Prosentase Penyaluran Zakat pada LAZNAS BSM Umat

adalah karena dana penanggulangan bencana itu cukup besar walaupun terjadinya hanya beberapa kali. 5

C. Pemberdayaan dana zakat bagi pengembangan masyarakat pada LAZNAS

BSM 1. Profil Usaha “Mitra Umat” Di antara usaha-usaha yang mendapat dana dari LAZNAS BSM, Ada beberapa usaha yang mendapat pendampingan langsung dari pengurus LAZNAS BSM dan ada yang tidak mendapat pendampingan. Hal ini terjadi karena keterbatasan SDM yang dimiliki LAZNAS BSM. Menurut Dedi Zulkarnaen, Bagian Pendayagunaan LAZNAS BSM, usaha yang dibina antara lain berada di daerah Bogor, Sukabumi dan Bandung. Letak yang jauh menjadi hambatan tersendiri bagi Peneliti. Oleh karena itu, untuk mendapatkan informasi tentang usaha tersebut, Saya menghubungi Ibu Nunung Nurhasanah 36 melalui telepon, dia adalah salah seorang pengurus usaha budi daya jamur tiram yang berada di daerah Bogor Budi daya jamur tiram adalah usaha yang didirikan dan dibina oleh LAZNAS BSM yang berada di Kampung Pasir Angin, Leuwimalang. Wilayah yang letaknya dekat dengan Gunung Geulis ini telah berdiri sejak tahun 2008. Awalnya, daerah ini hanya berupa lahan kosong yang kurang dimanfaatkan oleh masyarakat setempat, 5 Wawancara Pribadi dengan Dedi Zulkarnaen, Jakarta, 19 Nopember 2010 tetapi sejak hadirnya LAZNAS BSM disini lahan tersebut dapat memberikan manfaat lebih bagi warga sekitar. Dengan 3 orang pengurus inti, usaha jamur ini membagi karyawannya menjadi 4 bagian kelompok, yaitu: a. Bagian Baklok media tanam b. Bagian Inkubasi pembibitan c. Bagian Laboratorium pembuatan bibit d. Bagian Panen

2. Metode Pendampingan

Sebagaimana telah diuraikan, bahwa model LAZNAS BSM memiliki 2 cara dalam menyalurkan zakat untuk program mitra umat, yaitu : mendirikan usaha dan membiayai usaha. Untuk pendirian usaha, sebagaimana yang telah dipraktekkan dengan pendirian usaha budidaya jamur, LAZNAS BSM mengirim 1 orang tenaga ahli untuk terjun ke lapangan agar usaha jamur ini berjalan dengan lancar dan dapat terus berkembang, sedangkan yang dilakukan pengurus pusat LAZNAS BSM adalah mengontrol kinerja, mencarikan solusi atas kendala-kendala yang dihadapi, dan memberikan bimbingan-bimbingan yang dibutuhkan oleh mereka. Menurut Ibu Nunung, biasanya mereka datang ke tempat ini 1 kali setiap 1 atau 2 minggu. Dan untuk pembiayaan usaha mustahik, tidak ada pendampingan yang dilakukan oleh pengurus pusat LAZNAS BSM. Pendampingan diserahkan sepenuhnya kepada cabang-cabang dan mitra-mitra kerja yang mengajukan pembiayaan usaha untuk mustahik tersebut. Itu berarti, jika mustahik mendapat pembiayaan untuk usaha tanpa melalui cabang atau mitra kerja LAZNAS BSM, maka Ia tidak mendapat bimbingan sama sekali. Ini menjadi tugas bagi LAZNAS BSM untuk membina mereka agar tujuan zakat untuk mengentaskan kemiskinan dapat terealisasi.

3. Hasil dan Manfaat

Pada awalnya, usaha budi daya jamur tiram ini hanya memiliki 4-10 karyawan dengan upah Rp. 8000,- – 9000,- perhari, yang dihasilkan dari usaha ini juga baru berkisar pada angka kiloan, yaitu 1-10 kg perhari. Tetapi, saat ini usaha tersebut telah memiliki karyawan yang berjumlah ± 80 orang dengan upah Rp.10.000,- bagi perempuan dan Rp.15.000,- bagi laki-laki. Dengan 8 kubung rumah tempat budi daya yang dimiliki saat ini dengan ukuran masing-masing 23 M × 14 M, tiap kubung berisi 40 ribu bag lock media tanam jamur yang dihasilkan sudah mencapai 5 atau 6 kwintal, bahkan bisa mencapai 1 ton perhari, dengan harga Rp.7.700 - Rp.8000 perkilo penghasilan yang didapat saat ini telah mencapai Rp. 4.000.000 - Rp. 5.000.000 perhari, bahkan bisa lebih banyak. Untuk pemasarannya, biasanya ada 5 suplier yang datang setiap harinya ke tempat ini. Jadi mereka tidak kesulitan lagi dalam memasarkan jamur yang mereka hasilkan. Karena jamur itu tidak tahan lama, hanya kuat sekitar 3 hari. Jika satu hari tidak terjual maka kualitasnya menjadi kurang bagus. Selain diambil oleh suplier, hasil dari jamur tersebut juga diolah menjadi produk jadi yaitu “kripik kamur” dan dipasarkan ke berbagai daerah.