4.2 Faktor Kondisi K
Faktor kondisi dihitung untuk menilai kesehatan ikan secara umum, dan kondisi fisiologi dari populasi ikan Richter, 2007. Perhitungan faktor kondisi ini
didasarkan pada panjang dan berat ikan Nilai faktor kondisi ini menunjukka n keadaan baik dari ikan dilihat dari segi kapasitas fisik untuk bertahan hidup
survival dan reproduksi Effendie, 1997. Nilai Faktor Kondisi ikan batak Tor soro disajikan pada Tabel 4.2. berikut:
Tabel 4.2 Nilai Faktor Kondisi Ikan Batak Tor soro No.
Stasiun L
rataan
mm W
rataan
g K = WaL
b
1 Sungai Ponot
112,5 21,4
1,2587
2 Sungai Baturangin
90,5 12,5667
1,5847
3 Sungai Tangga
55,2272 1,7181
1,1091
4 Sungai Parhitean
91 9,93
1,1519
5 Sungai Hula-huli
74,4444 4,2888
1,0510
Berdasarkan hasil nilai faktor kondisi ikan batak Tor soro diperoleh nilai K Tabel 4.2. Nilai faktor kondisi K ikan batak Tor soro pada kelima stasiun
berkisar antara 1,0510-1,5847. Nilai faktor kondisi terbesar 1,5847 terdapat pada stasiun Sungai Baturangin dan terendah 1,0510 terdapat pada stasiun Sungai
Hula-huli. Faktor kondisi terendah pada stasiun Sungai Hula-huli diakibatkan karena letak stasiun tersebut yang terjal dan memiliki arus yang deras sehingga
Universitas Sumatera Utara
menyebabkan ikan yang ada pada stasiun tersebut harus mengeluarkan lebih banyak energi untuk penyesuaian terhadap kondisi lingkungan.
Fluktuasi nilai faktor kondisi diduga karena proses pertumbuhan ikan batak Tor soro pada setiap stasiun penelitian dipengaruhi oleh faktor ekologi berbeda satu
sama lain. Besarnya nilai faktor kondisi tergantung pada banyak hal antara lain jumlah organisme yang ada, kondisi organisme, ketersediaan makanan, dan
kondisi lingkungan perairan. Semakin tinggi nilai faktor kondisi menunjukkan adanya kecocokan antara ikan dengan lingkungannya Effendie, 1979. Kisaran
faktor kondisi ikan batak Tor soro dari kelima stasiun penelitian yang diperoleh termasuk dalam kategori kurang pipih karena semua nilai K stasiun dibawah nilai
2 dua.
4.3 Kebiasaan Makanan
Makanan adalah organisme, bahan, maupun zat yang dimanfaatkan ikan ntuk menunjang pertumbuhan organ tubuhnya. Mengetahui jenis dan jumlah
makanan dapat menentukan makanan utama yaitu makanan yang dimanfaatkan dalam jumlah besar, makanan pelengkap yaitu makanan yang dimanfaatkan dalam
jumlah yang sedikit, dan makanan tambahan yang dimanfaatkan dalam jumlah yang sangat sedikit. Hasil analisis isi lambung, diperoleh 46 jenis makanan ikan
batak Tor soro pada Tabel 4.3. Jenis makanan yang ditemukan pada ikan batak Tor soro sangat bervariasi selain plankton, juga ditemukan potongan tubuh
serangga ekor dan kaki. Nilai IP Index of Prepoderance dari ikan batak Tor soro disajikan pada Tabel 4.3.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.3 Nilai IP Index of Prepoderance makanan Ikan Batak Tor soro pada kelima stasiun penelitian
No Jenis Makanan
Index of Prepoderance
Sungai Ponot
Sungai Baturangin
Sungai Tangga
Sungai Parhitean
Sungai Hula-huli
I
Kelas Bacillariophyceae
1
Cocconeis 0,20
2 Amphora
0,37 0,74
3 Cymbella
1,83 47,57
0,06 0,95
4 Fragilaria
0,39 11,24
0,06 21,03
5 Tabellaria
0,26 0,06
0,053
6 Ghomphonema
1,33 0,06
7
Caloneis 0,02
0,13
8 Frustulia
0,81 0,09
0,03 0,053
9 Mastogloia
2,55 0,02
10 Navicula
33,05 8,93
0,06 0,74
11 Stauroneis
0,72 7,19
12 Bacillaria
0,22 0,11
13 Nitzschia
1,37 4,51
0,19 0,19
0,53
14 Rhopalodia
0,13
15 Diatoma
14,04 1,03
1,27
16 Amphipora
0,06 5,36
1,89
17 Anomoeneis
0,02
18 Gyrosigma
0,02
19 Pinnularia
0,09
20 Surirella
0,26
21 Coscinodiscus
0,19 0,03
Universitas Sumatera Utara
No Jenis Makanan
Index of Prepoderance Sungai
Ponot Sungai
Baturangin Sungai
Tangga Sungai
Parhitean Sungai
Hula-huli
22 Melosira
8,58 13,70
0,053
23 Opephora
0,06 1,37
24 Synedra
0,03
25
Neidium 0,11
II Kelas
Chlorophyceae
26 Cladophora
47,01 0,24
62,29 71,11
27 Chaetophora
0,13
28 Tetraedron
0,06
29 Zygnema
0,41
30 Sphaeroplea
3,12
31 Ulotrix
0,78 1,12
0,69
32 Gonatozygon
1,95 0,37
33 Mougeotia
2,34 0,16
34 Spyrogira
7,41
35 Staurastrum
0,03
36 Netrium
0,09
III Kelas
Xanthophyceae
37 Vaucheria
51,46
38 Characiopsis
0,09
39 Tribonema
1,36
IV Kelas
Universitas Sumatera Utara
Cyanophyceae
40 Spirulina
0,06 0,40
41 Phormidium
0,12
V Kelas
Cryptophyceae
42 Bangia
9,75
43 Kyliniella
0,65
44 Thiotrix
17,33
VI Kelas Insecta
45 Ekor serangga
4,29 9,97
0,053
46 Kaki serangga
4,29 4,76
Jumlah 100
100 100
100 100
Jumlah Jenis Makanan 16
23 13
22 15
Dari nilai IP Index of preponderance pada Tabel 4.3 dan Gambar 4.6 menunjukkan bahwa jenis makanan yang dimakan ikan batak Tor soro pada
stasiun 1 Sungai Ponot terdiri dari 3 kelas yaitu: Chlorophyceae, Bacillariophyceae, dan Cryptophyceae. Makanan utama ikan batak Tor soro
pada stasiun 1 Sungai Ponot berasal dari kelas Chlorophyceae Cladophora dengan IP 47,01, makanan pelengkap berasal dari kelas Bacillariophyceae
Navicula dengan IP 33,05, kelas Cryptophyceae Bangia dengan IP 9,75, sedangkan makanan tambahan berasal dari kelas Bacillariophyceae
Mastogloia, Cymbella, Nitzschia, Ghomphonema, Frustulia, Stauroneis, Fragilaria, Amphora, Tabellaria, Bacillaria, Cocconeis, Caloneis dan kelas
Chlorophyceae Chaetophora. Jenis makanan yang dimakan ikan batak Tor soro pada stasiun 1 Sungai Ponot terdiri dari 3 kelas yaitu: Chlorophyceae,
Bacillariophyceae, dan Cryptophyceae.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.6 Diagram Komposisi Makanan Ikan Batak Tor soro di stasiun 1 Sungai Ponot
Berdasarkan hasil perhitungan IP Index of preponderance pada Tabel 4.3 dan Gambar 4.7 menunjukkan bahwa jenis makanan yang dimakan ikan batak
Tor soro pada stasiun 2 Sungai Baturangin terdiri dari 6 kelas yaitu: Bacillariophyceae, Proteobacteria, Clorophyceae, Cryptophyceae, Cyanophyceae
dan Xanthophyceae. Makanan utama ikan batak Tor soro pada stasiun 2 Sungai Baturangin berasal dari kelas Bacillariophyceae Cymbella dengan IP 47,57,
makanan pelengkap berasal dari kelas Bacillariophyceae Fragilaria, Navicula, Stauroneis, Nitzschia dengan IP berturut-turut 11,24, 8,93, 7,19, 4,51,
dan kelas Proteobacteria Thiotrix dengan IP 17,33, sedangkan makanan tambahan berasal dari kelas Bacillariophyceae Amphora, Surirella, Rhopalodia,
Calonies, Diatoma, Frustulia, Pinnularia, Ghomphonema, Amphipora, Mastogloia Anomoeneis, Gyrosigma, kelas Cryptophyceae Kyliniella, kelas
Chlorophyceae Zygnema, Cladophora, Tetraedron kelas Cyanophyceae Spirulina,, dan kelas Xanthophyceae Characiopsis.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.7 Diagram Komposisi Makanan Ikan Batak Tor soro di stasiun 2 Sungai Baturangin
Dari hasil perhitungan IP Index of preponderance pada Tabel 4.3 dan Gambar 4.8 menunjukkan bahwa jenis makanan yang dimakan ikan batak Tor
soro pada stasiun 3 Sungai Tangga terdiri dari 5 kelas yaitu: Xanthophyceae, Bacillariophyceae, Chlorophyceae, Insecta, dan Cyanophyceae. Makanan utama
ikan batak Tor soro pada stasiun 3 Sungai Tangga berasal dari kelas adalah Xanthophyceae Vaucheria dengan IP 51,46, makanan pelengkap berasal dari
kelas Bacillariophyceae Diatoma, Melosira dengan nilai IP berturut-turut 14,04, 8,58,, kelas Chlorophyceae Spyrogira dengan IP 7,41 dan kelas
Insecta Ekor serangga dan Kaki serangga dengan nilai IP 4,29, sedangkan makanan tambahan berasal dari kelas Bacillariophyceae Coscinodiscus,
Nitzschia, kelas Chlorophyceae Ulotrix, Sphaeroplea, Mougeotia, Gonatozygon dan kelas Cyanophyceae Tribonema.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.8 Diagram Komposisi Makanan Ikan Batak Tor soro di stasiun 3 Sungai Tangga
Dari hasil perhitungan IP Index of preponderance pada Tabel 4.3 dan Gambar 4.9 menunjukkan bahwa jenis makanan yang dimakan ikan batak Tor
soro pada stasiun 4 Sungai Parhitean terdiri dari 4 kelas yaitu:, Chlorophyceae, Bacillariophyceae, Insecta, dan Cyanophyceae Makanan utama ikan batak Tor
soro pada stasiun 4 Sungai Parhitean berasal dari kelas Chlorophyceae Cladophora dengan IP 62,29, makanan pelengkap berasal dari kelas
Bacillariophyceae Melosira, Amphipora dengan IP berturut-turut 13,7, 5,36, kelas Insecta Ekor Serangga, Kaki Serangga dengan IP berturut-turut
9,97, 4,36 sedangkan makanan tambahan berasal dari kelas
Bacillariophyceae Diatoma, Nitzschia, Cymbella, Fragilaria, Opephora, Tabellaria, Navicula, Coscinodiscus, Synedra, Frustulia, kelas Chlorophyceae
Ulothrix, Gonatozygon, Mougeotia, Netrium, Staurastrum, kelas Cyanophyceae Spirulina, Phormidium.
Gambar 4.9 Diagram Komposisi Makanan Ikan Batak Tor soro di stasiun 4 Sungai Parhitean
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil perhitungan IP Index of preponderance pada Tabel 4.3 dan Gambar 4.10 menunjukkan bahwa jenis makanan yang dimakan ikan batak Tor
soro pada stasiun 5 Sungai Hula-huli terdiri dari 3 kelas yaitu: Chlorophyceae, Bacillariophyceae, dan Insecta. Makanan utama ikan batak Tor soro pada
stasiun 5 Sungai Hula-huli berasal dari kelas Chlorophyceae Cladophora dengan IP 71,11, makanan pelengkap berasal dari kelas Bacillariophyceae
Fragilaria dengan IP 21,03, sedangkan makanan tambahan berasal dari kelas Bacillariophyceae Amphipora, Opephora, Diatoma, Cymbella, Navicula,
Nitzschia, Bacillaria, Neidium, Tabellaria, Frustulia, Melosira, kelas Chlorophyceae Ulothrix, dan kelas Insecta Ekor Serangga.
Gambar 4.10 Diagram Komposisi Makanan Ikan Batak Tor soro di stasiun 5 Sungai Hula-huli
Jenis makanan yang ditemukan dalam lambung Ikan Batak Tor soro pada Tabel 4.3 dikelompokkan menjadi 2 dua kelompok yaitu: fitoplankton dan
insecta. Kelompok fitoplankton dikelompokkan ke dalam 6 enam kelas yaitu: Bacillariophyceae 25 genus, Chlorophyceae 11 genus, Proteobacteria 1
genus, Cryptophyceae 2 genus, Cyanophyceae 2 genus, Xanthophyceae 3 genus. Dari pengelompokan jenis makanan ikan batak Tor soro dapat
diperkirakan bahwa ikan batak Tor soro termasuk ikan omnivora cenderung
Universitas Sumatera Utara
herbivora dengan makanan utama dari kelas Chlorophyceae Cladophora, kelas Bacillariophyceae Cymbella, dan kelas Xanthophyceae Vaucheria.
Dilihat dari variasi makanan yang dikonsumsi ikan batak Tor soro di Sungai Asahan maka ikan batak Tor soro termasuk kedalam kelompok euryphagic,
yaitu ikan yang memanfaatkan bermacam-macam organisme makanan. Perbedaan
dari konsumsi makanan ini diduga karena perbedaan selera makan dan kebutuhan nutrisi ikan batak Tor soro. Menurut Effendie 1997, faktor-faktor yang
menentukan suatu spesies ikan akan memakan suatu organisme adalah ukuran makanan, ketersediaan makanan, warna, rasa, tekstur makanan, dan selera ikan
terhadap makanan. Kelompok fitoplankton tertentu di suatu perairan selain dipengaruhi oleh berbagai
faktor seperti temperatur, intensitas cahaya, kelarutan oksigen, nutrien dan juga faktor pemangsa Arinardi, 1996 dalam Sukmiwati, 2012. Banyaknya jenis
makanan dari kelas Bacillariophycea didukung oleh nilai pH yang optimal termasuk dalam kisaran pH untuk tumbuh dan berkembang pada Sungai Asahan
yaitu pH 6,2-6,6 Tabel 4.4. Bacillariophycea tumbuh dan berkembang pada kisaran pH 4,5-8,5 Arinardi, 1997. Menurut Effendi 2003, Bacillariophycea
akan tumbuh dengan baik pada kisaran temperatur 20-30°C, temperatur hasil pengukuran berkisar antara 22-26°C Tabel 4.4 hal ini berarti masih mendukung
kehidupan Bacillariophycea pada Sungai Asahan. Bacillariophycae umumnya sangat disukai oleh oleh zooplankton dan ikan dalam suatu perairan Sachlan
1982. Menurut Whitton 1975, keberadaan Bacillariophycea, Chlorophyceae, dan
Cyanophyceae pada suatu perairan karena alga tersebut dapat tumbuh pada kisaran arus yang cepat sampai lambat dan ketersediaan nutrien yang cukup.
Kecepatan arus Sungai Asahan tergolong berarus cepat berkisar antara 0,5-0,9 ms Tabel 4.4, maka hal ini sesuai dengan pandapat Welch 1980 bahwa arus yang
tergolong cepat 50-100 cms. Bacillariophycea merupakan alga yang banyak dijumpai di perairan tawar yang memiliki kadar posfat yang baik dalam
Universitas Sumatera Utara
mendukung pertumbuhan alga tersebut. Tingginya alga dari kelas Bacillariophycea memberikan efek yang baik terhadap suatu perairan karena dapat
berperan sebagai sumber bahan makanan bagi biota air Sandgren, 1988. Kilham and Kilham 1978 menyatakan bahwa dominasi suatu jenis fitoplankton
pada suatu badan air lebih ditentukan oleh perbandingan jenis nutrien yang terlarut dalam badan air. Hal ini disebabkan setiap jenis fitoplankton mempunyai
respon yang berbeda terhadap perbandingan jenis nutrien yang ada terutama perbandingan konsentrasi nitrogen, fosfor, dalam badan air. Kelompok
fitoplankton yang mendominasi perairan tawar pada umumnya terdiri dari Bacillariophycea dan Chlorophyceae serta dari kelompok Cyanophyceae Barus,
2004. Menurut Barus 2004, bahwa fluktuasi dari populasi plankton dipengaruhi oleh
perubahan berbagai kondisi lingkungan, salah satunya adalah ketersediaan nutrisi di perairan. Unsur nutrisi berupa nitrogen dan fosfor yang terakumulasi dalam
suatu perairan akan menyebabkan terjadinya pertumbuhan populasi plankton. Hal ini didukung oleh nilai kandungan fosfat yang didapat pada kedalaman di bawah
batas penetrasi cahaya cukup baik yaitu rata-rata sebesar 0,11-0,25 mgl Tabel 4.4, sedangkan kandungan fosfat yang optimum untuk pertumbuhan plankton
berkisar 0,27-5,51 mgl. Pola penyebaran plankton di dalam air tidak sama pada kedalaman yang berbeda. Perbedaan penyebaran plankton dalam air disebabkan
oleh adanya perbedaan suhu, kadar oksigen, intensitas cahaya dan faktor-faktor lainnya di kedalaman air yang berbeda Suin, 2002.
4.4 Hasil Pengukuran Faktor Fisik-Kimia Perairan Sungai Asahan