tinggi angka nilai BOD
5
semakin tinggi tingkat pencemaran oleh bahan organik Barus, 2004. Nilai BOD
5
4.4.8 Nitrat NO
kelima stasiun penelitian masih mendukung kehidupan ikan sesuai dengan baku mutu air kelas III berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001.
3
Nilai nitrat dari kelima stasiun penelitian berkisar antara 0,1-0,2 mgl, tertinggi terdapat pada stasiun 2 Sungai Baturangin dan stasiun 3 Sungai
Tangga yakni 0,2 mgl. Nilai nitrat terendah terdapat pada stasiun 1 Sungai Ponot, stasiun 4 Sungai Parhitean dan stasiun 5 Sungai Hula-huli yakni 0,1
mgl. Nitrat merupakan salah satu nutrisi penting bagi kehidupan plankton, secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap ikan, dimana plankton merupakan
bahan makanan untuk ikan. Menurut Barus 2004, nitrat merupakan produk akhir dari proses penguraian protein dan nitrit. Nitrat merupakan zat nutrisi yang
dibutuhkan oleh tumbuhan termasuk algae dan fitoplankton untuk dapat tumbuh dan berkembang, sementara nitrit merupakan senyawa toksik yang dapat
mematikan organisme air. Nilai Nitrat NO
3
4.4.9 Posfat PO
dari kelima stasiun tersebut masih mendukung kehidupan ikan sesuai dengan baku mutu air kelas III berdasarkan PP
No. 82 Tahun 2001 yang berada pada batas 20 mgl.
4 3-
Nilai fosfat dari kelima stasiun penelitian berkisar antara 0,11-0,25 mgl, nilai fosfat tertinggi terdapat pada stasiun 2 Sungai Baturangin yakni 0,25 mgl,
hal ini kemungkinan disebabkan pada stasiun ini terdapat penambangan batu karena pecahan batu mengandung unsur posfat yang masuk ke badan air sungai.
Nilai fosfat terendah terdapat pada stasiun 5 Sungai Hula-huli yakni 0,11 mgl, hal ini kemungkinan disebabkan pada stasiun ini tidak terdapat banyak aktivitas
masyarakat sehingga tidak ada masukan nutrisi dari luar yang dapat mempengaruhi kandungan fosfat pada stasiun ini. Nilai Posfat PO
4 3-
dari kelima stasiun tersebut masih mendukung kehidupan ikan sesuai dengan baku mutu air
kelas III berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001 yang berada pada batas 1 mgl.
Universitas Sumatera Utara
Fosfat merupakan salah satu nutrisi penting bagi kehidupan plankton secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap ikan, dimana plankton
merupakan bahan makanan untuk ikan. Menurut Alaert dan Sri 1987, untuk mencapai pertumbuhan plankton yang optimal, diperlukan konsentrasi Fosfat pada
kisaran 0,27 mgl–5,51 mgl dan akan menjadi faktor pembatas apabila kurang dari 0,02 mgl. Bila kadar Fosfat pada air alam sangat rendah 0,01 mgl, maka
pertumbuhan tanaman ganggang akan terhalang oligotrop. Sedangkan bila kadar Fosfat dan nutrien lainnya tinggi, maka pertumbuhan tanaman dan ganggang tidak
terbatas lagi eutotrop sehingga tanaman tersebut akan dapat menghabiskan oksigen dalam sungai pada malam hari.
Barus 2004 menyatakan dalam ekosistem air, fosfor terdapat dalam tiga bentuk yaitu senyawa fosfor anorganik seperti ortofosfat, senyawa organik dalam
protoplasma dan sebagai senyawa organik terlarut yang terbentuk dari proses penguraian tubuh organisme. Fosfor berasal terutama dari sedimen yang
selanjutnya akan terinfiltrasi ke dalam air tanah dan akhirnya masuk kedalam sistem perairan terbuka seperti sungai dan kadar fosfat meningkat dengan
bertambahnya kedalaman. Kadar fosfat yang tinggi pada kedalaman tertentu dapat berasal dari peruraian senyawa-senyawa organik hewan, tumbuhan, dan lain-
lain, pengadukan dari lapisan-lapisan yang lebih dalam yang kaya akan fosfat, sedangkan pada lapisan dekat dasar dapat berasal dari peluruhan sedimen di dasar
perairan.
4.5 Analisis Korelasi Pearson r antara Faktor Fisik-Kimia LingkunganPerairan Sungai Asahan dengan jenis makanan yang
ditemukan dalam lambung Ikan Batak Tor soro
Berdasarkan pengukuran faktor fisik kimia perairan yang telah dilakukan pada setiap stasiun penelitian dan dikorelasikan dengan jenis makanan maka
diperoleh nilai Korelasi Pearson r seperti terlihat pada Tabel 4.5. berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.5 Hasil Analisis Korelasi Pearson r antara Faktor Fisik- Kimia Lingkungan Perairan Sungai Asahan dengan
Jenis Makanan yang Dimakan Ikan Batak Tor soro
Jenis Makanan
Faktor Fisik Kimia
Tem pera
tur Kecera
han Arus
Intensi tas
cahaya pH
DO BOD
5
NO
3
PO
4
Makanan Utama
Cladophora
0,754 0,787
-0,017 0,601
0,655 -0,363
0,055 -0,967
-0,639
Vaucheria
-0,063 -0,308
-0,185 -0,372
-0,272 -0,132
-0,515 0,612
0,131
Cymbella
-0,687 -0,790
0,431 -0,480
-0,272 0,395
0,284 0,619
0,691
Makanan Pelengkap
Navicula
-0,579 0,456
-0,388 0,188
-0,708 0,791
0,830 -0,251
-0,347
Fragilaria
0,193 -0,246
0,960 -0,546
0,598 0,079
0,256 -0,080
-0,245
Diatoma
-0,063 -0,308
-0,185 -0,372
-0,612 0,659
0,728 -0,418
-0,523
Melosira
0,504 0,074
-0,585 0,579
0,229 -0,840
-0,891 -0,024
0,385
Ekor serangga
0,554 0,139
-0,581 0,685
0,296 -0,860
-0,837 -0,147
0,380
Bangia
-0,375 0,655
-0,492 0,311
-0,612 0,659
0,728 -0,428
-0,523
Amphipora
0,562 0,270
-0,492 0,835
0,408 -0,791
-0,603 -0,408
0,318
Kaki serangga
0,434 -0,007
-0,565 0,685
0,140 -0,779
-0,914 0,123
0,373
Nitzschia
-0,689 -0,792
0,431 -0,480
-0,272 0,395
0,284 0,615
0,523
Spyrogira
-0,063 -0,308
-0,185 -0,372
-0,612 0,659
0,728 0,612
0,131
Thiotrix
-0,677 -0,790
0,431 -0,480
-0,272 0,395
0,284 0,612
0,691
Stauroneis
-0,688 0,659
0,431 -0,480
-0,272 0,284
0,284 0,618
0,681
Ket: Nilai + = Arah korelasi searah Nilai - = Arah korelasi berlawanan
Universitas Sumatera Utara
Dari Tabel 4.5 di atas dapat dilihat bahwa hasil uji analisis korelasi pearson antara faktor fisik-kimia Sungai Asahan dengan jenis makanan berdasarkan nilai
IP Index of Prepoderance pada ikan batak Tor soro berbeda tingkat korelasi dan arah korelasinya. Temperatur, kecerahan, intensitas cahaya, pH, berkorelasi
positif searah terhadap Cladophora serta berkorelasi negatif berlawanan terhadap Vaucheria dan Cymbella. Arus air, DO berkorelasi positif searah
terhadap Cymbella serta berkorelasi negatif berlawanan terhadap Cladophora dan Vaucheria. BOD
5
Berkorelasi positif searah berarti semakin tinggi nilai suatu faktor fisik- kimia perairan maka cenderung semakin tinggi nilai jenis makanan yang dimakan
ikan batak Tor soro, sedangkan berkorelasi negatif berlawanan berarti naiknya nilai faktor fisik-kimia justru akan menyebabkan nilai jenis makanan yang
dimakan ikan batak Tor soro cenderung menurun. Menurut Sugiyono 2005, koefisien korelasi dapat dibagi menjadi beberapa tingkatan yaitu: Interval
Koefisien: 0,00-0,199 Sangat Rendah, 0,20-0,399 Rendah, 0,40-0,599 Sedang, 0,60-0,799 Kuat, dan 0,80-1,00 Sangat Kuat.
berkorelasi positif searah terhadap Cladophora dan Cymbella serta berkorelasi negatif berlawanan terhadap Vaucheria. Nitrat dan
posfat berkorelasi positif searah terhadap Vaucheria dan Cymbella serta berkorelasi negatif berlawanan terhadap Cladophora.
Berdasarkan hasil analisis korelasi dapat diketahui bahwa korelasi antara faktor fisik-kimia dengan nilai IP Index of Prepoderance Ikan Batak Tor soro
di Sungai Asahan memiliki hubungan yaitu: a Temperatur, hubungan yang kuat diperoleh dari Cladophora 0,754, dan hubungan yang sangat rendah pada
Diatoma, dan Spyrogira 0,063. b Kecerahan, hubungan yang kuat diperoleh dari Nitzschia 0,792 dan hubungan yang sangat rendah pada seranggakaki
serangga 0,007. c Arus air, hubungan yang sangat kuat diperoleh dari Fragilaria 0,960 dan hubungan yang sangat rendah pada Cladophora 0,017.
d Intensitas cahaya, hubungan yang sangat kuat diperoleh dari Amphipora 0,835 dan hubungan yang sangat rendah pada Navicula 0,188. e pH,
hubungan yang kuat diperoleh dari Navicula 0,708 dan hubungan yang sangat
Universitas Sumatera Utara
rendah pada seranggakaki serangga 0,140. f DO, hubungan yang sangat kuat diperoleh dari seranggaekor serangga 0,860 dan hubungan yang sangat rendah
pada Fragilaria 0,079. g BOD
5
, hubungan yang kuat diperoleh dari seranggakaki serangga 0,914 dan hubungan yang sangat rendah pada
Cladophora 0,055. h Nitrat, hubungan yang kuat diperoleh dari Cladophora 0,967 dan hubungan yang sangat rendah pada Melosira 0,024. i Posfat,
hubungan yang kuat diperoleh dari Cymbella dan Thiotrix 0,691 dan hubungan yang sangat rendah pada Vaucheria dan Spyrogira 0,131. Berdasarkan hasil
analisis korelasi Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa korelasi antara faktor fisik- kimia dengan nilai IP Index of Prepoderance Ikan Batak Tor soro di Sungai
Asahan menunjukkan bahwa nitrat berpengaruh sangat nyata terhadap Cladophora, kecepatan arus berpengaruh nyata terhadap Fragilaria, BOD
5
DO merupakan suatu faktor yang sangat penting di dalam ekosistem akuatik, terutama sekali dibutuhkan untuk proses respirasi bagi sebagian besar
organisme termasuk plankton. Populasi plankton seringkali mengalami perubahan dalam komposisi jenis dan jumlahnya, bila plankton berkembang menjadi padat
blooming akan menimbulkan berkurangnya oksigen terlarut atau sebaliknya. berpengaruh nyata terhadap Melosira, dan DO berpengaruh nyata terhadap
seranggakaki serangga.
Kenaikan temperatur perairan akan menyebabkan laju respirasi biota semakin meningkat, sehingga dibutuhkan O
2
yang lebih banyak jadi jelas akan mempengaruhi kadar Oksigen terlarut dalam perairan Boyd, 1996. Temperatur
berbanding terbalik dengan nilai DO. Semakin tinggi temperatur maka semakin rendah nilai oksigen terlarut. Kebutuhan oksigen oleh hidrobiota akan meningkat
apabila oksigen terlarut di perairan semakin kecil, hal ini dapat diakibatkan karena banyaknya substansi yang terlarut di dalam air. Oksigen yang terlarut
dipergunakan untuk proses oksidasi, sehingga menyebabkan oksigen terlarut semakin kecil dan angka BOD
5
semakin tinggi. BOD
5
yang tinggi menunjukkan terjadinya pencemaran organik pada suatu perairan Barus, 2004.
Universitas Sumatera Utara
Kecerahan suatu perairan berkaitan dengan padatan tersuspensi, warna air dan penetrasi cahaya matahari ke dalam perairan. Partikel yang terlarut pada
perairan dapat menghambat cahaya yang datang, sehingga dapat menurunkan intensitas cahaya yang tersedia bagi organisma fotosintetik seperti alga,
fitoplankton dan hidrophyta lainnya Odum, 1994. Cahaya matahari tidak dapat menembus dasar perairan jika konsentrasi bahan tersuspensi atau terlarut tinggi,
akibatnya akan mempengaruhi proses fotosintesis di dalam perairan tersebut. Berkurangnya intensitas cahaya matahari karena banyak faktor, antara lain adanya
bahan yang tidak larut seperti debu, tanah liat maupun mikroorganisme air yang mengakibatkan air menjadi kotor atau tidak jernih Sastrawijaya, 1991.
Jubaedah 2006, menjelaskan bahwa penetrasi cahaya seringkali dihalangi oleh zat yang terlarut dalam air, membatasi zona fotosintesis dimana habitat
akuatik dibatasi oleh kedalaman. Kekeruhan, terutama disebabkan oleh lumpur dan partikel yang mengendap sebagai faktor pembatas. Kekeruhan dan kedalaman
air mempunyai pengaruh terhadap jumlah dan jenis hewan akuatik. Secara keseluruhan hasil uji tentang keadaan sifat fisik-kimia Sungai
Asahan dihubungkan dengan baku mutu kualitas air berdasarkan PP 82 Tahun 2001 menunjukkan bahwa Sungai Asahan tergolong ke dalam kelas III, artinya air
tersebut belum tercemar dan masih memungkinkan organisme air untuk dapat melangsungkan hidupnya di sungai tersebut.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN