Penentu tabungan Penentu-penentu lainnya

64 Menurutnya Secara umum, tabungan bagian unit ekonomi-apakah rumah tangga, bisnis, universitas, atau negara-dapat didefinisikan sebagai pendapatan saat ini dikurangi pengeluaran pada kebutuhan saat ini. Misalnya, jika cinsuelo mendapatkan 300 per minggu, menghabiskan 280 mingguan pada biaya hidup seperti sewa, makanan, pakaian dan hiburan, dan sisa depositonya 20 di bank, tabungan nya adalah 20 per minggu. Tingkat tabungan dari setiap unit ekonomi adalah tabungan dibagi dengan pendapatan. Sejak consuelo menabung 20 dari pendapatan mingguan sebesar 300, tingkat tabungannya adalah 20 300, atau 6,7 persen. Sedangkan menurut Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia 2011 tabungan adalah simpanan pada bank umum dan BPR dalam rupiah milik pihak ketiga, yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau alat yang dapat dipersamakan dengan itu. Wikipedia bahasa Indonesia menyatakan bahwa tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.

2. Penentu tabungan

a. Teori Klasik Menurut teori klasik tabungan merupakan fungsi dari suku bunga, bahwa semakin tinggi tingkat bunga akan semakin tinggi pula keinginan masyarakat untuk menabung. Artinya pada tingkat bunga yang lebih tinggi masyarakat 65 akan lebih terdorong untuk mengorbankan konsumsi guna menambah tabungan. Investasi juga tergantung atau merupakan fungsi dari tingkat bunga, semakin tinggi tingkat bunga keinginan untuk melakukan investasi juga semakin kecil. Alasannya, seorang pengusaha akan menambah pengeluaran investasinya apabila keuntungan yang diharapkan dari investasi lebih besar dari tingkat bunga yang harus dia bayar. Semakin rendah tingkat bunga, pengusaha akan lebih terdorong untuk melakukan investasi, sebab biaya pengguna dana cost of capital juga semakin kecil Sekti Wibowo Listyoadi, 2005. b. Teori Keynes Dalam teori keynesian berpendapat bahwa tingkat bunga tidaklah ditentukan oleh interaksi tabungan dan oleh investasi di pasar modal, akan tetapi tingkat bunga merupakan fenomena moneter, artinya tingkat bunga ditentukan oleh permintaan dan penawaran uang di pasar uang. Uang akan mempengaruhi kegiatan ekonomi pendapatan domestik sepanjang uang itu mempengaruhi tingkat bunga. Perubahan tingkat bunga selanjutnya akan mempengaruhi keinginan untuk berinvestasi sektor perusahaan karena investasi sendiri sangat sensitif terhadap tingkat bunga. Tabungan sendiri menurut mereka tidaklah ditentukan oleh tingkat bunga, namun lebih ditentukan oleh tingkat pendapatan, semakin tinggi tingkat pendapatan akan semakin tinggi pula tabungan yang dilakukan sektor rumah tangga Vanieris dalam Sekti Wibowo Listyoadi, 2005. 66

3. Penentu-penentu lainnya

Sadono sukirno 2004: 119-121 menjelaskan ada faktor-faktor lain yang menentukan tabungan selain dari pandangan Keynes dan Klasik diatas diantaranya: a. Kekayaan yang telah terkumpul Sebagai akibat dari mendapat harta warisan atau tabungan yang banyak sebagai akibat usaha dimasa lalu, maka seseorang berhasil mempunyai kekayaan yang mencukupi. Dalam keadaan seperti itu ia sudah tidak terdorong lagi untuk menabung lebih banyak. Maka lebih besar bagian dari pendapatannya yang digunakan untuk konsumsi dimasa sekarang. Sebaliknya, untuk orang yang tidak memperoleh warisan atau kekayaan; mereka akan lebih bertekad untuk menabung. Untuk memperoleh kekayaan yang lebih banyak dimasa yang akan datang atau untuk memenuhi kebutuhan masa depan keluarganya seperti membeli rumah, membiayai pendidikan anak atau membuat tabungan untuk persiapan di hari tua. b. Sikap berhemat Berbagai masyarakat mempunyai sikap yang berbeda dalam menabung dan berbelanja. Ada masyarakat yang tidak suka berbelanja berlebih-lebihan dan lebih mementingkan tabungan. Dalam masyarakat seperti itu APC dan MPCnya adalah lebih rendah. Tetapi ada pula masyarakat yang mempunyai kecendrungan menkonsumsi yang tinggi yang berarti APC dan MPCnya adalah tinggi. 67 c. Keadaan perekonomian Dalam perekonomian yang tumbuh dengan teguh dan tidak banyak pengangguran, masyarakat berkecendrungan melakukan pengeluaran yang lebih aktif. Mereka mempunyai kecendrungan berbelanja lebih banyak pada masa kini dan kurang menabung. Tetapi dalam keadaan kegiatan perekonomian yang lambat perkembangannya, tingkat pengangguran menunjukkan tendensi meningkat dan sikap masyarakat dalam menggunakan uang dan pendapatannya menjadi makin berhati-hati. d. Distribusi pendapatan Dalam masyarakat yang distribusi pendapatannya tidak merata, lebih banyak tabungan akan dapat diperoleh. Dalam masyarakat yang demikian i sebagian besar pendapatan nasional dinikmati oleh segolongan kecil penduduk yang sangat kaya dan ii golongan masyarakat ini mempunyai kecendrungan menabung yang tinggi, maka mereka dapat menciptakan tabungan yang banyak. Segolongan besar penduduk mempunyai pendapatan yang hanya cukup membiayai konsumsinya dan tabungannya adalah kecil. Dalam masyarakat yang distribusi pendapatannya lebih seimbang, tingkat tabungannya relatif sedikit karena mereka mempunyai kecondongan menkonsumsi yang tinggi. e. Tersedia tidaknya dana pensiun yang mencukupi Program dana pensiun dijalankan di berbagai negara, ada negara yang memberikan pensiun yang cukup tinggi kepada golongan penduduknya yang telah tua. Apabila pendapatan dari pensiun besar jumlahnya, para pekerja 68 tidak terdorong untuk melakukan tabungan yang banyak pada masa bekerja dan ini menaikkan tingkat konsumsi. Sebaliknya, apabila pendapatan pensiun sebagai jaminan hidup di hari tua sangat tidak mencukupi, masyarakat cenderung akan menabung lebih banyak ketika mereka bekerja.

D. Pendapatan Perkapita

Dokumen yang terkait

Analisis pengaruh nilai tukar, kridit, suku bunga SBI, Inflasi dan investasi terhadap jumlah uang beredar (m2) di Indonesia

0 3 157

Pengaruh variabel makro ekonomi terhadap harga saham syariah di Indonesia dan Malaysia periode Mei 2011 – Desember 2015

0 14 127

ANALISIS JUMLAH UANG BEREDAR DAN TINGKAT SUKU ANALISIS JUMLAH UANG BEREDAR DAN TINGKAT SUKU BUNGA SBI TERHADAP INFLASI DI INDONESIA TAHUN 1984-2009.

0 2 14

ANALISIS INTERDEPENDENSI JUMLAH UANG BEREDAR, SUKU BUNGA SBI,NILAI TUKAR DAN TINGKAT INFLASI DI INDONESIA.

2 12 17

PENGARUH SUKU BUNGA (BI RATE), HARGA EMAS DUNIA, TINGKAT INFLASI, JUMLAH UANG BEREDAR (M2) DAN HARGA MINYAK DUNIA Pengaruh Suku Bunga (Bi Rate), Harga Emas Dunia, Tingkat Inflasi, Jumlah Uang Beredar (M2) Dan Harga Minyak Dunia Terhadap Indeks Harga Saha

0 5 17

PENGARUH SUKU BUNGA (BI RATE), HARGA EMAS DUNIA, TINGKAT INFLASI, JUMLAH UANG BEREDAR (M2) DAN HARGA Pengaruh Suku Bunga (Bi Rate), Harga Emas Dunia, Tingkat Inflasi, Jumlah Uang Beredar (M2) Dan Harga Minyak Dunia Terhadap Indeks Harga Sahamjakarta Isla

0 2 19

ANALISIS PENGARUH JUMLAH UANG BEREDAR (JUB), KURS DAN SUKU BUNGA TERHADAP LAJU INFLASI DI Analisis Pengaruh Jumlah Uang Beredar (Jub), Kurs dan Suku Bunga Terhadap Laju Inflasi Di Indonesiatahun 1999-2014.

0 4 16

ANALISIS PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA, INFLASI DAN JUMLAH UANG BEREDAR (M2) TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Inflasi Dan Jumlah Uang Beredar (M2) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009:05

0 12 15

ANALISIS PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA, INFLASI DAN JUMLAH UANG BEREDAR (M2) TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Inflasi Dan Jumlah Uang Beredar (M2) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009:05

0 3 18

PENGARUH JUMLAH UANG BEREDAR TERHADAP INFLASI, SUKU BUNGA DAN NILAI TUKAR UANG SERTA DAMPAKNYA PADA INVESTASI DI INDONESIA

0 1 8