UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
emulsi kontrol dan emulsi sampel tetap minyak dalam air yang menandakan emulsi tersebut stabil.
4.1.6 Uji Sentrifugasi dari Emulsi Minyak Biji Jinten Hitam
Pegujian sentrifugasi dilakukan menggunakan alat uji sentrifugasi. Hasil uji sentrifugasi pada emusli sampel dan kontrol dapat dilihat pada tabel 4.12
berikut ini.
Tabel 4.12 Hasil Uji Sentrifugasi Emulsi Minyak Jinten Hitam Emulsi Kontrol dan Sampel
Sediaan Awal
Akhir Emulsi kontrol 1
Homogen dan tidak ada pemisahan antara dua fase
fase air dan fase minyak Terjadi pemisahan antara
dua fase bagian atas : fase minyak ; bagian
bawah : fase air Emulsi kontrol 2
Homogen dan tidak ada pemisahan antara dua fase
fase air dan fase minyak Terjadi pemisahan antara
dua fase bagian atas : fase minyak ; bagian
bawah : fase air Emulsi sampel 1
Homogen dan tidak ada pemisahan antara dua fase
fase air dan fase minyak Terjadi pemisahan antara
dua fase bagian atas : fase minyak ; bagian
bawah : fase air Emulsi sampel 2
Homogen dan tidak ada pemisahan antara dua fase
fase air dan fase minyak Terjadi pemisahan antara
dua fase bagian atas : fase minyak ; bagian
bawah : fase air
Sampel 1 Sampel 2 Kontrol 1 Kontrol 2
Gambar 4.4 Hasil Sentrifugasi Emulsi Minyak Biji Jinten Hitam Kontrol dan Sampel
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Uji sentrifugasi merupakan alat yang sangat berguna untuk mengevaluasi dan meramalkan shelf-life sediaan emulsi dengan mengamati pemisahan fase
terdispersi karena pembentukkan krim atau penggumpalan Lachman, et al., 1994.
Dari tabel 4.12 terlihat bahwa pada emulsi kontrol dan emulsi sampel sebelum dilakukan uji sentrifugasi masih homogen akan tetapi setelah dilakukan uji
sentrifugasi dengan kecepatan 3500 rpm selama 3 menit terjadi pemisahan antara dua fase, yaitu : bagian atas fase minyak dan bagian bawah fase air. Dimana
fenomena ini merupakan ketidakstabilan dari emulsi yang menyebabkan waktu simpan dari emulsi kontrol dan emulsi sampel singkat.
4.2 Analisa Komponen Kimia Emulsi Minyak Biji Jinten Hitam
4.2.1 Kondisi Optimasi GCMS
Optimasi GCMS dilakukan berdasarkan jurnal Kostadinovic,et al., 2012 yang telah dimodifikasi. Mode split yang digunakan adalah 1 : 50, laju alir gas
diprogram dengan kecepatan 1 mlmenit, suhu oven yang digunakan 100°C kemudian ditahan selama 3 menit lalu suhu dinaikkan menjadi 260°C, dan volume
minyak biji jinten hitam yang diinject sebanyak 1 µl.
4.2.2 Analisa Stabilitas Komponen Kimia Emulsi Minyak Biji Jinten Hitam
1. Preparasi Sampel dan Kontrol A. Hasil Demulsifikasi Emulsi Minyak Biji Jinten Hitam
Pemecahan emulsi pada penelitian ini digunakan HCL pekat sebanyak 5 ml, dimana HCL pekat merupakan asam kuat yang dapat memecah sediaan emulsi.
Pemecahan emulsi kontrol dan emulsi sampel dilakukan pada hari ke 0, 2, 7, 14, dan 21. Dimana masing-masing dari emulsi kontrol dan emulsi sampel yang sudah
diberi label hari evaluasi dilakukan demulsifikasi sesuai dengan label yang sudah tertera. Sampel ditimbang dalam tabung erlemeyer lalu ditambahkan 5 ml HCL
untuk memecah fase minyak dan fase air dari emulsi. Lalu dilakukan pengenceran dengan menambahkan aquades sebanyak 9 ml. Tujuan dilakukan pengenceran ini
adalah agar antara fase air dan fase minyak benar-benar memisah. Ketika fase air
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dan fase minyak sudah memisah maka dilakukan tahap selanjutnya, yaitu ekstraksi cair-cair menggunakan pelarut heksan dan etil asetat.
B. Hasil Ektraksi Cair-Cair Emulsi Minyak Biji Jinten Hitam Tujuan dari ekstraksi cair-cair ini adalah untuk menarik minyak biji jinten
hitam yang terkandung dalam emulsi setelah dilakukannya pemecahan emulsi tersebut. Ekstraksi cair-cair merupakan cara yang digunakan untuk memisahkan
dua zat cair yang saling bercampur dengan menggunakan pelarut yang dapat bercampur dengan salah salah satu zat. Fase minyak dari emulsi minyak biji jinten
hitam ini dapat larut pada pelarut n-heksan dan etil asetat, maka dari itu dilakukan ekstraksi cair-cair menggunakan pelarut tersebut. Ekstraksi cair-cair dilakukan
didalam corong pisah. Setelah didapat fase heksan dan fase etil maka dilakukan evaporasi yang bertujuan untuk menghasilkan minyak pada fase hexsan dan fase
etil menjadi pekat. Setelah minyak pekat didapat lalu ditimbang dan dihitung hasil rendemen ekstrak minyak biji jinten hitam yang dieproleh. Hasil rendemen
ekstraksi emulsi minyak biji jinten hitam sampel dan kontrol dapat dilihat pada tabel 4.13, 4.14, 4.15, dan 4.16 dibawah ini.
Tabel 4.13 Hasil Rendemen Ekstraksi Emulsi Minyak Biji Jinten Hitam Kontrol Fase Heksan
Hari ke-
Hasil Rendemen Ekstraksi Emulsi Minyak Biji Jinten Hitam Fase Heksan
Emulsi Sampel 1 Emulsi Sampel 2
Rata-Rata 0,98
1,39 1,19
2 0,90
0,95 0,93
7 0,36
0,23 0,29
14 0,20
0,20 0,20
21 0,07
0,04 0,05