Model merupakan sumber untuk menampilkan keterampilan dalam self- regulatory. Yang dapat ditiru dari model diantaranya adalah dalam merencanakan
dan mengelola waktu secara efektif, menampilkan dan menetapkan, mengelola dan mengkodekan informasi secara strategis, membangun lingkungan
kerjabelajar yang produktif, dan menggunakan sumber-sumber sosial. Modelling dari strategi-strategi self-regulated learning yang efektif dapat meningkatkan self-
efficacy siswa, baik bagi siswa yang merasa kurang memiliki kemampuan maupun siswa yang yakin akan kemampuannya Zimmerman, 1989.
2.1.4 Peran self-regulated learning dalam belajar
Self-regulated learning memiliki peran yang penting dalam menunjang keberhasilan studi siswa. Peran self-regulated learning dapat dilihat dari batasan-
batasan sebagai berikut ini. Zimmerman 1989 mendefiniskan self-regulated learning sebagai derajat
metakognitif, motivasional, dan perilaku individu di dalam proses belajar yang dijalani untuk mencapai tujuan belajar. Sedangkan Winne dan Wolters dalam
Nugroho, 2003 mengatakan bahwa self-regulated learning adalah kemampuan seseorang untuk mengelola secara efektif pengalaman belajarnya sendiri di dalam
berbagai cara sehingga mencapai hasil belajar yang optimal. Sementara itu Frank dan Robert 1988, dalam Nugroho, 2003 mengatakan bahwa self-regulation
merupakan kemampuan diri untuk memonitor pemahamannya, untuk memutuskan kapan ia siap diuji, untuk memilih startegi pemrosesan informasi yang adekuat
dan sejenisnya. Dikatakan pula bahwa self-regulated learning mencakup tiga tahap kegiatan yakni sebelum, selama, dan sesudah melaksanakan tugas belajar.
Dari batasan-batasan yang diberikan diatas jelaslah terlihat bagaimana peran self-regulated learning dalam pencapaian tujuan belajar. Dengan melakukan self-
regulated learning serta strategi-strategi self-regulated learning, siswa akan mampu mengoptimalkan kemampuannya dengan mengefektifkan pengalaman
belajarnya. Markus Wurf 1989, dalam Nugroho, 2003 mendeskripsikan bahwa dalam
pandangan umum yang dapat diterima, self-regulated learning selalu mengarah pada beberapa tujuan. Dalam hal ini Markus Wurf 1989 mencatat beberapa
tahapan kerja pencapaian tujuan yang berlangsung dalam konteks self-regulated learning sebagai berikut:
Tahap pertama yakni pemilihan atau penentuan tujuan belajar yang mana ditentukan oleh 1 Harapan tentang self-competencies dan luaran yang
didapat dari pelaksanaan tugas, 2 Faktor-faktor afektif seperti kebutuhan- kebutuhan, motivasi dan nilai-nilai, 3 Keinginan dalam self-conception
sebagai yang digambarkan dalam tujuan umum kehidupan yang telah dirumuskan sesuai selera pribadinya ke dalam tujuan-tujuan sementara dan
perilaku-perilakunya. Tahap kedua dalam self-regulated learning yaitu berupa membuat
perencanaan, dan memilih strategi pencapaian tujuan.
Tahap pelaksanaan dan evaluasi yang berisi self-monitoring, self- evaluation processes untuk membantu memelihara atau mempertahankan
perhatian, membandingkan tujuan-tujuan yang aktual dengan tujuan-tujuan yang diharapkan dan berupaya untuk mengurangi adanya kesenjangan
penampilan bagi keberhasilan individu dalam belajar, memecahkan masalah dan melakukan transfer of learning serta keberhasilan akademik
secara umum Winne, 1997, dalam Nugroho, 2003. Konsep tentang self-regulated learning telah merubah perspektif fokus
analisis keberhasilan belajar dari kemampuan belajar siswa atau potensi belajar siswa dan lingkungan belajar di sekolah atau di rumah sebagai sesuatu yang
“fixed”, kini digantikan oleh kesanggupan siswa secara personal untuk merancang sendiri strategi belajar dalam upaya meningkatkan pencapaian hasil belajar dan
kesanggupannya untuk mengelola lingkungan yang kondusif untuk belajar Zimmerman, 1989.
Konsep self-regulated learning membalikkan semua paradigma lama yang menempatkan potensi belajar siswa dan lingkungan sebagai sesuatu yang “fixed”
serta berperan sebagai determinan faktor dalam menentukan keberhasilan siswa dalam belajar. Sebab, self-regulated learning berasumsi bahwa a Siswa secara
personal dapat meningkatkan kemampuannya untuk belajar melalui penggunaan metakognitif strategi dan motivasional strategi yang selektif, b Siswa secara
proaktif dapat memilih struktur, dan mengkreasi lingkungan belajar yang menguntungkan untuk mencapai tujuan belajar, c Siswa dapat memainkan peran
yang signifikan dalam memilih bentuk dan aktivitas belajar sesuai dengan kebutuhannya.
Teori self-regulated learning berusaha menjelaskan dan mendeskripsikan bagaimana siswa-siswa tertentu akan tetap dapat belajar dan berprestasi meskipun
memiliki keterbatasan dalam mental ability, latar belakang lingkungan sosial, atau kualitas sekolah. Teori self-regulated learning juga memberikan penjelasan dan
deskripsi tentang mengapa kadang ada siswa yang mengalami kegagalan dalam studi meskipun mereka memiliki keunggulan dalam mental ability, latar belakang
lingkungan sosial, dan kualitas sekolah yang baik. Dari penjelasan di atas dapat dilihat bagaimana peran self-regulated learning
dalam belajar. Self-regulated learning merupakan cara siswa meningkatkan keberhasilan belajar dengan melakukan serangkaian strategi yang menuntut siswa
proaktif selama mencapai kemahiran atau keberhasilan yang ditetapkan. Strategi yang dijalankan meliputi pengaturan terhadap diri sendiri, perilaku, dan
lingkungan dimana siswa itu berada.
2.2 Persepsi Tentang Iklim Kelas 2.2.1 Definisi persepsi