melakukan suatu pekerjaan
19
”. Sedangkan secara terminology “metode adalah seperangkat cara, jalan dan teknik yang digunakan oleh pendidik dalam proses
pembelajaran agar peserta didik dapat mencapai tujuan pembelajaran atau menguasai kompetensi tertentu yang dirumuskan dalam silabus mata pelajaran
20
”. Bermain peran adalah suatu metode mengajar dimana guru memberikan
kesempatan kepada murid untuk melakukan kegiatan memainkan peran tertentu seperti terdapat dalam kehidupan masyarakat sosial.
Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan, bahwa bermain peran adalah bentuk metode mengajar dengan mendramakan atau memerankan tingkah
laku di dalam hubungan sosial.
2. Persyaratan Menggunakan Metode Bermain peran
Secara umum metode pembelajaran bermain peran dapat digunakan apabila
21
: 1
Pelajaran dimaksudkan untuk melatih dan menanamkan pengertian dan perasaan seseorang
2 Pelajaran dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa kesetiakawanan sosial
dan rasa tanggung jawab dalam memikul amanah yang telah dipercayakan. 3
Jika mengharapkan partisipasi kolektif dalam mengambil suatu keputusan. 4
Apabila dimaksudkan untuk mendapatkan ketrampilan tertentu sehingga diharapkan siswa mendapatkan bekal pengalaman yang berharga, setelah
mereka terjun dalam masyarakat kelak 5
Dapat menghilangkan malu, dimana bagi siswa yang tadinya mempunyai sifat malu dan takut dalam berhadapan dengan sesamanya dan masyarakat
dapat berangsur-angsur hilang, menjadi terbiasa dan terbuka untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
19
Ibid., Prof. Dr. H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam Mulia, 2002,h.184
20
Ibid., h,185
21
http:oktanovia-berwandi.blogspot.com201310metode-sosiodrama- dan-teknik.html, diakses pada tanggal 20 September 2014
6 Untuk mengembangkan bakat dan potensi yang dimiliki oleh siswa
sehingga amat berguna bagi kehidupan dan masa depannya kelak, terutama yang berbakat bermain drama, lakon film dan sebagainya.
7 Untuk meningkatkan kemampuan penalaran peserta didik secara lebih
kritis dan detail dalam pemecahan masalah. 8
Untuk meningkatkan pemahaman konsep dari materi yang diajarkan. Sedangkan menurut Abu Ahmadi Metode bermain peran dapat digunakan
apabila: 1
Keterangan secara lisan tidak dapat menerangkan pengertian yang dimaksud
2 Memberikan gambaran mengenai bagaimana orang bertingkah laku dalam
situasi sosial tertentu 3
Memberikan kesempatan untuk menilai atau pandangan mengenai suatu tingkah laku sosial menurut pandangan masing-masing
4 Belajar menghayati sendiri keadaan
5 Memberikan kesempatan untuk belajar mengemukakan penghayatan
sendiri mengenai
suatu situasi
sosial tertentu
dengan mendramatisasikannya di depan penonton dan bukan memberikan
keteranmgan secara lisan 6
Memberikan gambaran mengenai bagaimana seharusnya seseorang bertindak dalam situasi sosial tertentu.
22
3. Kelebihan dan Kelemahan Penggunaan Metode Bermain peran
Menurut Ahmadi, ada beberapa pendapat tentang kelebihan dan kekurangan metode bermain peran diantaranya:
1. Kelebihan
Beberapa kebaikan dari metode bermain peran antara lain: 1
Melatih anak untuk mendramatisasikan sesuatu serta melatih keberanian;
22
Abu Ahmadi,Stategi Belajar Mengajar,Bandung:Pustaka Setia,2005.h.82
2 Metode ini akan menarik perhatian anak sehingga suasana kelas menjadi
hidup; 3
Anak-anak dapat menghayati suatu peristiwa sehingga mudah mengambil kesimpulan berdasarkan penghayatan sendiri;
4 Anak dilatih untuk menyusun pikirannya dengan teratur.
5 Memperjelas situasi sosial yang dimaksud;
6 Menambah pengalaman tentang situasi sosial tertentu;
7 Mendapat pandangan mengenai suatu tindakan dalam sustu situasi sosial
dari berbagai sudut
2. Kelemahan
1 Disamping terdapat kebaikan-kebaikan, metode bermain peran juga
memiliki kelemahan-kelemahan diantaranya: 2
Metode ini memerlukan waktu cukup banyak 3
Memerlukan persiapan yang teliti dan matang 4
Kadang-kadang anak-anak tidak mau mendramatisasikan suatu adegan karena malu
5 Kita tidak dapat mengambil kesimpulan apa-apa apabila pelaksanaan
dramatisasi itu gagal, 6
situasi sosial yang didramatisasikan hanyalah tiruan; 7
situasi ini dalam kelas berbeda dengan situasi yang sebenarnya dimasyarakat.
23
4. Teknis Penggunaan Metode Bermain peran
Metode bermain peran secara teoretis telah banyak dikenal oleh sebagian besar pendidik kita, namun secara praktisi masih banyak di antara mereka yang
belum memahaminya. Terdapat beberapa petunjuk untuk dapat menerapkan metode ini, ada yang mengungkapkan secara sederhana dan ada juga yang
menjelaskan secara terperinci petunjuk-petunjuk tersebut. Namun pada prinsipnya petunjuk-petunjuk itu adalah sama. Dan dalam penerapannya, dapat
dikembangkan tersendiri oleh yang bersangkutan.
23
Ibid
Adapun beberapa petunjuk atau langkah-langkah dalam menggunakan metode bermain peran ini tersaji dalam beberapa tahap diantaranya sebagai
berikut:
1. Tahap Persiapan
Dalam tahap ini, Engkoswara dalam Basyiruddin Usman mengatakan bahwa:
“sebelum melakukan bermain peran diperlukan penentuan pokok permasalahan yang akan didramatisasikan terlebih dahulu, menentukan para
pemain, dan mempersiapkan para siswa sebagai pendengar yang menyaksikan jalannya cerita. Masalah yang akan didramatisasikan dipilih
secara bertahap, dimulai dari persoalan yang sederhana dan dilanjutkan dengan pertemuan-pertemuan berikutnya yang agak sukar dan lebih
bervariasi.
”
24
Sedangkan menurut Sudjana “Masalah-masalah yang akan ditetapkan harus menarik perhatian siswa
”
25
serta situasi masalah yang akan ditetapkan harus sesuai dengan tingkat usia siswa.
2. Tahap pelaksanaan.
Setelah tahap-tahap dalam persiapan terselesaikan, siswa dipersilahkan untuk mendramatisasikan masalah-masalah yang diminta selama kurang lebih 4
sampai 5 menit berdasarkan pendapat dan inisiasi mereka sendiri.
3. Tahap Tindak Lanjut
Seperti yang telah diungkapkan oleh sudjana dan hendrowiyono di atas bahwa apabila bermain peran telah berakhir, maka diperlukan sebuah upaya
tindak lanjut. Dan mereka mengadakan diskusi sebagai salah satu alternatifnya. Engkoswara dalam Basyiruddin Usman mengungkapkan bahwa:
“Bermain peran merupakan sebuah metode mengajar, jadi dalam praktiknya tidak hanya berakhir pada pelaksanaan dramatisasi semata, melainkan
hendaknya dapat dilanjutkan dengan tanya jawab, diskusi, kritik, atau
24
Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam,Jakarta: Ciputat pers, 2003..h.52
25
Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2002.h.85
analisis persoalan. Dan bila dipandang perlu, siswa lainnya diperbolehkan mengulang kembali peranan tersebut dengan lebih baik lagi.
”
26
“Sebagai salah satu upaya tindak lanjut siswa dapat melakukan aktifitas menilai atau memberi tanggapan terhadap pelaksanaan bermain peran dan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat kesimpulan hasil bermain peran
.”
27
C. Hasil Penelitian yang Relevan
Lailatul Fauziyah 2012 dengan judul “Penerapan metode role playing sebagai upaya peningkatan minat dan prestasi belajar PKn pada Siswa kelas IV
MI Miftahussibyan Welahan Jepara Tahun Pelajaran 20112012. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa 1 adanya peningkatan presentase minat belajar siswa
antara prasiklus dan siklus I 48,24 dan siklus I ke siklus II sebesar 21,5. Sedangkan peningkatan minat dari prasiklus ke siklus 58,86. 2 prestasi belajar
siswa juga mengalami peningkatan, hal tersebut dapat terlihat dari presentase siswa yang mencapai ketuntasan pada prasiklus 35,3 sedangkan pada siklus I
80 dan siklus II 93,75. Rulasmini Khotimah 2009 dengan judul “Penggunaan metode Role
Playing untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran PKn Kelas III SD Benerwojo Kecamatan Kejayan Kabupaten Pasuruan”. Hasil penelitian
menyimpulkan bahwa 1 pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran PKn materi peraturan di Masyarakat dengan menggunakan metode Role Playing dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran. 2 hasil belajar siswa mengalami peningkatan setelah menggunakan metode Role Playing.
D.
Kerangka Berpikir
Pembelajaran PKn di Sekolah Madrasah Ibtidaiyah MI mempunyai tujuan mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan
lingkungan serta memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, memecahkan masalah, dan ketrampilan dalam kehidupan sosial.
26
Op.cit.,h.53
27
Op.cit.,h.95
Selama proses pembelajaran, guru tidak hanya memberikan sejumlah konsep kepada siswa untuk dapat diaplikasikan oleh siswa dalam memecahkan masalah
khususnya yang berkaitan dengan PKn. Dalam hal ini proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa sangat menentukan hasil yang akan diperoleh.
Bagian dari kegiatan yang mendasar dan sistematis dalam peningkatan mutu pendidikan adalah pengembangan kurikulum, metode pembelajaran, dan sistem
penilaian. Metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru perlu memperhatikan karakteristik siswa, sarana dan prasarana yang ada di sekolah.
Proses pembelajaran yang dikembangkan di sekolah akan mempengaruhi hasil belajar. Salah satu pengukuran kualitas pembelajaran adalah tes hasil belajar
dengan rata-rata nilai pada kelas V di Madrasah Ibtidaiyah MI relatif masih rendah. Rendahnya hasil belajar diduga disebabkan oleh beberapa hal, antara lain;
sarana dan prasarana yang kurang mendukung, dalam proses pembelajaran, konsep-konsep PKn pada materi kerja sama sulit dipahami dan dimengerti oleh
siswa. Berdasarkan kondisi tersebut, diperlukan usaha yang dapat mengatasi
masalah tersebut. Suatu usaha yang membuat siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran dan dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih baik
bagi siswa, sehingga dapat terjadi peningkatan hasil belajar PKn siswa. Melalui metode bermain peran role playing diharapkan berpengaruh terhadap
peningkatan hasil belajar siswa. Dengan demikian penerapan metode ini diharapkan dapat memaksimalkan keaktifan siswa dalam belajar PKn dan hal ini
akan berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa.
E. Hipotesis Tindakan
Dengan memperhatikan kajian teori dan kerangka berpikir yang diuraikan di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat peningkatan hasil belajar
pada pembelajaran PKn dengan menggunakan Metode Bermain Peran role Playing