Latar Belakang Masalah Hubungan persepsi tentang iklim kelas dengan penggunaan strategi self-regulated learning siswa SMA Negeri 2 Kota Tanggerang Selatan

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Berdasarkan kesadaran mengenai peranan belajar dalam perkembangan anak, masyarakat modern mulai mendirikan lembaga-lembaga yang secara khusus bertugas mengatur pengalaman-pengalaman belajar sedemikian rupa, sehingga menunjang perkembangan anak didik. Lembaga tersebut biasanya disebut “sekolah” atau “institusi pendidikan formal”. Sekolah menyelenggarakan suatu program pendidikan yang, untuk sebagian, tertuangkan dalam kurikulum pengajaran dan, untuk sebagian tersalurkan melalui kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler. Sekolah merupakan lingkungan pendidikan formal. Dikatakan formal karena di sekolah terlaksana serangkaian kegiatan terencana dan terorganisasi, termasuk kegiatan dalam rangka proses belajar mengajar di dalam kelas. Kegiatan itu bertujuan menghasilkan perubahan-perubahan positif di dalam diri siswa yang sedang menuju kedewasaan, sejauh perubahan itu dapat diusahakan melalui belajar. Pendidikan di sekolah mengarahkan belajar siswa agar memperoleh pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap dan nilai yang semuanya menunjang perkembangannya. Para pendidik di sekolah diharuskan memiliki keahlian didaktis agar tujuan pendidikan di sekolah tercapai. Guru harus memahami apa hakikat belajar, apa yang mempengaruhi aktivitas belajar itu, bagaimana proses belajar berlangsung, apa ciri-ciri khas dari belajar di bidang kognitif, sensorik-motorik serta dinamik-afektif. Baru setelah itu, guru mampu merencanakan dan menyelenggarakan proses belajar-mengajar di dalam kelas. Mengetahui dan menguasai materi pelajaran, berbagai prosedur didaktis, penggunaan alat-alat peraga dan cara-cara mengadakan evaluasi hasil belajar, tidak mencukupi untuk menunaikan tugas sebagai guru yang baik, guru pun harus mengenal siswa yang belajar dengan baik. Dalam Ames dan Archer 1988 disebutkan bahwa ada dua kategori orientasi tujuan achievement goal yaitu mastery goal dan performance goal. Diantara dua kategori tersebut, siswa yang belajar dengan baik adalah siswa yang memiliki mastery goal atau siswa yang memiliki fokus pada proses belajar, bukan sekedar hasil yang dicapai. Karena beberapa penelitian menunjukkan bahwa siswa lebih berkemauan mengerjakan tugas, memiliki perasaan yang positif terhadap situasi, dan menunjukkan pola perilaku yang adaptif ketika siswa memiliki tujuan menguasai sesuatu yang baru mastery orientation. Ames dan Archer 1988 juga menyebutkan bahwa situasi kelas yang terbentuk dapat mempengaruhi orientasi tujuan dan selanjutnya mendorong perilaku yang berbeda pada siswa sesuai dengan orientasi tujuan yang diadopsi. Penjelasan di atas menunjukkan bahwa seorang guru dituntut untuk memiliki keahlian sebagai pendidik serta pengelola proses pembelajaran. Pengelolaan pembelajaran di dalam kelas merupakan hal yang sangat penting. Karena dalam beberapa penelitian mengenai pembelajaran di dalam kelas, aspek pendidik guru merupakan aspek sentral yang dipandang oleh siswa. Bagaimana seorang pendidik mengelola kelas, akan dipersepsikan oleh siswa di dalam kelas. Dalam penelitian Church, Elliot dan Gable juga disebutkan bahwa lingkungan kelas atau biasa disebut iklim kelas dan seluruh aspek yang ada di dalamnya ikut mempengaruhi persepsi siswa dan pada akhirnya mempengaruhi orientasi tujuan dan selanjutnya mempengaruhi perilaku belajar siswa. Menurut McCombs dan McCombs dan Quiat dalam Santrock, 2008 bahwa dalam sebuah studi, persepsi siswa terhadap lingkungan pembelajaran yang positif dan hubungan interpersonal dengan guru merupakan faktor paling penting yang memperkuat motivasi siswa dan prestasi siswa. Iklim kelas merupakan kumpulan dari keadaan di lingkungan tersebut dan diasumsikan bahwa keadaan itu akan mempengaruhi individu. Proses pembelajaran adalah salah satu hal yang dipersepsi oleh siswa di dalam kelas, selain pengajar itu sendiri. Disinilah peran pengajar untuk membuat situasi kelas menjadi daya tarik bagi siswa. Aspek lingkungan kelas environment ini dapat dikatakan sebagai salah satu aspek dalam analisis mengenai self-regulated learning. Lingkungan kelas yang telah dipersepsi oleh siswa akan mempengaruhi aspek individu person, yaitu siswa mempersepsikan dengan baik lingkungan kelasnya, atau justru sebaliknya. Persepsi mengenai lingkungan kelasnya ini akan mempengaruhi aspek perilaku behavior. Sehingga dapat disimpulkan bahwa interaksi dalam lingkungan kelas dimensi-dimensi iklim kelas akan mempengaruhi perilaku atau strategi yang akan digunakan siswa dalam belajar strategi self-regulated learning. Keberhasilan siswa juga ditentukan oleh faktor motivasi dan keahlian dalam self-regulated learning, tidak terbatas pada faktor pengembangan aspek kognitif saja. Dalam Pintrich dan Schunk 1996 disebutkan bahwa dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Lewin, Lippit dan White dijelaskan pengaruh kepemimpinan seorang guru terhadap motivasi dan perilaku siswa. Bagaimanapun iklim suatu kelas, selalu memiliki pengaruh tertentu terhadap siswa di dalamnya. Sebagai contoh adalah penelitian oleh Lewin, Lippit dan White 1939 yang menjelaskan bahwa iklim kelas yang demokratis memiliki pengaruh yang paling baik dibandingkan iklim kelas otoriter dan permisif. Iklim kelas demokratis merupakan iklim kelas yang dapat menciptakan siswa yang berusaha menyelesaikan tugas, kooperatif, dan ramah. Siswa juga menunjukkan kemandirian dan inisiatif yang tinggi, tetap mengerjakan tugas walau tidak ada guru, dan tidak mudah jenuh. Dari uraian di atas, dapat dilihat pengaruh iklim kelas terhadap perilaku siswa. Walaupun iklim kelas yang ada adalah iklim kelas otoriter, tetap memiliki pengaruh tertentu. Karenanya, sangat penting bagi pendidik mengetahui bagaimana menciptakan iklim kelas yang dapat memacu semangat siswa dalam belajar agar siswa dapat mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan, salah satunya dengan menerapkan strategi self-regulated learning. Self-regulated learning didefinisikan sebagai suatu cara yang dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan dalam belajar. Sejumlah peneliti telah menemukan bahwa siswa dengan prestasi yang tinggi merupakan siswa-siswa yang memiliki self-regulated dalam belajar Paris Paris, 2001; Pintrich, 2000; Pintrich Schunk, 2002; Zimmerman, 1998, 2000, 2001; Zimmerman Schunk, 2001, dalam Santrock, 2008. Self-regulated learning memiliki peran yang penting dalam menunjang keberhasilan studi siswa. Self-regulated learning merupakan suatu terminologi yang membuka wacana baru tentang faktor-faktor determinan keberhasilan siswa dalam belajar. Konsep tentang self-regulated learning telah merubah perspektif fokus analisis keberhasilan belajar dari kemampuan belajar siswa atau potensi belajar siswa dan lingkungan belajar di sekolah atau di rumah sebagai suatu entitas yang “fixed”, kini digantikan oleh kesanggupan siswa secara personal untuk merancang sendiri strategi belajar dalam upaya meningkatkan pencapaian hasil belajar dan kesanggupannya untuk mengelola lingkungan yang kondusif untuk belajar Zimmerman, 1989. Karenanya, sangat penting bagi siswa mengerti bahwa dirinyalah yang sesungguhnya memiliki peranan utama dalam keberhasilan dalam belajar. Dengan memahami konsep self-regulated learning, siswa diasumsikan akan memiliki prestasi yang tinggi seperti yang telah ditemukan dari beberapa penelitian para ahli. Zimmerman 1989 menekankan bahwa untuk dapat dikatakan self-regulated, proses belajar siswa harus melibatkan penggunaan strategi-strategi khusus untuk mencapai tujuan akademiknya. Strategi self-regulated learning adalah aksi dan proses mendapatkan informasi dan keterampilan secara langsung yang mengandung unsur melakukan aksi, tujuan, dan implementasi persepsi oleh pelajar. Mengembangkan self-regulated learning adalah salah satu strategi yang penting agar siswa dapat menentukan sendiri pilihan-pilihan kegiatan belajarnya, target dan cara mencapai target yang telah ditetapkan. Dengan mengembangkan self-regulated learning, siswa akan mampu mengoptimalkan kemampuan yang mereka miliki dan melakukan sesuatu karena mereka menginginkan yang terbaik bagi diri mereka sendiri. Uraian mengenai iklim kelas dimana iklim kelas ini mempengaruhi orientasi tujuan yang selanjutnya mempengaruhi perilaku individu, termasuk perilaku belajarnya, maka diharapkan siswa memiliki persepsi iklim yang bagus sehingga memiliki orientasi tujuan penguasaan mastery goal yang kemudian strategi- strategi self-regulated learning akan semakin sering digunakan karena siswa mempersepsikan suasana belajar di dalam kelas sebagai suasana yang menyenangkan dan memunculkan perilaku belajar yang positif. Dalam hal self-regulated learning, perbedaan jenis kelamin juga menjadi catatan tersendiri mengingat penelitian yang dilakukan oleh Marsh, Cheng dan Martin 2008 menyebutkan bahwa siswa putri lebih mudah termotivasi dibanding siswa putra. Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian Zimmerman dan Martinez-Pons 1990 yang menyebutkan bahwa siswa putri lebih sering menunjukkan strategi goal setting and planning, keeping records and monitoring, dan environmental structuring daripada siswa putra. Namun siswa putra lebih sering menggunakan respon other daripada siswa putri. Beberapa penelitian yang telah dilakukan Ames Archer, 1988; Church, Elliot Gable, 2001 hanya sampai pada hasil yang menunjukkan bahwa persepsi iklim kelas yang positif akan mempengaruhi orientasi tujuan, namun belum sampai pada strategi apa saja yang digunakan siswa guna mewujudkan orientasi tujuan belajarnya tersebut. Karena itu, penulis tertarik untuk membuktikan adanya “Hubungan Persepsi Tentang Iklim Kelas Dengan Penggunaan Strategi Self-Regulated Learning Siswa SMA Negeri 2 Kota Tangerang Selatan”. Dengan judul tersebut penulis berharap dapat mengetahui strategi self- regulated learning yang digunakan siswa yang disebabkan oleh persepsi iklim kelas. Berdasarkan judul diatas maka permasalahan yang mungkin muncul adalah gambaran persepsi siswa mengenai iklim kelas dimana siswa tersebut belajar, hubungan persepsi tentang iklim kelas dengan penggunaan strategi self-regulated learning, self-regulated learning sebagai dampak dari persepsi tentang iklim kelas, perbedaan strategi self-regulated learning antara siswa putra dan siswa putri, perbedaan penggunaan self-regulated learning berdasarkan persepsi tentang iklim kelas, dan sumbangan persepsi tentang iklim kelas kepada penggunaan strategi self-regulated learning.

1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Pengaruh Persepsi Iklim Kelas Terhadap Penggunaan Strategi Self- Regulated Learning Siswa Kelas X dan XI Unggulan Pada SMA Negeri 3 Medan

7 59 127

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN SELF Hubungan antara Motivasi Berprestasi dengan Self Regulated Learning pada Siswa SMA Negeri 2 Wonogiri.

0 3 18

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN SELF Hubungan antara Motivasi Berprestasi dengan Self Regulated Learning pada Siswa SMA Negeri 2 Wonogiri.

0 3 17

PENDAHULUAN Hubungan antara Motivasi Berprestasi dengan Self Regulated Learning pada Siswa SMA Negeri 2 Wonogiri.

0 2 8

Hubungan Self Regulated Learning Dengan Kecemasan Akademis Pada Siswa Kelas 3 SMA Negeri 1 Kabanjahe

0 0 13

Hubungan Self Regulated Learning Dengan Kecemasan Akademis Pada Siswa Kelas 3 SMA Negeri 1 Kabanjahe

1 3 11

Pengaruh Persepsi Iklim Kelas Terhadap Penggunaan Strategi Self- Regulated Learning Siswa Kelas X dan XI Unggulan Pada SMA Negeri 3 Medan

1 2 38

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Self-Regulated Learning 1. Pengertian Self-Regulated Learning - Pengaruh Persepsi Iklim Kelas Terhadap Penggunaan Strategi Self- Regulated Learning Siswa Kelas X dan XI Unggulan Pada SMA Negeri 3 Medan

0 0 22

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pengaruh Persepsi Iklim Kelas Terhadap Penggunaan Strategi Self- Regulated Learning Siswa Kelas X dan XI Unggulan Pada SMA Negeri 3 Medan

0 0 12

PENGARUH PERSEPSI IKLIM KELAS TERHADAP PENGGUNAAN STRATEGI SELF-REGULATED LEARNING SISWA KELAS X DAN XI UNGGULANPADA SMA NEGERI 3 MEDAN

1 1 14