Minyak atsiri TINJAUAN PUSTAKA
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
benzil benzoat biasa diformulasikan untuk emulsi penggunaan eksternal Aulton and Taylor, 2001.
Dalam penelitian ini fase minyak yang digunakan adalah minyak biji jinten hitam. Sampel minyak biji jinten hitam didapatkan dari CV.Cipta Anugrah.
Dibeli sebanyak 3 liter pada tanggal 16 Desember 2014. Sampel minyak biji jinten hitam yang dibeli memiliki Certificate of Analysis COA. Pada COA
minyak biji jinten hitam terdapat data karakterisasi dari minyak biji jinten hitam tersebut yang meliputi:
a Organoleptis
: cairan berminyak, berwarna kuning pucat sampai kuning dan kuning kehijauan, berbau khas dan
memiliki rasa khas minyak biji jinten hitam. b
Berat jenis : 0.9152 - 0.9260
c Nilai asam
: maksimal 10 d
Nilai peroksida : maksimal 45 ml oksigen dalam setiap kg sampel.
e Titik nyala
: 148
o
C f
Penyimpanan : Dalam ruang gelap, dingin, kering, dan ruangan
berventilasi. g
Waktu simpan : 24 bulan dalam penyimpanan yang benar.
h Komponen utama
: asam stearat 2-3, asam oleat 20-30, asam linoleat 50-65.
b. Fase Air
Fase air atau pelarut yang digunakan dalam pembuatan emulsi adalah aquademineralisata. Aqua demineralisata ini diperoleh dengan cara penyulingan,
pertukaran ion, osmosis terbalik, atau cara lain yang sesuai. Air yang digunakan harus bebas mineral, partikel, dan mikroba. Rowey, Sheskey dan Owen, 2006.
c. Emulsifying Agent Emulgator
Zat pengemulsi harus mempunyai kualitas tertentu dimana salah satunya adalah dapat bercampur dengan bahan-bahan dalam formula sedian dan tidak
menggangu stabilitas serta efikasi terapeutik dari zat aktif. Zat pengemulsi harus tidak toksik, berbau lemah, berasa lemah serta memiliki warna yang lemah. Hal
terpenting dalam pemilihan zat pengemulsi adalah zat tersebut dapat membentuk
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
emulsi dan menjaga stabilitas dari emulsi tersebut agar mecapai shelf life dari produk Ansel, 2008
Bahan pengemulsi yang digunakan dalam penelitian adalah tragakan. Dimana tragakan 1,5 dipilih karena merupakan emulgator alam dan berdasarkan
penelitian sebelumnya dihasilkan sediaan emulsi dengan viskositas yang paling baik Indayanti, 2014. Tragakan tidak larut dalam air, etanol 95, dan pelarut
organik lain. Meskipun tidak larut dalam air namun tragakan dapat mengembang 10 kali dari beratnya baik di dalam air panas ataupun air dingin Rowey, Sheskey
dan Owen, 2006. Data praformulasi dari tragakan yaitu : HOPE, 6th Edition
Sinonim :
gum tragacanth, tragacantha. Organoleptis
: serbuk, berwarna putih hingga kekuningan, tidak berbau, membentuk lapisan transparan.
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, ethanol 95, dan
pelarut organik lain. Bisa mengembang dengan cepat dengan sepuluh kali beratnya dalam air baik
air panas atau dingin. Keasaman-kebasaan
: pH 5-6 pada larutan terdispersi 1 wv Nilai keasaman
: 2-5 Kandungan air
: 15 ww Manfaat penggunaan
: agen pensuspensi, agen peningkat viskositas. Stabilitas dan penyimpanan : stabil pada pH 4-8 dan pada wadah tertutup rapat
dengan kondisi sejuk dan kering. Inkompatibilitas
: menurunkan efek sebagai pengawet pada benzal konium klorida, klorbutanol, dan metil paraben.
Selain emulgator tragakan, zat lain yang digunakan sebagai emulgator dan penstabil untuk sistem emulsi farmasi adalah sebagai berikut: Ansel, 2008 .
1. Bahan-bahan karbohidrat
: akasia, agar, kondrus, dan pektin. 2.
Zat – zat protein : gelatin, kuning telur, dan kasein.
3. Alkohol dengan BM tinggi
: streil alkohol, setil alkohol, dan gliserin monosearat.