 Menjelaskan bahwasanya guru merupakan suatu profesi yang bersipat independen dan berfungsi meningkatkan kompetensi, karir, dan pengabdian kepada masyarakat yang dijalankan sesuai UUD 1945.

Sedangkan Pasal 42 menjelaskan hak dan perlindungan terhadap guru dan profesinya.

Kemudian rumusan hasil kongres PGRI XIII menjelaskan bahwa guru harus bekerja profesional, diantaranya bisa berinteraksi baik dengan siswa-siwinya, masyarakat dan juga lembaga sekolah itu sendiri.33

Dari pengertian disiplin dan guru maka penulis dapat menyimpulkan bahwa disiplin guru adalah sikap penuh kerelaan dalam mematuhi semua aturan dan norma yang ada dalam lembaga pendidikan sekolah dan menjalankan tugasnya sebagai bentuk tanggung jawabnya terhadap pendidikan anak didiknya. Karena bagaimanapun seorang guru atau tenaga kependidikan (pegawai), merupakan cermin bagi anak didiknya dalam sikap atau teladan, dan sikap disiplin guru dan tenaga kependidikan (pegawai) akan memberikan warna terhadap hasil pendidikan yang jauh lebih baik.

5.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin Kerja Guru

Agar memiliki kedisiplinan yang tinggi, maka kepala sekolah sebagai pemimpin harus mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin kerja guru diantaranya. kesejahteraan pegawai, ini merupakan faktor yang harus diperhatikan sesuai dengan kinerjanya, juga tidak kalah pentingnya teladan peminpin lembaganya, karena bagaimanapun seorang pemimpin merupakan contoh bagi bawahannya, disamping itu juga

33

Syaiful Djamrah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Rineka Cipta), hal. 49


(34)

pengawasanpun harus terus dilakukan guna mengetahui seberapa tinggi disiplinkah guru dalam menjalankan tugasnya, dan terakhir sangsi dan hukuman bagi guru yang kurang disiplin atau melanggar tindak indisipliner.

Pada dasarnya ada dua dorongan yang mempengaruhi disiplin:

1. Dorongan yang datang dari dalam diri manusia yaitu dikarenakan adanya pengetahuan, kesadaran, keamanan untuk berbuat disiplin

2. Dorongan yang datangnya dari luar yaitu dikarenakan adanya perintah, larangan, pengawasan, pujian, ancaman, sanksi, hukuman yang disesuikan dengan tingkat indisipliner dan sebagainya seperti dalam firman Allah SWT.

Q.S. At-Tin (95:8)







(

نيتلا

/

:

)

“Bukankah Allah hakim yang seadil-adilnya”. Q.S. At-Tin (95:8)

B.

Prilaku Keberagamaan Siswa

1.

Pengertian Perilaku Keberagamaan Siswa

Perilaku dalam kamus bahasa Indonesia adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan.34 Ini berarti pengertian tentang perilaku diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa perilaku adalah suatu perbuatan atau tindakan seseorang yang nyata dan dapat dilihat atau bersifat konkrit. Perilaku ini merupakan manifestasi dari pada sikap seseorang. Perilaku dapat terjadi secara spontanitas tanpa melalui pembentukan terlebih dahulu dalam jiwa dan juga dapat melalui pembinaan dalam jiwa seseorang terlebih dahulu.

Sedangkan pengertian agama, menurut Harun Nasution: berdasarkan asal kata yaitu al-Din, religi (relegere, religare) dan agama. Al-Din (Semit)

berarti undang-undang atau hukuman. Kemudian dalam bahasa Arab kata ini mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, utang, balasan, kebiasaan.

34


(35)

Bertitik tolak dari pengertian tersebut menurut Harun Nasution intisarinya adalah ikatan. Karena itu agama mengandung arti ikatan yang lurus dipegang dan dipatuhi manusia. Ikatan yang dimaksud berasal dari suatu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia sebagai kekuatan gaib yang tak dapat ditangkap dengan panca indera, namun mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap kehidupan manusia sehari-hari.35

Berdasarkan definisi yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku keberagamaan adalah suatu kecenderungan atau keadaan pada diri seseorang yang berdasarkan pendirian, ketaatan dan keyakinan mengenai agamanya yang tampak dalam tingkah lakunya yang mencerminkan nilai-nilai ajaran agamanya.

Agama yang ditanamkan sejak kecil kepada anak-anak sehingga merupakan bagian dari unsur-unsur kepribadiannya, akan cepat bertindak menjadi pengendali dalam menghadapi segala keinginan-keinginan dan dorongan-dorongan yang timbul. Karena keyakinan terhadap agama yang menjadi bagian dari kepribadian itu, akan mengatur sikap dan tingkah laku seseorang secara otomatis dari dalam.36 sebab perkembangan agama pada masa anak-anak terjadi melalui pengalaman hidupnya waktu kecil, didalam keluarga, di rumah dan dimasyarakat lingkungannya. Semakin banyak pengalaman agama yang diperoleh, maka sikap, tingkah laku, kelakuan, dan cara menghadapi hidup akan sesuai dengan ajaran agama.37

Jadi pengertian perilaku keberagamaan anak dapat dibentuk melalui pembinaan agama pada anak-anak yang dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat sehingga anak mempunyai kemampuan untuk melaksanakan dan mengamalkan ajaran agamanya.

35

Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), Ed. Rev-9, h. 12

36

Zakiah Daradjat, Peranan Agama Dalam Kesehatan Mental, (Jakarta: Penerbit Gunung Agung, 1986), h.57

37

Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Penerbit Bulan Bintang, 2003), Cet. Ke-XXVI, h. 66


(36)

2.

Ruang Lingkup Perilaku Keberagamaan Siswa

Keberagamaan adalah kondisi keimanan dan keyakinan seseorang yang terdalam terhadap ajaran-ajaran agamanya yang kemudian direalisasikan dalam setiap sikap dan perilaku hidupnya. Semua yang dilakukan berdasarkan keyakinan hatinya yang dilandasi dengan keimanan (keyakinannya).

Maka, ruang lingkup perilaku keberagamaan anak sejalan dengan isi pendidikan agama Islam di sekolah dasar, yang menjadi materi pelajaran pendidikan agama Islam di sekolah, meliputi empat unsur pokok yaitu:

1. Aqidah adalah kebutuhan akan adanya Tuhan tidak serta merta karena kebutuhan sesaat saja namun terus menerus secara kontinuitas.

2. Akhlak adalah perbuatan yang bisa dilakukan tanpa memerlukan pikiran. 3. Ibadah yaitu menyerahkan diri kepada Allah dan selalu mengikuti

perintah-Nya dan menuruti yang dikehendaki-Nya.

4. Al-Qur’an adalah wahyu yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad Saw. Sebagai pedoman hidup manusia.

Ruang lingkup bahan pelajaran diatas merupakan usaha untuk mewujudkan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara:

1. Hubungan manusia dengan Allah SWT 2. Hubungan manusia dengan manusia 3. Hubungan manusia dengan alam sekitar.38

2.1.

Aqidah

Menurut bahasa, kata aqidah berasal dari bahasa Arab, yaitu:

دقع

دقعي

ةدقع

ةديقع

yang artinya adalah ikatan atau perjanjian.

Menurut istilah, aqidah adalah suatu pokok atau dasar keyakinan yang harus dipegang oleh orang yang mempercayainya.39

38

Petunjuk Pelaksanaan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (CV. Karya Manunggal, 1982), h. 3

39


(37)

Manusia hidup berdasarkan kepercayaan terhadap suatu aqidah, tinggi rendahnya kepercayaan memberikan corak bagi kehidupan, karena itulah kehidupan pertama dalam Islam dimulai dengan iman.

2.2.

Akhlak

Kata akhlak menurut bahasa berarti “perangai, sikap, perilaku, watak, dan budi pekerti”.40

Sesuai dengan firman Allah SWT Q.S. Al-Qalam: (68:4)

yang menggambarkan tentang akhlak terpuji yang terdapat pada Nabi Muhammad SAW.

Q. S. Al-Qalam: (68:4):





(

قلا

/

:

)

“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”. Q. S. Al-Qalam: (68:4).

Sedangkan secara istilah akhlak adalah “sikap yang tertanam dalam jiwa yang mendorong untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.41

Definisi diatas memperlihatkan bahwa akhlak adalah sesuatu keadaan yang tertanam dalam jiwa berupa keinginan kuat yang melahirkan perbuatan secara langsung tanpa memerlukan pemikiran-pemikiran. Keadaan jiwa itu ada kalanya merupakan sifat alami (thabi’at) yang didorong oleh fitrah manusia untuk melakukan suatu perbuatan atau tidak melakukannya seperti rasa takut dan sebagainya. Selain itu, suasana jiwa ada kalanya juga di sebabkan oleh adat istiadat seperti yang membiasakan berkata benar secara terus menerus, maka jadilah suatu bentuk akhlak yang tertanam dalam jiwa.

Sehingga penulis menyimpulkan bahwa akhlak adalah suatu perbuatan baik dan buruk, yang seharusnya dilakukan oleh manusia kepada orang lain dengan menyatakan tujuan yang harus dituju dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat. Akhlak

40

Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997), Cet. Ke-1, h. 11 41


(38)

merupakan sumber dari segala perbuatan yang sewajarnya, yakni tidak dibuat-buat dan perbuatan yang dapat dilihat sebenarnya yang merupakan gambaran dari sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa.

Karena itu agama Islam sangat mengutamakan segi akhlak dalam ajarannya, sehingga Nabi Muhammad menjelaskan bahwa risalahnya hanya untuk menyempurnakan akhlak yang utama. Sabda Rasul:

قا خأا راك ِ ت ل تثعبا َنإ

.

(

د حأ ور

)

“Sesungguhnya aku diutus di dunia ini untuk menyempurnakan akhlak”. (H.R. Ahmad).42

2.3.

Ciri-Ciri Akhlak Yang Baik

1) “Jujur/ benar” memberitakan tentang sesuatu sesuai dengan hakekat keadaan yang sebenarnya. Benar atau jujur itu termasuk semulia sifat manusia yang terpuji. Sikap ini membawa keselamatan dan manfaat bagi orang yang bersangkutan dan bagi orang lain.43

2) “Sabar” yaitu sikap yang betah atau dapat menahan diri pada kesulitan yang dihadapinya. Tetapi tidak berarti bahwa sabar itu langsung menyerah tanpa upaya untuk melepaskan diri dari kesulitan yang dihadapi oleh manusia. Maka sabar yang diumaksud adalah sikap yang diawali dengan ikhtiar, lalu lalu diakhiri dengan sikap menerima dan ikhlas, bila seseorang dilanda suatu cobaan dari Tuhan.44

3) “Amanah” menunaikan segala hak-hak Allah, dan tidak membuka rahasia yang dipercayakan kepadamu untuk menyimpannya. Termasuk pula contoh sifat amanah, yaitu tidak mengurangi isi janji dari yang diucapkan oleh orang yang berjanji; atau tidak mengurangi sesuatu barang yang dipercayakan kepadamu oleh pemiliknya untuk menjaganya.45

42

Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: CV. Karya Mulia, 2005), Cet-ke 2, h. 26 43

Abdurrahman Affandi Ismail, Pendidikan Budi Pekerti, (Semarang, CV. Toha Putra, 1982), h. 43

44

Mahjuddin, Akhlak Tasawuf 1, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), h. 12 45Abdurrahman Affandi Ismail… h. 36


(39)

4) “Ikhlas” memurnikan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dari berbagai tendensi pribadi. Ikhlas merupakan syarat diterimanya suatu amal saleh yang sesuai dengan Sunnah Rasulullah SAW.46

5) “Bersyukur” suatu sikap yang selalu ingin memanfaatkan dengan sebaik-baiknya, nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT kepadanya; baik yang bersifat pisik maupun nonpisik. Lalu disertai dengan peningkatan pendekatan diri kepada Yang memberi nikmat, yaitu Allah SWT.47

6) “Pemaaf” sikap suka memberi maaf terhadap kesalahan orang lain tanpa ada sedikitpun rasa benci dan keinginan untuk membalas.48

7) “Malu” pencegahan diri dari segala perbuatan jelek, atau pemeliharaan diri, karena rasa takut untuk melakukan hal-hal yang dibenci, yaitu hal-hal yang

bersifat universal dari syari’at, atau rasional atau kebiasaan.49 Sifat malu adalah salah satu pendorong yang kuat bagi seseorang untuk berkelakuan baik dan menjauhi yang buruk dan jahat, sehingga ia menjadi orang yang tingkah lakunya dan sikapnya dalam bergaul bersih, sopan dan ramah tamah. Ia tidak akan berdusta dalam percakapan, tidak akan mengkhianati orang dan tidak memperturutkan bahwa nafsunya melakukan hal-hal yang tidak diridhoi oleh Allah serta perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan norma-norma moral dan akhlak yang luhur.

2.4.

Ibadah

Ibadah, ahli lughat mengartikannya taat, menurut, mengikut, tunduk yang setinggi-tingginya, dan doa.50 Dalam pengertian yang luas, ibadah ialah segala bentuk pengabdian yang ditujukan kepada Allah semata yang diawali oleh niat. Semua perbuatan baik dan terpuji menurut norma ajaran Islam, dapat dianggap ibadah dengan niat yang ikhlas karena Allah semata. Rupanya, niat itu merupakan warna yang dapat membedakan perbuatan biasa dengan perbuatan ibadah. Niat yang ikhlas karena Allah semata, membuat suatu pekerjaan berwarna ibadah, sehingga

syari’at Islam melihat perbuatan itu sebagai suatu ibadat.

46

Ahmad Faried, Menyucikan Jiwa, (Surabaya: Risalah Gusti, 1993), h. 1 47Mahjuddin… h. 12

48

Yunahar Ilyas, kuliah Akhlak, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 1999), h. 35 49

Muhammad Abdl. Ghoffar, Malu dan Manfaatnya, (Jakarta: Media Dakwah, 1997) h. 7 50

Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Kuliah Ibadah, ( Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2000) h. 1


(40)

Ibadat dalam arti yang khusus ialah suatu upacara pengabdian yang sudah

digariskan oleh syari’at Islam, baik bentuknya, caranya, waktunya, serta syarat dan

rukunnya, seperti shalat, puasa, zakat, haji dan sebagainya 51

Dengan demikian jelaslah bahwa cakupan ibadah sangat luas, shalat, zakat, puasa, haji dan segala aktifitas lahir batin yang diniatkan untuk mencari keridhaan-Nya dan mengikuti syari’at agama-Nya itu adalah ibadah. Ibadah bertujuan memberikan latihan rohani yang diperlukan manusia. Ibadah juga bertujuan untuk mengingatkan manusia tentang rasa keagungan akan kekuasaan Tuhan Yang Maha Tinggi. Selain itu juga mengingatkan manusia bahwa hidup di dunia hanya sementara, sedangkan kehidupan abadi telah menanti yaitu kehidupan akhirat.

2.5. Al-

Qur’an

Al-Qur’an menurut bahasa berarti “bacaan” dan menurut istilah ushul

fiqh Al-Qur’an berarti “kalam (perkataan) Allah yang diturunkannya dengan perantaraan Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. dengan bahasa

Arab serta dianggap beribadah membacanya”. 52

Al-Qur’an adalah kitab hidayah, yang berisi norma-norma yang menyangkut keseluruhan aspek kehidupan manusia. Norma-norma tersebut tersusun secara sistematis dalam suatu totalitas sehingga mempunyai hubungan fungsional dalam rangka mengarahkan manusia kepada pembentukan individu yang sempurna.53

Al-Qur’an merupakan pedoman sekaligus menjadi dasarhukum bagi manusia dalam mencapai kebahagiaandi dunia dan akhirat.

51

Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Cet. Ke-1, … h. 73

52

Prof. Dr. H. Satria Effendi, M. Zein, MA, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2005), cet. Ke-1, h. 79

53

Abuddin Nata, Pendidikan dalam Perspektif Hadits, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h. 64


(41)

3.

Faktor-Faktor

Yang

Mempengaruhi

Perilaku

Keberagamaan

Pembentukan dan perubahan perilaku di pengaruhi oleh dua faktor, yaitu: faktor Intren dan faktor Ekstren.

1) Faktor Intren, secara garis besarnya faktor-faktor yang ikut berpengaruh terhadap perkembangan jiwa keagamaan antara lain adalah faktor hereditas, tingkat usia, kepribadian dan kondisi kejiwaan seseorang.54

2) Faktor Ekstren, faktor ini yang dinilai berpengaruh dalam perkembangan jiwa keagamaan dapat dilihat dari lingkungan dimana seseorang itu hidup. Umumnya lingkungan tersebut dibagi menjadi tiga:

a) Lingkungan Keluarga, yang menjadi fase sosialisasi awal bagi pembentukan jiwa keagamaan anak.

b) Lingkungan Institusional, baik formal seperti sekolah ataupun yang nonformal seperti berbagai perkumpulan dan organisasi. Sekolah sebagai institusi pendidikan formal ikut memberi pengaruh dalam membantu perkembangan kepribadian anak. Melalui kurikulum yang berisi materi pengajaran, sikap dan keteladanan guru sebagai pendidik serta pergaulan antar temen di sekolah dinilai berperan dalam menanamkan kebiasaan yang baik merupakan bagian dari pembentukan moral yang erat kaitannya dengan perkembangan jiwa keagamaan seseorang.

c) Lingkungan Masyarakat, memiliki pengaruh pula dalam perkembangan jiwa keagamaan, baik dalam bentuk positif maupun negatif. Misalnya lingkungan masyarakat yang memiliki tradisi keagamaan yang kuat akan berpengaruh positif bagi perkembangan jiwa keagamaan anak.55

Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa perilaku keberagamaan seseorang dipengaruhi oleh berbagai hal, baik yang berasal dari dalam diri seseorang itu sendiri maupun dari luar diri seseorang.

54

Jalaluddin, Psikologi Agama,… h. 241 55


(42)

C.

Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam

1.

Prestasi Belajar

1.1.

Pengertian Prestasi

Menurut kamus besar bahasa Indonesia prestasi ialah hasil yang telah dicapai, dikerjakan dan sebagainya.56

Pengertian prestasi dilihat dari segi bahasa berasal dari bahasa

Belanda ialah “Prestatie” kemudian dalam bahasa Indonesia berubah menjadi kata prestasi yang artinya hasil usaha57.

Dalam kamus populer dijelaskan bahwa prestasi memiliki makna apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan dan hasil gemilang yang diperoleh dengan kerja keras58.

Prestasi belajar bukanlah sesuatu yang hanya dinilai pada ranah kognitif saja, prestasi merupakan hasil belajar dari ranah kognitif, afektif dan sikomotorik, keseluruhan pencapaian hasil belajar merupakan hsil dari cermin proses seseorang, tidak hanya aspek pengetahuan pada materi tertentu saja, tetapi lewat sikap dan prilaku yang ditunjukan lewat pergaulan baik secara formal maupun non formal.

1.2.

Pengertian Belajar

Menurut kamus lengkap bahasa Indonesia “Belajar” ialah berusaha untuk mendapatkan pengetahuan.59 Sedangkan menurut kamus psikologi belajar adalah:

1. Perolehan dari sebarang perubahan yang relatif permanen dalam tingkah laku, segai hasil dari praktek atau hasil pengamalan.

2. Proses mendapatkan reaksi-reaksi sebagai hasil dari pada praktik dan latihan khusus.60

56

Desy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Surabaya: Karya Abditama,2001), Cet-ke 1, h. 330

57

Zaenal Arifin, Evaluasi Hasil Instruksional, Prinsip, Tekhnik, Prosedur, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1999), h. 2.

58

S. P. Hayeh, Kamus Populer, (Jakarta; 1987), Cet-ke 2, h. 296. 59


(43)

Setelah kedua pengertian itu ditemukan dan dapat dijelaskan satu persatu pengertiannya maka ada beberapa tokoh yang mengemukakan pendapatnya tentang kedua pengertian tersebut dintaranya:

Menurut S. Nasution prestasi belajar adalah “suatu perubahan individu

yang belajar, tidak hanya pengetahuan saja akan tetapi dapat juga membentuk

kecakapan, kebiasaan diri pribadi individu yang belajar”61

.

Prestasi belajar merupakan hal yang bersifat perenial dalam sejarah kehidupan manusia karena sepanjang kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Prestasi belajar dapat memberikan kepuasan tertentu pula pada manusia, khususnya manusia yang berada pada bangku sekolah.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman-pengalaman yang didapatkan oleh seseorang.

1.3.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Menurut Sumardi Suryabrata, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar dan prestasi belajar dapat digolongkan kepada dua bagian, yaitu :

a. Faktor internal siswa diantaranya 1. IQ dan EQ anak

2. Kesehatan anak

3. Psiologis/ Psikologis anak b. Faktor Eksternal siswa diantaranya

1. Sosial anak

2. Lingkungan/ masyarakat 3. Guru

4. Orang tua62.

60

J.P Chaplin, kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta: PT Raja Grapindo Utama, 2002) 61

S. Nasution, Didaktik Dasar-Dasar Menagajar, (Bandung: Jemmars, 1995), h. 25. 62


(44)

Dalam proses belajar banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, menurut Wasty Soemanto, faktor yang mempengaruhi belajar dapat di golongkan menjadi tiga macam.

1. Faktor stimuli belajar, segala hal diluar individu yang merangsang individu untuk melakuakan perbuatan belajar, diantara setimuli belajar adalah lama banyaknya bahan pelajaran, kesulitan bahan pelajaran, suasana lingkungan eksternal dan lain sebagainya.

2. Faktor-faktor metode belajar, metode yang dipakai oleh guru, akan menimbulkan perbedaan yang berarti bagi proses belajar. Misal pengunaan metode praktik, diskusi dan lain sebagainya, itu kan merubah proses pembelajaran.

3. Faktor individual itu juga sangat berpengaruh terhadap belajar seseorang diantara faktor individual ialah, kematangan usia, jenis kelamin, pengalaman dan lain-lain.

Kebanyakan orang beranggapan bahwa IQ adalah sebagai salah satu faktor penting dalam menentukan prestasi seseorang dalam belajar, namun tidaklah selalu benar karena keberhasilan seseorang itu dipengaruhi oleh banyak faktor lainnya dan faktor-faktor tersebut saling mendukung dan saling mempengaruhi.

2. Pendidikan Agama Islam

2.1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pengertian Agama Islam mengandung makna bahwa usaha yang dilakukan guru Pendidikan Agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan untuk menyiapkan peserta didik meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran agama Islam harus benar-benar dilakukan dengan penuh kesabaran.

Pendidikan agama merupakan unsur penting dalam pembentukan dan pembinaan serta kepribadian seseorang yang apabila hal itu terakumulasi dengan baik, maka akan berpengaruh terhadap suatu bangsa, karena pengalaman keagamaan yang dialaui tersebut akan menjadi unsur penting


(45)

dalam kepribadiannya. Keprbadian yang terjalin di dalam nilai-nilai agama akan membuahkan akhlak yang baik.

Pendidikan Agama dapat dirumukan sebagai bantuan dan pimpinan yang diberikan pada perkembangan pribadi agar ia menjadi manusia beragama yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan yang nampak dalam cara berpikir, kebiasaan, dan sikap tingkah lakunya63. Sejalan dengan hal tersebut Zuhairini berpendapat, pendidikan agama berarti “usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis dalam membentuk anak didik agar supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran Agama Islam64.

Menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat, definisi Pendidikan Agama Islam, yaitu Pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam berupa bimbingan dan asuhan terhadap peserta didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan mereka dapat memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakini secara menyeluruh pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak65.

Bahkan ditambahkan pula oleh Prof. H. M. Arifin, M. Ed. “bahwa Pendidkan Agama Islam di negri kita, adalah merupakan bagian dari pendidikan Islam dimana tujuan utamanya ialah membina dan mendasar kehidupan anak didik dengan nilai-nilai agama dan sekaligus mengajarkan ilmu agama Islam, sehingga yang mampu mengamalkan syariat Islam secara benar sesuai dengan pengetahuan agama66.

Dari beberapa pengertian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha-usaha yang dilakukan pendidik secara sadar dan sistematis agar peserta didik bisa memahami dan mengamalkan ajaran ajaran agama Islam yang telah diyakini secara menyeluruh menjadi

63

Dep. Agama RI, Penelitian Pengembangan dan Inovasi Pendidikan Agama, (Jakarta: Badab Litbang Agama Proyek Penelitian Keagamaan, 1983/ 1984), h. 31

64

Zuhairini, et.al., Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), cet-ke 8, h. 27

65

Amir Abyan, Perencanaan dan Pengelolaan Pembelajaran PAI, (Jakrta: Dirjen Bimbingan Islam dan UT, 1997), h, 16

66

Muzayyin Arifin, Pendidkan Islam dalam Arus Dinamika Masyarakat, (Jakarta: Golden Trayon Pers, tth), cet-ke 1, h. 9


(46)

pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak.

Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah begitu pula halnya dengan pendidikan agama Islam harus diberikan dalam lingkungan lembaga pendidikan agama formal maupun non formal. Peranan pendidikan agama Islam merupakan modal dasar untuk menciptakan manusia Indonesia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dan nantinya akan lahir manusia Indonesia yang dapat menyumbangkan tenaga dan pikirannya pada bangsa dan negara berdasarkan ketakwaannya tersebut.

Pendidikan agama Islam merupakan integral dari program pengajaran pada setiap jenjang lembaga pendidikan tersebut serta merupakan usaha bimbingan dan pembinaan guru terhadap peserta didik dalam memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam sehingga menjadi manusia yang bertakwa dan menjadi warga negara yang baik. Dengan demikian, pendidkan agama Islam berperan membentuk manusia Indonesia beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. Yaitu dengan menghayati dan mengamalkan ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan masyarakat, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semanagt kebangsaan dan cinta tanah air, mampu menumbuhkan manusia-manusia pembangun yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.

2.5.

Dasar-Dasar Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam

Ketika berbicara tentang sejarah perkembagan pendidkna gama, maka timbul sutau motivasi yang besar untuk turut serta andil dalam mengembangkan pelaksanaan pendidikan agama yang pernah ada sekarang ini. Selanjutnya sebagai pelengkap status dan azaz keberadaan pelaksanaan Pendidikan Agama Islam, maka penulis akan menguraikan tentang


(47)

dasar-dasar pelaksanaan Pendidikan agama Islam baik dalam lingkungan formal maupun non formal.

Pelaksanaan pendidikan agama memiliki tiga dasar, yakni, dasar hukum (yuridis), dasar agama (religius), dan dasar sosial psikologis.

a. Dasar Hukum (Yuridis)

Ketetapan MPR No. II/MPR/1983 tentang GBHN Bahwa setiap lembaga pendidikan mulai SD sampai Universitas wajib memasukan pelajaran agama kedalam kurikulum pendidikan.67

b. Dasar Agama (Religius)

Seperti dalam kisah lukmanul hakim yang mengajarkan kepada anaknya dalam mengerjarkan ajaran akidah, akhlaq dan, ibadah

(sampaikanlah ajaranku kepada orang lain walaupun hanya sedikit).

Rasulullah SAW bersabda:

“Barang siapa yang menyembunyikan ilmunya maka Tuhan akan megekang dengan kekangan berapi”. (H.R. Ibnu Majah)

c. Dasar Sosial Psikologis

Merupakan suatu pegangan hidup bagi setiap individu, guna menjalankan perintah yang diyakininya. Seperti dijelaskan dalam ayat alquran yang artinya: ketahuilah dengan mengingat kepada Allah hati akan menjadi tenang.

2.6.

Tujuan Pendidikan Agama

Tujuan pendidikan agama tidak terlepas dari tujuan hidup manusia dalam Islam, yaitu untuk menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah yang

67

Zuhairini.H. Drs Metode Khusus Pendidikan Agama Islam. Surabaya Usaha Nasional 1983. Hal. 23.


(1)

82

B.

Saran

Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis menghasilkan hubungan yang lemah antara Disiplin guru dengan prestasi belajar siswa. Untuk itu penulis menyampaikan saran-saran bagi pihak-pihak terkait khususnya dan yang membaca skripsi ini pada umumnya, antara lain:

1. Untuk pihak sekolah alangkah baiknya dapat menjadikan kedisiplinan guru sebagai pertimbangan dalam menyeleksi guru agama, bahwa guru agama alangkah baiknya harus memiliki tiga Apek, antara lain: pertama aspek kepribadian yang dapat dilihat dari moral yang baik, sifat yang dimiliki, disiplin dan tanggung jawab, selaras antara perkataan dan perbuatan dan sikap pada saat mengajar. Kedua aspek intelektual yang dapat diliat dari penguasaan materi, keterampilan menggunakan metode dan memiliki pengetahuan yang luas. ketiga aspek sosial yang dapat dilihat dari berperilaku terpuji dalam pergaulan dan memiliki pembawaan yang menyenangkan. keempat aspek lahir (jasmani) yang dapat dilihat dari penampilan (performance) yang baik dan intonasi suara yang jelas.

2. Untuk seorang guru alangkah baiknya terus berupaya meningkatkan kedisiplinan, walaupun kedisiplinan guru tidak seutuhnya berperan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa namun dengan adanya disiplin pada sosok seorang guru maka guru akan menjadi pribadi yang baik dihadapan siswa dan masyarakat karena kodrat seorang guru adalah digugu dan ditiru dan alangkah baiknya lagi guru terus berupaya semaksimal mungkin dalam mencari cara untuk meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran pendidikan agama Islam, misalnya dengan menerapkan metode-metode belajar yang menyenangkan.

3. Kepada para siswa diharapkan agar lebih semangat dalam belajar, berusaha memiliki tanggung jawab yang tinggi, selalu ingin menjadi yang terbaik, selalu memperhatikan umpan balik, dapat mempertimbangkan


(2)

83

resiko, bisa mengorbankan waktu agar dapat meningkatkan prestasi belajar dan lebih menghormati guru.

4. Kepada orang tua alangkah baiknya memperhatikan prestasi belajar siswa walau bagaimanapun orang tua berperan terhadap prestasi belajar siswa, orang tua tidak boleh menyerahkan sepenuhnya kepada guru.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, Pius dan Anwar Syarifuddin, Kamus Saku Bahasa Indonesia, Surabaya: ARKOLA, t.t

Abyan, Amir, Perencanaan dan Pengelolaan Pembelajaran PAI, Jakarta: Dirjen Bimbingan Islam dan UT, 1997

Achin, Amir, Pengelolaan Kelas dan Interaksi Belajar Mengajar, Ujung Pandang: IKIP Ujung Pandang Press, cet-ke 2

Alfat, Masan, Aqidah Akhlak, Semarang: PT. Karya Toha Putra,1987

Anwar, Desy, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Surabaya: Karya Abditama, cet-ke 1, 2001

Ardani, Moh, Akhlak Tasawuf, Jakarta: CV. Karya Mulia, 2005

Arifin, Muzayyin, Pendidkan Islam dalam Arus Dinamika Masyarakat, Jakarta: Golden Trayon Pers, cet-ke 1, tth

Arifin, Zaenal, Evaluasi Hasil Instruksional, Prinsip, Tekhnik, Prosedur, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1999

Chaplin, J.P, Kamus Lengkap Psikologi, Jakarta: PT Raja Grapindo Utama, 2002 Daradjat, Zakiah, dkk, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara, Ed. 1,

cet-ke 5, 2004

_____________, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Penerbit Bulan Bintang, Cet. Ke-XXVI, 2003

_____________, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. Ke-1, 1995

_____________, Peranan Agama Dalam Kesehatan Mental, Jakarta: Penerbit Gunung Agung, 1986

Departemen Agama RI, Pedoman Pendidikan Bagi Anak Putus Sekolah, Jakarta: Bimbingan Islam, 2003

Departemen Agama RI, Penelitian Pengembangan dan Inovasi Pendidikan

Agama, Jakarta: Badab Litbang Agama Proyek Penelitian Keagamaan,


(4)

Departemen Pendidkan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1970

Djamrah, Syaiful Fahri, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: Rineka Cipta, cet-ke 1, 2000

Faried, Ahmad, Menyucikan Jiwa, Surabaya: Risalah Gusti, 1993

Ghoffar, Muhammad Abdl., Malu dan Manfaatnya, Jakarta: Media Dakwah, 1997 Hayeh, S. P., Kamus Populer, Jakarta; cet-ke 2, 1987

Hidayat, Komarudin, Ensiklopedia Manajemen, Jakarta, Bumi Aksara, cet-ke 2, tth

Hirata, Andrea, Laskar Pelangi, Yogyakarta: Bentang, 2008

Ilyas, Yunahar, Kuliah Akhlak, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 1999

Ismail, Abdurrahman Affandi, Pendidikan Budi Pekerti, Semarang, CV. Toha Putra, 1982

Jalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Ed. Rev-9, 2005

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1996 Mahjuddin, Akhlak Tasawuf 1, Jakarta: Kalam Mulia, 2009

Morkijat, Manajemen Kepegawaian Personal Manajemen, Bandung: Alumni, 1987

Mulyasa, E, [Edt. Mukhlis], Menjadi Guru Profesinal; Menciptakan

Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, cet-ke 7, 2008

Munawwir, Ahmad Warson, Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia Terlengkap, Surabaya: Pustaka Progressif, 1997

Mustofa, Akhlak Tasawuf, Bandung: CV. Pustaka Setia,, Cet. Ke-1, 1997 Nasution, S., Didaktik Dasar-Dasar Menagajar, Bandung: Jemmars, 1995

Nata, Abuddin, Pendidikan dalam Perspektif Hadits, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005


(5)

NK, Ny. Roesitah, Masalah Ilmu Keguruan, Jakarta: Bina Aksara, 1998

Pengertian Disiplin: Hukuman Disiplin Pegawai Negeri Sipil Berdasarkan PP

No. 30 Tahun 1980., darihttp//www.google,com,Jakarta, 2010

Pengertian Disiplin; Pelatihan Keterampilan Manajerial SPMK., dari

http//www.google.com,Jakarta, 2010

Petunjuk Pelaksanaan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, CV. Karya Manunggal, 1982

Poerbakawatja, Soergada dan H. A. H. Harahap, Enskologi Pendidikan, Jakarta: Gunung Agung, cet-ke 2, 1981

Presiden Republik Indonesia, UU Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 Tentang

Guru dan Dosen, t.d, t.t

Racmaningsih, Neiny, Pendidkan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMU

Kelas 2, Bandung: Srafindo Media Pratama, 1997

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, cet-ke 4, 2004

Rohani H. M, Ahmad dan Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta, cet-ke-1, 1995

Sabri, Alisuf, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, cet-ke 1

Salim, Peter dan Yeny Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, Jakarta: Modern English Press, 1991

Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi Ash, Kuliah Ibadah, Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2000

Soekanto, Soejono, Remaja dan Masalahnya, (Jakarta: Balai Pustaka), cet-ke-2, 1990

Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005

Swasto, Agus, Psikologi Perkembangan, Bandung: Aksara Baru, ed. III

Syah, Muhibbin, Psikologi Pendididkan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, cet-ke 14, 2007


(6)

Uno, Hamzah B., [Ed. 1], Profesi Kependidikan (Problema, Solusi, dan Reformasi

Pendidikan di Indonesia), Jakarta: Bumi Aksara, cet. IV, 2009

Usman , Moh. Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT Remaja Rodakarya, cet-ke 17, 2005

Zein, Satria Effendi, M., Ushul Fiqh, Jakarta: Kencana, cet. Ke-1, 2005

Zuhairini, et.al., Metodik Khusus Pendidikan Agama, Surabaya: Usaha Nasional, cet-ke 8, 1983


Dokumen yang terkait

Disiplin belajar siswa SMP YMJ Ciputat dan Hubungannya dengan prestasi belajar

1 6 82

Peranan guru Agama dalam Mengoptimalkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan Agama Islam di SMPN 1 Pamulang

1 6 111

Pengaruh kedisplinan guru terhadap prestasi belajar siswa pada pendidikan agama islam di SMP PGRI I Ciputat

4 16 103

Hubungan persepsi siswa terhadap disiplin guru dengan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama islam

6 30 101

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Minat Dan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa Di MTs Muhammadiyah Surakarta Dan Smp Ta’mirul Islam S

1 6 22

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Minat Dan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa Di MTs Muhammadiyah Surakarta Dan Smp Ta’mirul Islam S

0 2 20

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM.

1 5 18

PENGANTAR HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM.

0 0 8

HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA KELAS VII Hubungan Antara Kedisiplinan Belajar Dan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Pada Siswa Kelas VII SMP N 2 Kalijambe Sragen Tahun Pelajaran 2011/2012

0 3 15

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI DENGAN PRESTASI BELAJAR BIDANG STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

0 0 125