Perbandingan bingkai berita Liputan6.com edisi 3 Januari 2014 dan
pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang sebelumnya menyatakan bahwa banyak teror pada 2014.
Dalam teks berita, Liputan6.com hanya mewawancarai Wakil Ketua DPR, Priyo Budi Santoso. Beliau berpandangan walaupun penggerebekkan
tak sempurna karena tidak adanya terduga teroris yang hidup, kinerja Polri harus tetap diapresiasi dan semua pihak dihimbau untuk memberi kepercayaan
kepada polisi. Dipilihnya Priyo karena beliau adalah Wakil Ketua DPR, sehingga pendapat beliau dapat mewakili pendapat rakyat. Seperti yang
dikatakan redaktur news Liputan6.com Raden Trimutia Hatta: “Untuk narasumber Bapak Priyo Budi Santoso, karena DPR
bisa mewakili masyarakat dengan berbicara apa-apa atau macem-macemlah namanya juga wakil rakyat
36
”. Sementara itu Tempo.co mewawancarai Wakil Ketua Komisi
Pertahanan DPR Tubagus Hasanudin karena pernyataannya layak untuk diberitakan. Seperti yang dikatakan redaktur executive Tempo.co Burhan
Sholihin: “Beliau orang yang berkompeten, pendapat atau pernyataannya
layak untuk diberitakan”
37
. Liputan6.com mengutip pernyataan Priyo Budi Santoso yang
mengapresiasi tindakan polisi yang sudah sesuai prosedur terhadap penggerbekkan teroris. Meski menyayangkan tidak ada terosis yang hidup,
dan itu menurutnya sebuah kerugian bagi polisi, bila polisi menangkap hidup-
36
Wawancara pribadi dengan redaktur Liputan6.com, Jakarta 6 Oktober 2014
37
Wawancara pribadi dengan executive editor Tempo.co, Jakarta 21 Oktober 2014
hidup teroris, polisi dapat menelusuri rangkaian jaringan teroris. Sedangkan Tempo.co mengutip pernyataan Tubagus Hasanudin yang menyatakan bahwa
keenam terduga teroris sebaiknya ditangkap hidup-hidup karena akan lebih baik untuk kepolisian dalam menulusuri jaringan teroris, dan seharusnya tugas
polisi bukan seperti militer di peperangan.
Tebel 4.19 Perbandingan Skrip berita
Liputan6.com edisi 3 Januari 2014 dan Tempo.co edisi 6 Januari 2014
Elemen Liputan6.com
Tempo.co
Skrip Liputan6.com menekankan
mengenai penggerebekkan terduga
teroris harus
diapresiasi. Karena
sebelumnya polisi
telah melakukan
negoisasi Namun langkah tersebut
tidak dihiraukan
oleh terduga teroris dan polisi
terpaksa melumpuhkannya. Tempo.co
menekankan mengenai Tim Detasemen
Khusus 88 Antiteror Mabes Polri menggerebek sebuah
rumah
kontrakan milik
Zaenab yang dihuni teroris dengan
pimpinan Dayat
kacamata dari jaringan Abu Omar di Gang Haji Hasan
RT04 RW 07, Kelurahan Kampung Sawah, Ciputat,
Tangerang
Selatan, sejak
Selasa malam, 31 Desember 2013. Setelah baku tembak
sekitar 10 jam, akhirnya enam orang terduga teroris tewas.
Dari struktur skrip, Liputan6.com mengangkat berita ini sebagai berita penggerebekkan terorisme Ciputat yang berlangsung pada 31 Desember 2013
di Ciputat, Tangerang Selatan. Dalam pernyataan Priyo Budi Santoso langkah Densus 88 Antiteror sudah sesuai dengan prosedur dan harus di apresiasi.
Kalau polisi telah melakukan langkah yang baku dan sudah bersabar dari sekian jam dengan negosiasi, langkah-langkah
polisi tetap diapresiasi. Harus kita buka peluang mengapresiasi jajaran Densus yang bertaruh nyawanya untuk melumpuhkan
bentuk-bentuk terror.
Sementara itu Tempo.co mengisahkan berita ini sebagai berita penggerebekan sebuah rumah kontrakan milik Zaenab yang dihuni teroris
pimpinan Dayat dari jaringan Abu Omar. Menurut Wakil Ketua Komisi Pertahanan DPR Tubagus Hasanudin Penggerebekan itu sarat akan politis dan
untuk membuktikan kepada publik bahwa teroris itu ada. Hanya untuk membuktikan kepada publik bahwa teroris itu
ada, dibunuhlah semua itu.
Tabel 4.20 Perbandingan Tematik berita
Liputan6.com edisi 3 Januari 2014 dan Tempo.co edisi 6 Januari 2014
Elemen Liputan6.com
Tempo.co
Tematik 1
Priyo Budi Santoso menyebut penggerebekan
terduga teroris di Ciputat tidak sempurna.
2 Priyo Budi Santoso yakin
pihak kepolisian
menembak mati keenam terduga
teroris sudah
sesuai prosedur. 1
Tubagus Hasanudin
menyebut penggerebekan terduga
teroris sarat
akan kepentingan politis.
2 Dalam pemberitaan ini
Tempo.co memberitakan mengenai
proses penggerebekkan terduga
teroris di sebuah rumah kontrakan milik Zaenab
oleh
Densus 88
Antiteror.
Dari struktur tematik, Liputan6.com dan Tempo.co sama-sama mengangkat dua tema, yakni Liputan6.com mengangkat mengenai pernyataan
Priyo Budi Santoso, yang mengatakan penggerebekkan terduga teroris di Ciputat tidak sempurna dan wakil ketua DPR ini yakin dengan pihak
kepolisian yang menembak mati keenam terduga teroris tersebut sudah sesuai prosedur. Sedangkan Tempo.co mengangkat mengenai proses penggerebekkan
terduga teroris dan pernyataan dari wakil ketua komisi pertahanan DPR Tubagus Hasanudin yang menyebut penggerebekan teroris sarat akan
kepentingan politis.
Tabel 4.21 Perbandingan Retoris berita
Liputan6.com edisi 3 Januari 2014 dan Tempo.co edisi 6 Januari 2014
Elemen Liputan6.com
Tempo.co
Retoris Memang idealnya dalam
menangani kasus terorisme, polisi lebih mengedepankan
langkah-langkah
persuasif, karena
polisi juga
mempunyai kepentingan
untuk menangkap hidup- hidup teroris tersebut untuk
mengurai jaringnnya. Untuk membuktikan kepada
publik bahwa teroris itu ada, maka dibunuhlah semua itu.
Jika di antara enam terduga teroris yang hidup, akan lebih
baik untuk Kepolisian dalam menelusuri jaringan teroris.
Karena bisa saja enam orang tersebut
adalah penjahat
murni.
Pada Liputan6.com terdapat kalimat leksikon, yaitu penggerebekkan, tewas, melumpuhkan, dan persuasif. Sedangkan pada Tempo.co kalimat
leksikonnya yaitu, Politis, dibunuhlah, penjahat murni, dan tewas.
Liputan6.com dan Tempo.co sama-sama menuliskan kalimat yang hurufnya dicetak tebal bold pada judul berita. Liputan6.com melengkapi pemberitaan
ini dengan foto Densus 88 Antiteror Polri dan bukan foto narasumber yakni Priyo Budi Santoso. Seperti yang dikatakan redaktur news Liputan6.com
Raden Trimutia Hatta: “Karena kita lebih mengambil peristiwanya. Ini foto peristiwa
setelah polisi melakukan penggerebekkan. Kalau kita mengambil foto Priyo Budi Santoso tidak bercerita apa-apa,
jadi kita ingin foto pun bisa bercerita. Lebih kesitu sih pemilihan fotonya. Gini lho kita ingin mendapatkan momen.
kita
ingin pembaca
mendapatkan gambaran
tentang penggerebekkan teroris Ciputat”.
38
Sebaliknya Tempo.co melengkapi pemberitan ini dengan foto narasumber yakni Hasanudin. Seperti yang dikatakan redaktur executive
Tempo.co Burhan Sholihin: “Untuk foto yang diunggah itu lebih pada hal teknis. Online
kan cepat jadi gambarnya juga harus cepet juga, jadi hal apapun yang berkaitan kita unggah fotonya
”.
39
38
Wawancara pribadi dengan redaktur Liputan6.com, Jakarta 6 Oktober 2014
39
Wawancara pribadi dengan executive editor Tempo.co, Jakarta 21 Oktober 2014.
Tabel 4.22 2.
Perbandingan bingkai berita Liputan6.com edisi 6 Januari 2014 dan Tempo.co edisi 3 Januari 2014
Elemen Liputan6.com
Tempo.co
Bingkai Langkah Polri sesuai
prosedur. Langkah Polri dikritik.
Pemberitaan edisi Senin 6 januari 2014, Liputan6.com memberitakan bahwasannya dalam penggerebekkan tersebut langkah Polri sudah sesuai
prosedur. Ini diperkuat dengan pernyataan Kapolri Jenderal Sutarman yang mengatakan Polri sudah melakukan negoisasi, namun para terduga teroris
tetap bertahan dan melakukan perlawanan. Dalam hal ini Polri sudah menjalankan sesuai prosedur dengan langkah-langkah persuasif secara halus
agar meminimalisir korban tewas, namun para terduga teroris tidak mau mengikutinya. Dengan mengangkat pemberitaan tersebut bingkai yang timbul
dalam pemikiran masyarakat adalah dalam penggerebekkan tersebut tindakan Polri sudah benar karena dilakukan sesuai prosedur.
Sedangkan di sisi lain pada berita edisi Jumat 3 Januari 2014, Tempo.co memberitakan mengenai kritikan terhadap tindakan Polri yang
mengeksekusi di tempat terhadap terduga teroris. Hal ini diperkuat dengan pernyataan pengamat Kontraterorisme Harits Abu Ulya yang menyatakan,
seharusnya Densus 88 Antiteror tidak menembak mati terduga teroris di tempat karena sangat kontraproduktif dan tidak humanis. Kapolri Jenderal
Sutarman seharusnya mengevaluasi cara-cara eksekusi terduga teroris oleh Densus 88. Densus 88 Antiteror harus berhati-hati dalam menggunakan
kewenangan diskresi yang melekat karena diatur dalam Undang-undang Terorisme. . Dengan mengangkat pemberitaan tersebut bingkai yang timbul
dalam pemikiran masyarakat adalah seharusnya Polri tidak menembak mati ditempat karena mereka masih terduga dan belum menjadi tersangka teroris.
Sebaiknya cara-cara kontaproduktif harus di evaluasi, karena dengan menembak mati ditempat sangat tidak manusiawi.
Tabel 4.23 Perbandingan Sintaksis berita
Liputan6.com edisi 6 Januari 2014 dan Tempo.co edisi 3 Januari 2014
Elemen Liputan6.com
Tempo.co
Sintakis Liputan6.com
menuliskan berita mengenai tanggapan
Kapolri Jenderal Sutarman, yang
mengatakan penggerebekkan
terduga teroris di Ciputat sudah sesuai
prosedur.
Tempo.co menulis berita mengenai
kritikan oleh
pengamat kontraterorisme
Harits Abu
Ulya, seharusnya
Densus 88
Antiteror tidak tembak mati terduga teroris di tempat
karena sangat
tidak
humanis.
Dlihat dari struktur sintaksis, Liputan6.com mengangkat berita mengenai kasus terorisme Ciputat dengan judul “6 Teroris Didor, Kapolri:
Kami Tak Ingin Ada Korban Jiwa ”. Judul berita Liputan.com menunjukkan
pandangannya dengan menggambarkan bahwa tindakan polisi itu sudah benar.
Liputan6.com menggunakan kata “didor” karena kalimatnya lebih simpel dan
merupakan bahasa jurnalistik. Seperti yang dikatakan redaktur news Liputan6.com Raden Trimutia Hatta:
“Mengapa didor? karena keterbatasan karakter. Kalo 6 teroris ditembak kayanya tidak cukup, karena lebih 65 karakter.
Lagian kita menggunakan kata didor karena merupakan bahasa
jurnalistik”. Dan kalo didor itu kan rasanya lebih wah atau lebih bombastis daripada di tembak.
40
Sebaliknya Tempo.co mengangkat berita mengenai kasus terorisme Ciputat dengan judul “Tembak Terduga Teroris di Tempat, Kapolri Dikritik”.
Dipilihnya kata „ditembak‟ Tempo.co ingin langsung ke permasalahannya dan tidak ingin mencari sensasi. Seperti yang dikatakan redaktur executive
Tempo.co Burhan Sholihin: “Bahwa judul dan segala macam tidak boleh melenceng dari
fakta. Kalo faktanya ditembak ya ditembak. Tidak boleh bombastis, jadi kita tidak mencari sensasi. Jadi kita pemilihan
judul ya sesuai dengan faktanya, bahwa kapolri dikritik oleh banyak pihak karena dia melakukan tembak ditempat. Dan kita
tidak menggunakan kata teroris, tetapi terduga teroris. Karena kita memang belum tau bahwa dia teroris atau bukan, yang
berhak mengadili ya di adili dulu di pengadilan agar statusnya
jelas, kalo belum diadili ya dia hanya terduga saja”.
41
Pada lead
berita, Liputan6.com
menjelaskan mengenai
penggerebekkan teroris Ciputat sesuai prosedur. Sebaliknya lead berita Tempo.co mengenai tanggapan pengamat kontraterorisme yang mengkritik
Kapolri atas penggerebekkan terduga teroris di Ciputat.
40
Wawancara pribadi dengan redaktur Liputan6.com, Jakarta 6 Oktober 2014
41
Wawancara pribadi dengan executive editor Tempo.co, Jakarta 21 Oktober 2014.
Dari kutipan terlihat pernyataan Kapolri Jenderal Sutarman yang menyatakan tidak menghendaki adanya korban jiwa baik yang ada di pelaku
terorisme ataupun anggota Polri. Liputan6.com hanya mewawancarai Kapolri Jenderal Sutarman karena dia merupakan institusi yang paling berwenang. .
Seperti yang dikatakan redaktur news Liputan6.com Raden Trimutia Hatta: “Dalam kasus ini kita memilih narasumbernya yaitu Kapolri,
karena menurut kita beliau yang paling berwenang dan anggotanya dia yang ditembak”.
42
Sementara itu Tempo.co mewawancarai pengamat kontraterorisme Harits Abu Ulya, menurutnya Densus 88 menggunakan cara-cara eksekusi
yang tidak humanis terhadap terduga teroris Ciputat. Dipilihnya Harits Abu Ulya sebagai narasumber karena pernyataan beliau sangat penting untuk
diberitakan. Seperti yang dikatakan redaktur executive Tempo.co Burhan Sholihin:
“Kita tidak hanya mewawancarai dari intitusi saja, tetapi kita juga mewawancarai dari pengamat. Beliau orang yang
berkompeten, pernyataannya sangat penting untuk di beritakan
”.
43
Tabel 4.24 Perbandingan Skrip berita
Liputan6.com edisi 6 Januari 2014 dan Tempo.co edisi 3 Januari 2014
Elemen Liputan6.com
Tempo.co
Skrip Liputan6.com
menekankan mengenai
Polri sudah
Tempo.co menekankan
mengenai Densus
88
42
Wawancara pribadi dengan redaktur Liputan6.com, Jakarta 6 Oktober 2014
43
Wawancara pribadi dengan executive editor Tempo.co, Jakarta 21 Oktober 2014.
melakukan negoisasi, namun para terduga teroris tetap
bertahan dan
melakukan perlawanan dan dalam hal ini
Polri sudah
menjalankan sesuai
prosedur dengan
langkah-langkah persuasif
secara halus
agar meminimalisir korban tewas,
namun para terduga teroris tidak mau mengikutinya.
Antiteror harus berhati-hati dalam
menggunakan kewenangan diskresi yang
melekat karena diatur dalam Undang-undang Terorisme.
Dari struktur skrip, Liputan6.com mengangkat berita ini mengenai tanggapan Kapolri terhadap penembakan terduga teroris yang dilakukan
Densus 88. Dalam penggerebekan tersebut, Kapolri Jenderal Pol Sutarman mengatakan tindakan Polri sudah sesuai prosedur.
Tewasnya teroris di Ciputat tidak kita kehendaki bersama. Saya tegaskan, Polri juga tidak menghendaki adanya korban
jiwa, baik yang ada di pelaku terorisme maupun anggota Polri. Kami sudah melakukan semua langkah sesuai prosedur,
Sebaliknya Tempo.co mengangkat berita ini mengenai kritikan terhadap tindakan Polri yang mengeksekusi mati terduga teroris di Ciputat.
Menurut pengamat kontraterorisme Harits Abu Ulya tindakan main tembak ditempat sangat tidak manusiawi.
“Cara-cara eksekusi tidak humanis. Mereka ini kan masih terduga te
roris,”
Tabel 4.25 Perbandingan Tematik berita
Liputan6.com edisi 6 Januari 2014 dan Tempo.co edisi 3 Januari 2014
Elemen Liputan6.com
Tempo.co
Tematik 1
Kapolri Jenderal
Sutarman menegaskan
bahwa penggerebekan
terduga teroris sudah sesuai prosedur dengan
melakukan langkah-
langkah persuasif. 2
Teroris bertahan dan melakukan perlawanan
terhadap Polri
yang mengakibatkan
baku tembak dari kedua belah
pihak. 1
Harits Abu Ulya selaku pengamat
kontraterorisme melontarkan kritikannya
terhadap tindakan Polri yang mengeksekusi di
tempat terhadap terduga teroris.
2 Dalam pemberitaan ini
Tempo.co memberitakan mengenai
proses penggerebekkan terduga
teroris pada
Selasa malam, 31 Desember
2013 sekitar
pukul 19.00.
Dari struktur tematik, Liputan6.com dan Tempo.co sama-sama mengangkat dua tema, yakni Liputan6.com mengangkat mengenai pernyataan
Jenderal Sutarman yang mengatakan penggerebekan teroris tersebut sudah sesuai prosedur dengan melakukan langkah-langkah persuasif. Kemudian jika
saat itu teroris tidak melakukan perlawanan terhadap Polri, tidak akan terjadi baku tembak dari kedua belah pihak.
Sedangkan Tempo.co mengangkat mengenai proses penggerebekkan terduga teroris dan kritikan dari pengamat kontraterorisme Harits Abu Ulya
terhadap tindakan Polri yang mengeksekusi di tempat.
Tabel 4.26 Perbandingan Retoris berita
Liputan6.com edisi 6 Januari 2014 dan Tempo.co edisi 3 Januari 2014
Elemen Liputan6.com
Tempo.co
Retoris Sutarman menyatakan, jika
saat negosiasi persuasif, para terduga
teroris mau
mengikutinya, ia menjamin tidak akan ada baku tembak
yang menyebabkan korban jiwa.
Pengamat kontraterorisme
Harits Abu
Ulya mengatakan,
Kepala Kepolisian
RI Jenderal
Sutarman seharusnya
mengevaluasi cara-cara
eksekusi terduga teroris oleh Densus 88. Harits menilai
eksekusi alias tembak mati di tempat
sangat kontraproduktif.
Cara-cara eksekusi
tidak humanis.
Mereka ini
kan masih
terduga teroris. Pada Liputan6.com terdapat kalimat leksikon, yaitu mati, baku
tembak, dan soft. Sedangkan pada Tempo.co kalimat leksikonnya yaitu, yaitu tembak, eksekusi, kontraproduktif, humanis, oknum, diskresi, dan sinyal
bahaya. Liputan6.com dan Tempo.co sama-sama menuliskan kalimat yang hurufnya dicetak tebal bold pada judul berita. Liputan6.com melengkapi
pemberitaan ini dengan foto Kapolri Jenderal Sutarman. Sedangkan Tempo.co melengkapi pemberitaan ini dengan foto seorang polisi membawa barang
bukti setelah menggeledah rumah yang dihuni oleh teroris.
89