Teori Suku Bunga Suku Bunga

75 pinjaman lebih. Dana yang diperoleh dari penjualan aset keuangan masuk kembali aliran pengeluaran konsumsi dan investasi. The interest rate is the borrower’s cost on loan and the lender’s reward on the invesment. Interest rates affect individuals’ decisions about whether to spend more or save to buy a house or for retirement. They also affect bussinesspeople’s decisions about whether to expand operations by building factories and purchasing new equipment or buy treasury bonds. Savers must evaluate the interest they will earn, and the rate of return on their investment, to select the financial instrument that offers them the best deal R. Glenn Hubbard, 2005: 60. Menurutnya tingkat bunga adalah biaya peminjam pada pinjaman dan hadiah kreditur pada investasi. Suku bunga mempengaruhi keputusan individu mengenai apakah untuk menghabiskan lebih banyak atau menyimpan untuk membeli rumah atau untuk pensiun. Mereka juga mempengaruhi keputusan binsis masyarakat tentang apakah akan memperluas operasi dengan membangun pabrik dan membeli peralatan baru atau membeli obligasi. Penabung harus mengevaluasi bunga yang mereka akan memperoleh, dan tingkat pengembalian investasi mereka, untuk memilih instrumen keuangan yang menawarkan mereka kesepakatan terbaik.

2. Teori Suku Bunga

Berikut adalah beberapa teori yang berkaitan dengan tingkat bunga, yaitu: 76 a. Pendapat Kaum Klasik Mengenai Tingkat Suku Bunga Menurut teori Klasik tabungan merupakan fungsi dari tingkat suku bunga dimana pergerakan tingkat bunga pada perekonomian akan mempengaruhi jumlah tabungan yang terjadi. Berarti keinginan masyarakat menabung sangat tergantung pada tingkat bunga. Semakin tinggi tingkat bunga, semakin besar keinginan masyarakat untuk menabung atau masyarakat terdorong untuk mengorbankan pengeluarannya guna menambah tabungan. Jadi tingkat suku bunga menurut kaum Klasik adalah balas jasa yang diterima seseorang karena menabung atau hadiah yang diterima seseorang karena menunda konsumsinya. b. Pendapat Keynes Mengenai Tingkat Suku Bunga Keynes menyatakan bahwa tingkat bunga adalah tingkat balas jasa yang diterima seseorang karena orang tersebut tidak menimbun uang atau balas jasa yang diterima seseorang karena orang tersebut mengorbankan liquidity preferencenya. Makin besar liquidity preference seseorang makin besar keinginan seseorang tersebut untuk menahan uang tunai, maka makin besar tingkat suku bunga yang diterima orang tersebut bila dia meminjamkan uang tersebut kepada orang lain. Pendapat Keynes ini berbeda dengan pendapat aliran Klasik, dimana tingkat suku bunga menurut Klasik adalah premi yang diterima karena menunda konsumsinya pada masa yang akan datang. Permintaan uang mempunyai hubungan yang negatif dengan tingkat suku bunga. Hubungan negatif antara permintaan uang dengan tingkat suku bunga 77 ini dapat diterangkan oleh Keynes. Keynes mengatakan bahwa masyarakat mempunyai pendapat tentang adanya suku bunga nominal natural rate. Bila tingkat bunga turun dari tingkat bunga normal, dalam masyarakat ada suatu keyakinan bahwa suku bunga akan naik di masa yang akan datang. Bila masyarakat memegang obligasi surat berharga pada saat suku bunga naik harga obligasi akan mengalami penurunan pemilik obligasi akan mengalami kerugian capital loss. Untuk menghindari kerugian ini, tindakan yang dilakukan adalah dengan menjual obligasinya, dengan sendirinya akan mendapat uang kas dan uang kas ini yang dipegang pada saat suku bunga naik. Hubungan inilah yang disebut motif spekulasi permintaan uang kas, karena masyarakat akan melakukan spekulasi tentang obligasi dimasa yang akan datang. Tanggapan Keynes yang kedua adalah berhubungan dengan ongkos harga memegang uang kas karena makin tinggi tingkat bunga makin besar ongkos memegang uang kas sesuai dengan tingkat bunga yang diperoleh karena kekayaan dinyatakan dalam bentuk uang kas. Hal ini akan menyebabkan keinginan memegang uang kas juga akan menurun. Bila tingkat bunga turun berarti ongkos memegang uang kas akan semakin rendah sehingga permintaan uang kas naik. c. Teori Bunga Moneter dan Teori Bunga Riil Dalam teori Klasik suku bunga keseimbangan adalah satu-satunya suku bunga yang terjadi karena tingkat suku bunga tersebut tergantung skedul permintaan investasi dan tabungan full employment, maka suku bunga 78 keseimbangan dianggap sebagai fenomena riil yang tergantung pada produktivitas investasi dan kebiasaan menabung masyarakat. Pandangan Klasik ini bertentangan dengan Keynes yang menyatakan bahwa suku bunga merupakan fenomena moneter yang ditentukan perpotongan antara skedul permintaan uang dan jumlah uang yang beredar.

F. Uang Beredar

Dokumen yang terkait

Analisis pengaruh nilai tukar, kridit, suku bunga SBI, Inflasi dan investasi terhadap jumlah uang beredar (m2) di Indonesia

0 3 157

Pengaruh variabel makro ekonomi terhadap harga saham syariah di Indonesia dan Malaysia periode Mei 2011 – Desember 2015

0 14 127

ANALISIS JUMLAH UANG BEREDAR DAN TINGKAT SUKU ANALISIS JUMLAH UANG BEREDAR DAN TINGKAT SUKU BUNGA SBI TERHADAP INFLASI DI INDONESIA TAHUN 1984-2009.

0 2 14

ANALISIS INTERDEPENDENSI JUMLAH UANG BEREDAR, SUKU BUNGA SBI,NILAI TUKAR DAN TINGKAT INFLASI DI INDONESIA.

2 12 17

PENGARUH SUKU BUNGA (BI RATE), HARGA EMAS DUNIA, TINGKAT INFLASI, JUMLAH UANG BEREDAR (M2) DAN HARGA MINYAK DUNIA Pengaruh Suku Bunga (Bi Rate), Harga Emas Dunia, Tingkat Inflasi, Jumlah Uang Beredar (M2) Dan Harga Minyak Dunia Terhadap Indeks Harga Saha

0 5 17

PENGARUH SUKU BUNGA (BI RATE), HARGA EMAS DUNIA, TINGKAT INFLASI, JUMLAH UANG BEREDAR (M2) DAN HARGA Pengaruh Suku Bunga (Bi Rate), Harga Emas Dunia, Tingkat Inflasi, Jumlah Uang Beredar (M2) Dan Harga Minyak Dunia Terhadap Indeks Harga Sahamjakarta Isla

0 2 19

ANALISIS PENGARUH JUMLAH UANG BEREDAR (JUB), KURS DAN SUKU BUNGA TERHADAP LAJU INFLASI DI Analisis Pengaruh Jumlah Uang Beredar (Jub), Kurs dan Suku Bunga Terhadap Laju Inflasi Di Indonesiatahun 1999-2014.

0 4 16

ANALISIS PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA, INFLASI DAN JUMLAH UANG BEREDAR (M2) TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Inflasi Dan Jumlah Uang Beredar (M2) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009:05

0 12 15

ANALISIS PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA, INFLASI DAN JUMLAH UANG BEREDAR (M2) TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Inflasi Dan Jumlah Uang Beredar (M2) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009:05

0 3 18

PENGARUH JUMLAH UANG BEREDAR TERHADAP INFLASI, SUKU BUNGA DAN NILAI TUKAR UANG SERTA DAMPAKNYA PADA INVESTASI DI INDONESIA

0 1 8