Pengertian Penyaluran Zakat Analisa pola pendayagunaan zakat pada Lembaga Amil Zakat Bangun sejahtera Mitra Umat (LAZNAS BSM)

tumbuh. Hubungan dengan Allah telah terjalin dengan ibadat shalat dan hubungan dengan sesama manusia telah terikat dengan infak dan zakat. Hubungan vertikal dan horizontal perlu dijaga dengan baik. Hubungan ke atas dipelihara, sebagai tanda bersyukur dan berterima kasih, dan hubungan dengan sesama dijaga sebagai tanda setia kawan, berbagi rahmat dan nikmat. 4 Dalam al-Qur’an Allah berfirman:                                    ﺔﺑﻮﺘﻟا ٩ : ١٠٤ - ١٠٣ Artinya :“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. tidaklah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan menerima zakat dan bahwasanya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang?” QS. at-Taubah: 103-104. Quraisy syihab menafsirkan firman allah        Artinya : “Allah menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan menerima zakat” Beliau menjelaskan bahwa ayat tersebut mengisayaratkan bahwa kehidupan atau hubungan timbal-balik hendaknya didasarkan oleh take and give. Memang, 4 M.Ali Hasan, Masail Fiqhiyah, cet.4 Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,2003, h.2 dalam kehidupan nyata, hal tersebut seyogyanya terjadi, yaitu sebanyak Anda menerima sebanyak itu pula hendaknya anda memberi. 5

B. Fungsi dan Tujuan Penyaluran zakat

Tujuan utama dari zakat adalah menghapus kefakiran, kemiskinan, dan kemelaratan. Yusuf al-Qardhawi, dalam kitabnya Hukum Zakat membagi tujuan zakat kepada tiga bagian, yaitu: dari pihak para Wajib zakat Muzakki, pihak penerima zakat dan dari kepentingan masyarakat. Tujuan zakat dan dampaknya bagi muzakki yaitu; zakat mensucikan jiwa dari sifat kikir, mendidik berinfak dan memberi, berakhlak dengan Akhlak Allah, merupakan manifestasi syukur atas Nikmat Allah, mengobati hati dari cinta dunia, mengembangkan kekayaan batin, menarik rasa simpaticinta, serta dapat mengembangkan harta. Sedangkan bagi penerima zakat, antara lain untuk membebaskan penerima dari kebutuhan hidup dan dapat menghilangkan sifat benci dan dengki yang sering menyelimuti hati mereka jika melihat orang kaya yang bakhil. Adapun tujuan zakat dilihat dari kepentingan kehidupan sosial, antara lain bahwa zakat bernilai ekonomik, merealisasi fungsi harta sebagai alat perjuangan menegakkan agama Allah jihad fi sabilillah, dan mewujudkan keadilan sosial ekonomi masyarakat pada umumnya. Lebih luas lagi Wahbah menguraikan tujuan zakat bagi kepentingan masyarakat, sebagai berikut: 5 Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbah, vol.5 Jakarta: Lentera Hati, 2002, cet.1, h.667 1. Menggalang jiwa dan semangat saling menunjang dan solidaritas sosial di kalangan masyarakat Islam. 2. Merapatkan dan mendekatkan jarak dan kesenjangan sosial ekonomi dalam masyarakat 3. Menanggulangi pembiayaan yang mungkin timbul akibat berbagai bencana seperti bencana alam dan sebagainya. 4. Menutup biaya-biaya yang timbul akibat terjadinya konflik, persengketaan dan berbagai bentuk kekacauan dalam masyarakat. 5. Menyediakan suatu dana taktis dan khusus untuk penanggulangan biaya hidup bagi para gelandangan, para penganggur dan para tuna sosial lainnya, termasuk dana untuk membantu orang-orang yang hendak menikah tetapi tidak memiliki dana untuk itu. Al-Tayyar menambahkan, bahwa tujuan zakat selain sebagai ibadah, ia juga bertujuan untuk menghapuskan berbagai dosa dan kesalahan, menolak bala bencana, serta mendorong meningkatkan semangat dan produktivitas kerja, sehingga pada gilirannya mampu menghilangkan sikap dan status seseorang dari kemiskinan dan tangan di bawah yad al-sufla. 6 Sebagaimana shalat yang menjadi tiang agama, maka zakat merupakan tiang masyarakat, yang apabila tidak ditunaikan dapat meruntuhkan sendi-sendi sosial ekonomi masyarakat, karena secara tidak langsung penahanan tidak menunaikan 6 Abdurrachman Qadir, Zakat dalam dimensi sosial dan mahdhah Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2001, h. 76-77. zakat dari orang-orang kaya itu merupakan perekayasaan pemiskinan secara struktural. Zakat yang mempunyai dimensi sosial disamping dimensi sakral, bila tidak ditunaikan akan menimbulkan dampak negatif berupa kerawanan sosial, seperti banyaknya pengangguran dan masalah-masalah sosial.

C. Prinsip – prinsip Syariah dan Fiqhiyyah dalam Penyaluran Zakat

Para ulama mazhab sependapat bahwa golongan yang berhak menerima zakat itu ada delapan. Dan semuanya sudah disebutkan dalam QS. At-Taubah 9: 60                         ﺔﺑﻮﺘﻟا ٩ : ٦٠ Artinya : “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk memerdekakan budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana” Namun kalau tentang definisi golongan atau kelompok tersebut, semua ulam mazhab mempunyai pendapat yang berbeda. 7 Para ulama juga berbeda pendapat berkaitan dengan delapan kelompok ini, apakah pembagian zakat harus meliputi semuanya, atau sebatas yang memungkinkan. Dalam hal ini, terdapat dua pendapat: 7 Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab. Penerjemah Masykur A.B, dkk -Cet.19-. Jakarta: Lentera, 2007, h.189