Pengertian Terorisme Konseptualisasi Terorisme

Dalam pengertian Islam itu sendiri tidak menggunakan kekerasan atau paksaan, hal tersebut dapat dilihat dalah surat Al-Baqarah: 256   “Tidak ada paksaan untuk memasuki agama Islam, sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu, barangsiapa ingkar kepada thaghut setan, baik dalam bentuk ijin maupun manusia dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Pendengar lagi Maha Mengetahui”. Dapat dilihat dari paparan surat Al-Baqarah ayat 256, bahwa Islam tidak mengajarkan kekerasan atau paksaan justru Islam mengajarkan kebebasan dalam memeluk agamanya masing-masing. Jika orang dipaksa atau diancam agar masuk Islam, maka orang itu tidak bisa dimintai pertanggungjawaban atas kejahatan yang dilakukannya, karena ia melakukannya lantaran dipaksa. Oleh karena itu Allah SWT membebaskan kepada umat manusia untuk memilih Islam atau kafir. Apabila terorisme dilihat dari konteks pidana, maka dalam syariat Islam hal ini termasuk bagian kecil dari kejahatan hudud hirabah, yaitu perbuatan yang menimbulkan kekacauan di masyarakat sehingga mengganggu ketentraman umum. Tindakan teror yang dilakukan orang kafir maupun orang Islam yang melakukan kerusakan di bumi akan mendapatkan hukuman yang setimpal di akhirat kelak, karena Syariat Islam sengaja diciptakan Allah SWT untuk melahirkan kesejahteraan bersama seluruh penghuni bumi, termasuk binatang dan tumbuh-tumbuhan. Islam sebagai syariat memiliki tujuan maqashidusy- syari’ah yang artinya untuk melindungi agama, jiwa, akal, ketururnan dan harta. Oleh karena itu, pelaku terorisme harus ditindak secara tegas. 17

2. Motif Terorisme

Kecenderungan terjadinya terorisme adalah akibat adanya tekanan sosial atau tekanan lain yang berkaitan dengan berbagai kepentingan. Namun demikian tidak jarang bahwa terjadinya terorisme itu juga diakibatkan oleh adanya bentuk- bentuk penyimpangan perilaku dari para pelakunya. Jika dilihat dari cara yang digunakan dalam meneror, terdapat teror fisik dengan menggunakan alat-alat tertentu dengan sasaran jasmani melalui pembunuhan, penganiayaan, dan sejenisnya. Selain itu terdapat juga peneroran melalui mental seseorang dengan cara meneror mental tanpa harus menyakiti 17 ZA, Maulani, Terorisme dan Konspirasi Anti Islam Jakarta: Pustaka Al-Kutsar, 2002, h. 167. jasmani korban. Namun jika dipelajari dari berbagai kejadian terorisme yang sebelumnya, motif dari sasaran terorisme dapat diuraikan secara umum, seperti: 18 a. Budaya kekerasan yang tumbuh di sebuah negara dapat menjadi salah satu motif munculnya aksi tindakan terorisme di suatu negara. b. Aksi terorisme dapat ditujukan untuk mengintimidasi atau memengaruhi kebijakan pemerintah negara. c. Aksi-aksi terorisme dipicu oleh hal-hal yang bersifat politis maupun nonpolilitis. d. Terorisme menjadi semakin meluas secara intensif jika tidak adanya upaya dari pemerintah untuk benar-benar melawan terorisme. e. Aksi terorisme dilakukan dengan melakukan tindakan yang tidak menghormati hukum internasional dan etika internasional. f. Tujuan jangka pendek aksi terorisme adalah menarik perhatian media massa dan untuk menarik perhatian publik. g. Persiapan atau perencanaan dan aksi teror biasanya teroganisir dengan baik dan memiliki jaringan multinasional. h. Para teroris tidak pernah mempedulikan, apakah yang menjadi korban warga sipil atau bukan, yang penting tujuannya dilaksanakan agar dapat menciptakan perasaan tidak aman maupun gangguan psikologis masyarakat. 18 Budi Gunawan, Terorisme: Mitos dan Konspirasi Jakarta: Forum Media Utama, 2006, h. 8-10. i. Sasaran yang menjadi objek aksi terorisme adalah tempat-tempat yang dapat menimbulkan perhatian terbesar. Ini bisa merupakan tempat sipil, seperti perkantoran, rumah sakit, mall, sekolah, tempat ibadah, rumah makan cafe, dan fasilitas umum.

B. Media Online

Di era informasi seperti saat ini internet memegang peranan penting dalam segala aspek kehidupan manusia. Dari serangkaian teknologi baru yang memusingkan, internet muncul di pertengahan 1990-an sebagai mendium massa baru yang amat kuat, dan yang dimaksud dengan internet adalah jaringan kabel, telepon, dan satelit yang menghubungkan komputer. 19 Internet dalam era informasi telah menempatkan dirinya sebagai salah satu pusat informasi yang dapat diakses dari berbagai tempat tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. Internet disebut sebagai pusat informasi bebas hambatan karena dapat menghubungkan satu situs informasi ke situs informasi lainnya dalam waktu yang singkat. Internet adalah suatu sistem komunikasi yang terkit dengn pertahanan keamanan yang dikembangkan pada tahun 1960-an. Manfaat sistem komunikasi 19 John Vivian, Teori Komunikasi Massa Jakarta: Kencana, 2008, h. 262. yang berjejaring ini dengan cepat ditangkap oleh peneliti dan pendidik secara umum. 20 Internet memiliki sifat interaktif, artinya internet mempunyai kapasitas untuk memampukan orang berkomunikasi, bukan sekedar menerima pesan belaka melainkan mereka bisa melakukan secara realtime. Dengan adanya internet saat ini, berkomunikasi dengan siapa pun di dunia ini yang berbeda secara geografis maupun waktu tanpa ada pemisahan jarak. Waktu ini lah yang dinamakan media online. Media online merupakan media yang saat ini banyak digunakan masyarakat luas untuk memperoleh berita secara cepat dan praktis, karena kini perusahaan media sudah memiliki situs online, seperti Liputan 6 dengan situs onlinenya Liputan6.com, dan koran Tempo atau majalah Tempo dengan situs onlinenya Tempo.co. Bentuk yang paling baru dari jurnalisme adalah jurnalisme online. Jurnlisme online memiliki kelebihan-kelebihan yang menawarkan peluang untuk menyampaikan berita jauh lebih besar ketimbang bentuk jurnalisme konvensional seperti surat kabar. Jurnalisme online merupakan proses penyampaian informasi dengan menggunakan media internet website. 20 Werner J. Severin james W. Tnkrd, Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan Terapan Dalam Media Massa, Jakarta: Prenda Media Group, 2004, h. 457.