Perbandingan bingkai berita Liputan6.com edisi 3 Januari 2014 dan

pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang sebelumnya menyatakan bahwa banyak teror pada 2014. Dalam teks berita, Liputan6.com hanya mewawancarai Wakil Ketua DPR, Priyo Budi Santoso. Beliau berpandangan walaupun penggerebekkan tak sempurna karena tidak adanya terduga teroris yang hidup, kinerja Polri harus tetap diapresiasi dan semua pihak dihimbau untuk memberi kepercayaan kepada polisi. Dipilihnya Priyo karena beliau adalah Wakil Ketua DPR, sehingga pendapat beliau dapat mewakili pendapat rakyat. Seperti yang dikatakan redaktur news Liputan6.com Raden Trimutia Hatta: “Untuk narasumber Bapak Priyo Budi Santoso, karena DPR bisa mewakili masyarakat dengan berbicara apa-apa atau macem-macemlah namanya juga wakil rakyat 36 ”. Sementara itu Tempo.co mewawancarai Wakil Ketua Komisi Pertahanan DPR Tubagus Hasanudin karena pernyataannya layak untuk diberitakan. Seperti yang dikatakan redaktur executive Tempo.co Burhan Sholihin: “Beliau orang yang berkompeten, pendapat atau pernyataannya layak untuk diberitakan” 37 . Liputan6.com mengutip pernyataan Priyo Budi Santoso yang mengapresiasi tindakan polisi yang sudah sesuai prosedur terhadap penggerbekkan teroris. Meski menyayangkan tidak ada terosis yang hidup, dan itu menurutnya sebuah kerugian bagi polisi, bila polisi menangkap hidup- 36 Wawancara pribadi dengan redaktur Liputan6.com, Jakarta 6 Oktober 2014 37 Wawancara pribadi dengan executive editor Tempo.co, Jakarta 21 Oktober 2014 hidup teroris, polisi dapat menelusuri rangkaian jaringan teroris. Sedangkan Tempo.co mengutip pernyataan Tubagus Hasanudin yang menyatakan bahwa keenam terduga teroris sebaiknya ditangkap hidup-hidup karena akan lebih baik untuk kepolisian dalam menulusuri jaringan teroris, dan seharusnya tugas polisi bukan seperti militer di peperangan. Tebel 4.19 Perbandingan Skrip berita Liputan6.com edisi 3 Januari 2014 dan Tempo.co edisi 6 Januari 2014 Elemen Liputan6.com Tempo.co Skrip Liputan6.com menekankan mengenai penggerebekkan terduga teroris harus diapresiasi. Karena sebelumnya polisi telah melakukan negoisasi Namun langkah tersebut tidak dihiraukan oleh terduga teroris dan polisi terpaksa melumpuhkannya. Tempo.co menekankan mengenai Tim Detasemen Khusus 88 Antiteror Mabes Polri menggerebek sebuah rumah kontrakan milik Zaenab yang dihuni teroris dengan pimpinan Dayat kacamata dari jaringan Abu Omar di Gang Haji Hasan RT04 RW 07, Kelurahan Kampung Sawah, Ciputat, Tangerang Selatan, sejak Selasa malam, 31 Desember 2013. Setelah baku tembak sekitar 10 jam, akhirnya enam orang terduga teroris tewas. Dari struktur skrip, Liputan6.com mengangkat berita ini sebagai berita penggerebekkan terorisme Ciputat yang berlangsung pada 31 Desember 2013 di Ciputat, Tangerang Selatan. Dalam pernyataan Priyo Budi Santoso langkah Densus 88 Antiteror sudah sesuai dengan prosedur dan harus di apresiasi. Kalau polisi telah melakukan langkah yang baku dan sudah bersabar dari sekian jam dengan negosiasi, langkah-langkah polisi tetap diapresiasi. Harus kita buka peluang mengapresiasi jajaran Densus yang bertaruh nyawanya untuk melumpuhkan bentuk-bentuk terror. Sementara itu Tempo.co mengisahkan berita ini sebagai berita penggerebekan sebuah rumah kontrakan milik Zaenab yang dihuni teroris pimpinan Dayat dari jaringan Abu Omar. Menurut Wakil Ketua Komisi Pertahanan DPR Tubagus Hasanudin Penggerebekan itu sarat akan politis dan untuk membuktikan kepada publik bahwa teroris itu ada. Hanya untuk membuktikan kepada publik bahwa teroris itu ada, dibunuhlah semua itu. Tabel 4.20 Perbandingan Tematik berita Liputan6.com edisi 3 Januari 2014 dan Tempo.co edisi 6 Januari 2014 Elemen Liputan6.com Tempo.co Tematik 1 Priyo Budi Santoso menyebut penggerebekan terduga teroris di Ciputat tidak sempurna. 2 Priyo Budi Santoso yakin pihak kepolisian menembak mati keenam terduga teroris sudah sesuai prosedur. 1 Tubagus Hasanudin menyebut penggerebekan terduga teroris sarat akan kepentingan politis. 2 Dalam pemberitaan ini Tempo.co memberitakan mengenai proses penggerebekkan terduga teroris di sebuah rumah kontrakan milik Zaenab oleh Densus 88 Antiteror. Dari struktur tematik, Liputan6.com dan Tempo.co sama-sama mengangkat dua tema, yakni Liputan6.com mengangkat mengenai pernyataan Priyo Budi Santoso, yang mengatakan penggerebekkan terduga teroris di Ciputat tidak sempurna dan wakil ketua DPR ini yakin dengan pihak kepolisian yang menembak mati keenam terduga teroris tersebut sudah sesuai prosedur. Sedangkan Tempo.co mengangkat mengenai proses penggerebekkan terduga teroris dan pernyataan dari wakil ketua komisi pertahanan DPR Tubagus Hasanudin yang menyebut penggerebekan teroris sarat akan kepentingan politis. Tabel 4.21 Perbandingan Retoris berita Liputan6.com edisi 3 Januari 2014 dan Tempo.co edisi 6 Januari 2014 Elemen Liputan6.com Tempo.co Retoris Memang idealnya dalam menangani kasus terorisme, polisi lebih mengedepankan langkah-langkah persuasif, karena polisi juga mempunyai kepentingan untuk menangkap hidup- hidup teroris tersebut untuk mengurai jaringnnya. Untuk membuktikan kepada publik bahwa teroris itu ada, maka dibunuhlah semua itu. Jika di antara enam terduga teroris yang hidup, akan lebih baik untuk Kepolisian dalam menelusuri jaringan teroris. Karena bisa saja enam orang tersebut adalah penjahat murni. Pada Liputan6.com terdapat kalimat leksikon, yaitu penggerebekkan, tewas, melumpuhkan, dan persuasif. Sedangkan pada Tempo.co kalimat leksikonnya yaitu, Politis, dibunuhlah, penjahat murni, dan tewas. Liputan6.com dan Tempo.co sama-sama menuliskan kalimat yang hurufnya dicetak tebal bold pada judul berita. Liputan6.com melengkapi pemberitaan ini dengan foto Densus 88 Antiteror Polri dan bukan foto narasumber yakni Priyo Budi Santoso. Seperti yang dikatakan redaktur news Liputan6.com Raden Trimutia Hatta: “Karena kita lebih mengambil peristiwanya. Ini foto peristiwa setelah polisi melakukan penggerebekkan. Kalau kita mengambil foto Priyo Budi Santoso tidak bercerita apa-apa, jadi kita ingin foto pun bisa bercerita. Lebih kesitu sih pemilihan fotonya. Gini lho kita ingin mendapatkan momen. kita ingin pembaca mendapatkan gambaran tentang penggerebekkan teroris Ciputat”. 38 Sebaliknya Tempo.co melengkapi pemberitan ini dengan foto narasumber yakni Hasanudin. Seperti yang dikatakan redaktur executive Tempo.co Burhan Sholihin: “Untuk foto yang diunggah itu lebih pada hal teknis. Online kan cepat jadi gambarnya juga harus cepet juga, jadi hal apapun yang berkaitan kita unggah fotonya ”. 39 38 Wawancara pribadi dengan redaktur Liputan6.com, Jakarta 6 Oktober 2014 39 Wawancara pribadi dengan executive editor Tempo.co, Jakarta 21 Oktober 2014. Tabel 4.22 2. Perbandingan bingkai berita Liputan6.com edisi 6 Januari 2014 dan Tempo.co edisi 3 Januari 2014 Elemen Liputan6.com Tempo.co Bingkai Langkah Polri sesuai prosedur. Langkah Polri dikritik. Pemberitaan edisi Senin 6 januari 2014, Liputan6.com memberitakan bahwasannya dalam penggerebekkan tersebut langkah Polri sudah sesuai prosedur. Ini diperkuat dengan pernyataan Kapolri Jenderal Sutarman yang mengatakan Polri sudah melakukan negoisasi, namun para terduga teroris tetap bertahan dan melakukan perlawanan. Dalam hal ini Polri sudah menjalankan sesuai prosedur dengan langkah-langkah persuasif secara halus agar meminimalisir korban tewas, namun para terduga teroris tidak mau mengikutinya. Dengan mengangkat pemberitaan tersebut bingkai yang timbul dalam pemikiran masyarakat adalah dalam penggerebekkan tersebut tindakan Polri sudah benar karena dilakukan sesuai prosedur. Sedangkan di sisi lain pada berita edisi Jumat 3 Januari 2014, Tempo.co memberitakan mengenai kritikan terhadap tindakan Polri yang mengeksekusi di tempat terhadap terduga teroris. Hal ini diperkuat dengan pernyataan pengamat Kontraterorisme Harits Abu Ulya yang menyatakan, seharusnya Densus 88 Antiteror tidak menembak mati terduga teroris di tempat karena sangat kontraproduktif dan tidak humanis. Kapolri Jenderal Sutarman seharusnya mengevaluasi cara-cara eksekusi terduga teroris oleh Densus 88. Densus 88 Antiteror harus berhati-hati dalam menggunakan kewenangan diskresi yang melekat karena diatur dalam Undang-undang Terorisme. . Dengan mengangkat pemberitaan tersebut bingkai yang timbul dalam pemikiran masyarakat adalah seharusnya Polri tidak menembak mati ditempat karena mereka masih terduga dan belum menjadi tersangka teroris. Sebaiknya cara-cara kontaproduktif harus di evaluasi, karena dengan menembak mati ditempat sangat tidak manusiawi. Tabel 4.23 Perbandingan Sintaksis berita Liputan6.com edisi 6 Januari 2014 dan Tempo.co edisi 3 Januari 2014 Elemen Liputan6.com Tempo.co Sintakis Liputan6.com menuliskan berita mengenai tanggapan Kapolri Jenderal Sutarman, yang mengatakan penggerebekkan terduga teroris di Ciputat sudah sesuai prosedur. Tempo.co menulis berita mengenai kritikan oleh pengamat kontraterorisme Harits Abu Ulya, seharusnya Densus 88 Antiteror tidak tembak mati terduga teroris di tempat karena sangat tidak humanis. Dlihat dari struktur sintaksis, Liputan6.com mengangkat berita mengenai kasus terorisme Ciputat dengan judul “6 Teroris Didor, Kapolri: Kami Tak Ingin Ada Korban Jiwa ”. Judul berita Liputan.com menunjukkan pandangannya dengan menggambarkan bahwa tindakan polisi itu sudah benar. Liputan6.com menggunakan kata “didor” karena kalimatnya lebih simpel dan merupakan bahasa jurnalistik. Seperti yang dikatakan redaktur news Liputan6.com Raden Trimutia Hatta: “Mengapa didor? karena keterbatasan karakter. Kalo 6 teroris ditembak kayanya tidak cukup, karena lebih 65 karakter. Lagian kita menggunakan kata didor karena merupakan bahasa jurnalistik”. Dan kalo didor itu kan rasanya lebih wah atau lebih bombastis daripada di tembak. 40 Sebaliknya Tempo.co mengangkat berita mengenai kasus terorisme Ciputat dengan judul “Tembak Terduga Teroris di Tempat, Kapolri Dikritik”. Dipilihnya kata „ditembak‟ Tempo.co ingin langsung ke permasalahannya dan tidak ingin mencari sensasi. Seperti yang dikatakan redaktur executive Tempo.co Burhan Sholihin: “Bahwa judul dan segala macam tidak boleh melenceng dari fakta. Kalo faktanya ditembak ya ditembak. Tidak boleh bombastis, jadi kita tidak mencari sensasi. Jadi kita pemilihan judul ya sesuai dengan faktanya, bahwa kapolri dikritik oleh banyak pihak karena dia melakukan tembak ditempat. Dan kita tidak menggunakan kata teroris, tetapi terduga teroris. Karena kita memang belum tau bahwa dia teroris atau bukan, yang berhak mengadili ya di adili dulu di pengadilan agar statusnya jelas, kalo belum diadili ya dia hanya terduga saja”. 41 Pada lead berita, Liputan6.com menjelaskan mengenai penggerebekkan teroris Ciputat sesuai prosedur. Sebaliknya lead berita Tempo.co mengenai tanggapan pengamat kontraterorisme yang mengkritik Kapolri atas penggerebekkan terduga teroris di Ciputat. 40 Wawancara pribadi dengan redaktur Liputan6.com, Jakarta 6 Oktober 2014 41 Wawancara pribadi dengan executive editor Tempo.co, Jakarta 21 Oktober 2014. Dari kutipan terlihat pernyataan Kapolri Jenderal Sutarman yang menyatakan tidak menghendaki adanya korban jiwa baik yang ada di pelaku terorisme ataupun anggota Polri. Liputan6.com hanya mewawancarai Kapolri Jenderal Sutarman karena dia merupakan institusi yang paling berwenang. . Seperti yang dikatakan redaktur news Liputan6.com Raden Trimutia Hatta: “Dalam kasus ini kita memilih narasumbernya yaitu Kapolri, karena menurut kita beliau yang paling berwenang dan anggotanya dia yang ditembak”. 42 Sementara itu Tempo.co mewawancarai pengamat kontraterorisme Harits Abu Ulya, menurutnya Densus 88 menggunakan cara-cara eksekusi yang tidak humanis terhadap terduga teroris Ciputat. Dipilihnya Harits Abu Ulya sebagai narasumber karena pernyataan beliau sangat penting untuk diberitakan. Seperti yang dikatakan redaktur executive Tempo.co Burhan Sholihin: “Kita tidak hanya mewawancarai dari intitusi saja, tetapi kita juga mewawancarai dari pengamat. Beliau orang yang berkompeten, pernyataannya sangat penting untuk di beritakan ”. 43 Tabel 4.24 Perbandingan Skrip berita Liputan6.com edisi 6 Januari 2014 dan Tempo.co edisi 3 Januari 2014 Elemen Liputan6.com Tempo.co Skrip Liputan6.com menekankan mengenai Polri sudah Tempo.co menekankan mengenai Densus 88 42 Wawancara pribadi dengan redaktur Liputan6.com, Jakarta 6 Oktober 2014 43 Wawancara pribadi dengan executive editor Tempo.co, Jakarta 21 Oktober 2014. melakukan negoisasi, namun para terduga teroris tetap bertahan dan melakukan perlawanan dan dalam hal ini Polri sudah menjalankan sesuai prosedur dengan langkah-langkah persuasif secara halus agar meminimalisir korban tewas, namun para terduga teroris tidak mau mengikutinya. Antiteror harus berhati-hati dalam menggunakan kewenangan diskresi yang melekat karena diatur dalam Undang-undang Terorisme. Dari struktur skrip, Liputan6.com mengangkat berita ini mengenai tanggapan Kapolri terhadap penembakan terduga teroris yang dilakukan Densus 88. Dalam penggerebekan tersebut, Kapolri Jenderal Pol Sutarman mengatakan tindakan Polri sudah sesuai prosedur. Tewasnya teroris di Ciputat tidak kita kehendaki bersama. Saya tegaskan, Polri juga tidak menghendaki adanya korban jiwa, baik yang ada di pelaku terorisme maupun anggota Polri. Kami sudah melakukan semua langkah sesuai prosedur, Sebaliknya Tempo.co mengangkat berita ini mengenai kritikan terhadap tindakan Polri yang mengeksekusi mati terduga teroris di Ciputat. Menurut pengamat kontraterorisme Harits Abu Ulya tindakan main tembak ditempat sangat tidak manusiawi. “Cara-cara eksekusi tidak humanis. Mereka ini kan masih terduga te roris,” Tabel 4.25 Perbandingan Tematik berita Liputan6.com edisi 6 Januari 2014 dan Tempo.co edisi 3 Januari 2014 Elemen Liputan6.com Tempo.co Tematik 1 Kapolri Jenderal Sutarman menegaskan bahwa penggerebekan terduga teroris sudah sesuai prosedur dengan melakukan langkah- langkah persuasif. 2 Teroris bertahan dan melakukan perlawanan terhadap Polri yang mengakibatkan baku tembak dari kedua belah pihak. 1 Harits Abu Ulya selaku pengamat kontraterorisme melontarkan kritikannya terhadap tindakan Polri yang mengeksekusi di tempat terhadap terduga teroris. 2 Dalam pemberitaan ini Tempo.co memberitakan mengenai proses penggerebekkan terduga teroris pada Selasa malam, 31 Desember 2013 sekitar pukul 19.00. Dari struktur tematik, Liputan6.com dan Tempo.co sama-sama mengangkat dua tema, yakni Liputan6.com mengangkat mengenai pernyataan Jenderal Sutarman yang mengatakan penggerebekan teroris tersebut sudah sesuai prosedur dengan melakukan langkah-langkah persuasif. Kemudian jika saat itu teroris tidak melakukan perlawanan terhadap Polri, tidak akan terjadi baku tembak dari kedua belah pihak. Sedangkan Tempo.co mengangkat mengenai proses penggerebekkan terduga teroris dan kritikan dari pengamat kontraterorisme Harits Abu Ulya terhadap tindakan Polri yang mengeksekusi di tempat. Tabel 4.26 Perbandingan Retoris berita Liputan6.com edisi 6 Januari 2014 dan Tempo.co edisi 3 Januari 2014 Elemen Liputan6.com Tempo.co Retoris Sutarman menyatakan, jika saat negosiasi persuasif, para terduga teroris mau mengikutinya, ia menjamin tidak akan ada baku tembak yang menyebabkan korban jiwa. Pengamat kontraterorisme Harits Abu Ulya mengatakan, Kepala Kepolisian RI Jenderal Sutarman seharusnya mengevaluasi cara-cara eksekusi terduga teroris oleh Densus 88. Harits menilai eksekusi alias tembak mati di tempat sangat kontraproduktif. Cara-cara eksekusi tidak humanis. Mereka ini kan masih terduga teroris. Pada Liputan6.com terdapat kalimat leksikon, yaitu mati, baku tembak, dan soft. Sedangkan pada Tempo.co kalimat leksikonnya yaitu, yaitu tembak, eksekusi, kontraproduktif, humanis, oknum, diskresi, dan sinyal bahaya. Liputan6.com dan Tempo.co sama-sama menuliskan kalimat yang hurufnya dicetak tebal bold pada judul berita. Liputan6.com melengkapi pemberitaan ini dengan foto Kapolri Jenderal Sutarman. Sedangkan Tempo.co melengkapi pemberitaan ini dengan foto seorang polisi membawa barang bukti setelah menggeledah rumah yang dihuni oleh teroris. 89

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan teori dan hasil analisis data maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Pada pemberitaan teroris ini, kedua media mengambil sudut pandang yang berbeda. Seperti yang telah dipaparkan oleh peneliti pada bab sebelumnya, bahwa pada pemberitaan Liputan6.com memberitakan penggerebekkan teroris di Ciputat yang dilakukan Densus 88 Antiteror sudah sesuai prosedur dan harus diapresiasi. Sementara Tempo.co memberitakan mengenai kritik atas tindakan Polri yang menembak mati terduga teroris, karena seharusnya terduga teroris itu harus dibuktikan di pengadilan terlebih dahulu. 2. Perbandingan bingkai pada kedua media ini yaitu Liputan.com memberitakan penggerebekkan tersebut harus diapresiasi, bingkai tersebut didukung dengan pernyataan Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso walaupun tindakan Polri tidak sempurna dengan menembak mati keenam teroris namun kinerja Polri tetap diapresiasi. Selain itu Liputan6.com juga membingkai berita penggerebekkan teroris tersebut sudah sesuai prosedur. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan Kapolri Jenderal Sutarman yang mengatakan kalau anak buahnya sudah melakukan tindakan sesuai dengan prosedur, langkah awal yang diambil yakni mengajak negosiasi teroris akan tetapi teroris tak menghiraukannya. Sedangkan Tempo.co dalam pemberitaannya sangat tidak menyetujui dengan apa yang dilakukan Densus 88 Antiteror. Tempo.co memberitakan mengenai terduga teroris seharusnya dibuktikan di pengadilan. Peristiwa tersebut dikatakan sebagai sarat akan kepentingan politis hal ini diungkapkan dari pernyataan Wakil Ketua Komisi Pertahanan DPR Tubagus Hasanudin. Tempo.co juga mengkritik terhadap kinerja Polri, yang seharusnya penggerebekkan tersebut tidak menembak mati, melainkan dapat menangkap hidup-hidup keenam terduga teroris hal ini didukung dengan pernyataan pengamat kontraterorisme Harits Abu Ulya. Beliau mengatakan seharusnya Polri mengevaluasi cara-cara eksekusi terduga teroris oleh Densus 88 Antiteror. Harits menilai eksekusi alias tembak mati di tempat sangat kontraproduktif. Cara-cara eksekusi tidak humanis.

B. Saran

1. Liputan6.com dan Tempo.co merupakan media besar di Indonesia, alangkah baiknya jika kedua media tersebut menyampaikan informasi yang sesuai dengan fakta yang ada dan teruji kebenarannya, serta sesuai dengan kaidah jurnalistik. 2. Liputan6.com dan Tempo.co sebaiknya memberikan informasi yang benar, dan memandang secara obyektif dan tidak ada keberpihakan kepada salah satu fakta yang akan menimbulkan polemik masyarakat luas. 3. Dan untuk mahasiswa yang membaca skripsi ini, khususnya mahasiswa jurnaistik agar dapat melakukan tinjauan lebih dalam terhadap analisis framing pada media massa dengan lebih serius. Analisis framing penting untuk diketahui, karena kita akan dapat mengetahui bagaimana sebuah media dalam memberitakan sesuatu peristiwa. Dengan analisis ini juga dapat diketahui siapa mendukung siapa dan siapa saja yang luput dari pemberitaan media. 98 DAFTAR PUSTAKA Basya, M. Hilaly, Amerika Perangi Teroris Bukan Islam, Jakarta: Center for moderate moslem, 2004. Bungin, Burhan, Konstruksi Sosial Media Massa, Surabya: Kencana, 2008. Bungin, Burhan, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: PT Raja Grafindo, 2004. Bungin, Burhan, Sosiologi Komunikasi, Surabaya: Kencana, 2007. Bungin, Burhan, Teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, Jakarta: Kencana Prenada Media, 2007. Eriyanto, Analisis Framing Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, Yogyakarta: PTLKiS Pelangi Askara, 2008. Gunawan, Budi, Terorisme: Mitos dan Konspirasi, Jakarta: Forum Media Utama, 2006. Hendropriyono. A. M, TERORISME: Fundamentalis Kristen, Yahudi, Islam, Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2009. HM, Zaenuddin, The Journalist, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011. Mulyana, Deddy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004. Kountur, Ronny, Metode Penelitian: Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis, Jakarta: Percetakan Buana Printing, 2009. Kriyantono, Rachmat, Teknis Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010. Littlejohn, W Stephen, Theory of Human communication, 5 th edition, Calofornia: Wadswort Publishing Company, 1999. Maulani, ZA. Terorisme dan Konspirasi Anti Islam, Jakarta: Pustaka Al kautsar, 2002. Moleong, J Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997. Nazin, Moh. Metode Penlitian, Bandung: Ghalia Indonesia, 1999. Nasrullah, Rulli, Cyber Media, Yogyakarta: Idea Press, 2013. Sobur, Alex, Analisis teks media, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan RD, Bandung: Alfabeta, 2006. Sulistyo, Hermawan, Beyond Terrorism, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2002. Suryawati, Indah, Jurnalistik Suatu Pengantar: Teori Pengantar, Bogor: Ghalia Indonesia, 2011. Tebba, Sudirman, Jurnalistik Baru, Ciputat: Kalam Indonesia, 2005. Vivian, John, Teori Komunikasi Massa, Jakarta: Kencana, 2008. W. James dan Tnkrd Severin J. Werner, Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan Terapan Dalam Media Massa, Jakarta: Prenda Media Group, 2004.