2. Putusan Pengadilan Tinggi Agama Jakarta
Nomor 50Pdt.G2009PTA.JK
Agustu
Dalam persidangan majelis tingkat banding dengan perkara Nomor 50Pdt.
at antara lain: rumah
umur 51 tahun, agama Islam, pekerjaan
tahun, agama Islam, pekerjaan ibu rumah
sekarang Terbanding III. Perkara dengan Nomor 50Pdt.G2009PTA.JK telah diputus pada tanggal 05
s 2009 di Pengadilan Tinggi Agama Jakarta dan telah berkekuatan hukum tetap.
G2009PTA.JK disebutakan Hj. Sofinah binti H. Sarmada, umur 55 tahun, agama Islam, pekerjaan ibu rumah tangga, bertempat tinggal di Jl. Raya Bekasi
KM.18 No.60 RT.009 RW.011, kelurahan Jatinegara, kecamatan Cakung, Kota Jakarta Timur dahulu sebagai Tergugat sekarang Pembanding.
Sedangkan Terbandingnya adalah yang dahulu sebagai penggug 1.
Hj. Sofiah binti H. Sarmada, umur 58 tahun, agama Islam, pekerjaan ibu tangga, bertempat tinggal di Jl. Raya Bekasi KM.18 No.60 RT.009 RW.011,
kelurahan Jatinegara, kecamatan Cakung, Kota Jakarta Timur, dahulu sebagai Penggugat I sekarang Terbanding I.
2. H. M. Sofyan bin H. Sarmada,
wiraswasta, bertempat tinggal di Kampung Tarate No.60 RT.009 RW.011, kelurahan Jatinegara, kecamatan Cakung, Kota Jakarta Timur, dahulu sebagai
Penggugat II sekarang Terbanding II. 3.
Sarmanih binti H. Sarmada, umur 47 tangga, bertempat tinggal di Kampung Tarate No.60 RT.009 RW.011, kelurahan
Jatinegara, kecamatan Cakung, Kota Jakarta Timur, dahulu sebagai Penggugat III
71
4. Hj. Suryati binti H. Sarmada, umur 46 tahun, agama Islam, pekerjaan ibu rumah
tangga, bertempat tinggal di Dukuh Zamrud blok Tg. No.8 RT.008 RW.011,
pung Terate RT.009 RW.011, kelurahan
inggal di Kampung Terate No.60 RT.009 RW.011,
ok Tg. No.8 RT.008 RW.011, kelurahan
ng meninggal dunia p
kelurahan Ciminung, kecamatan Mustikajaya, Kota Bekasi, dahulu sebagai Penggugat IV sekarang Terbanding IV.
5. Hj. Suryanah binti H. Sarmada, umur 46 tahun, agama Islam, pekerjaan ibu
rumah tangga, bertempat tinggal di Kam Jatinegara, kecamatan Cakung, Kota Jakarta Timur, dahulu sebagai Penggugat V
sekarang Terbanding V. 6.
H. Ahmad Fauzi bin H. Sarmada, umur 37 tahun, agama Islam, pekerjaan wiraswasta, bertempat t
kelurahan Jatinegara, kecamatan Cakung, Kota Jakarta Timur, dahulu sebagai Penggugat VI sekarang Terbanding VI.
7. Suryatman bin H. Sarmada, umur 41 tahun, agama Islam, pekerjaan tidak bekerja,
bertempat tinggal di Dukuh Zamrud bl Jatinegara, kecamatan Cakung, Kota Jakarta Timur, dahulu sebagai Penggugat
VII yang dalam hal ini diwakili dan di bawah pengampuan saudara perempuan kandungnya Hj. Suryati binti H. Sarmada sekarang Terbanding VII
Pembanding dan Terbanding adalah ahli waris dari almarhum H. Sarmada yang meninggal dunia pada tanggal 11 Juli 2003 dan Hj. Hafsah ya
ada tanggal 6 September 1995.
72
Dalam keterangan yang diperoleh dari putusan Pengadilan, Pewaris meninggalkan harta warisan yang menjadi objek sengketa yang telah disebutkan pada
putusan sebelumnya. Pada putusan terdahulu yaitu putusan Pengadilan Agama Jakarta Timur telah
ditetapkan seperti yang telah disebutkan sebelumnya, maka pada hari selasa tanggal 7 April 2009 Pembanding Tergugat telah mengajukan permohonan banding. Akan
tetapi dalam surat keterangan yang dibuat oleh Panitera Pengadilan Agama Jakarta Timur bertanggal 26 Mei 2009 menerangkan bahwa Pembanding tidak megajukan
memori bandingnya, maka Pengadilan Tinggi Agama tidak mengetahui apa yang menjadi keberatan dari Pembanding. Meskipun demikian, permohonan banding
tersebut harus tetap dperiksa ulang dan dinyatakan diterima pada tinggkat banding karena permohonan bandingnya telah diajukan dalam tenggang waktu yang tepat dan
sesuai dengan cara-cara yang ditentukan dalam Undang-undang. Dengan mengacu pada putusan terdahulu hakim Pengadilan Tinggi Agama
menimbang bahwa mengenai petitum Penggugat yang memohon agar Pengadilan meletakan sita jaminan atas barang-barang yang menjadi obyek sengketa dan
beberapa barang milik Tergugat, telah diperiksa dan dipertimbangkan serta diputus dengan benar oleh hakim pertama dengan tidak menerima gugatan provisi Penggugat
karena obyeknya adalah sama dengan pokok perkara atau obyeknya adalah milik pribadi Penggugat, maka putusan hakim pertama dapat diambil alih menjadi
pertimbangan dan putusan Pengadilan Tinggi Agama.
73
Kemudian mengenai penetapan seluruh anak-anak pewaris menjadi ahli waris ternyata telah diperiksa dan diputus dengan benar oleh hakim pertama. Hal tersebut
bersdasarkan ketentuan pasal 174 KHI, maka putusan hakim pertama dapat diambil alih menjadi pertimbangan dan putusan Pengadilan Tinggi Agama.
Berdasarkan bukti P-8 maka hakim banding mengabulkan permohonan Penggugat dalam petitumnya mengenai Suryatman bin H. Sarmada berada dalam
pengampuan dan dibawah pengampuan Hj. Suryati binti H. Sarmada dan memohon agar bagian harta peninggalan yang menjadi hak Suryatman berada dan dikuasai serta
diamanatkan kepada pengampunya untuk kepentingan Suryatman. Oleh karena itu dalam hal ini hakim banding tidak sependapat dengan hakim pertama yang tidak
mengabulkan permohonan tersebut, maka putusan hakim pertama harus dibatalkan Selanjutnya mengenai obyek sengketa yang telah disepakati sebelumnya oleh
para pihak telah diperiksa dan dipertimbangkan serta diputus dengan benar oleh hakim pertama, maka putusan hakim pertama dapat diambil alih menjadi
pertimbangan dan putusan Pengadilan Tinggi Agama. Hal yang paling menarik dalam putusan Pengadilan Tinggi Agama mengenai
perkara ini adalah hakim tidak memutus pembagian harta waris dengan menggunakan bagian 2:1 baca: dua banding satu melainkan dibagi sama rata antara ahli waris laki-
laki dan perempuan. Padahal ketika menerima putusan hakim pertama pihak ahli waris tidak ada yang merasa keberatan dengan putusan tersebut bahkan dalam
permohonan bandingnya pun tidak diketahui apa yang menjadi keberatan Pembanding. Besar bagian ahli waris sebagai berikut:
74
1. Hj. Sofiah binti H. Sarmada
: 18 bagian 2.
Hj. Sofinah binti H. Sarmada : 18 bagian
3. M. Sofyan bin H. Sarmada
: 18 bagian 4.
Sarmanih binti H. Sarmada : 18 bagian
5. Hj. Suryati binti H. Sarmada
: 18 bagian 6.
Hj. Suryanah binti H. Sarmada : 18 bagian
7. Suryatman bin H. Sarmada
: 18 bagian 8.
Ahmada Fauzi bin H. Sarmada : 18 bagian
Mengenai besarnya bagian masing-masing ahli waris, hakim tingkat banding memberikan pertimbangan sebagai berikut:
1. Bahwa pewarisan merupakan proses perpindahan harta waris Pewaris kepada ahli
waris setelah meninggalnya Pewaris berdasarkan hukum waris. 2.
Bahwa pewarisan pada hakikatnya merupakan pelanjutan pelaksanaan hak dan tanggung jawab antara Pewaris dengan ahli waris ketika sama-sama masih hidup
yang terus berlanjut setelah Pewaris meninggal dunia, yang dilanjutakan dalam bentuk pembagian harta warisan.
3. Bahwa oleh sebab derajat dan kewajiban ahli waris anak perempuan terhadap
Pewaris adalah sama derajat dengan kewajiban ahli waris anak laki-laki, maka bagian warisan anak perempuan pun sudah seharusnya sama dengan bagian anak
laki-laki. 4.
Bahwa ketentuan dalam surat an-Nisa ayat 11 yang telah ditransformasi kedalam pasal 176 KHI, maka pengamalannya tidak bersifat mutlak 2:1 melainkan
75
5. Bahwa illat hukum ahli waris anak laki-laki diberikan 2:1 atas bagian anak
perempuan adalah karena dahulu ahli waris anak laki-laki diebani tanggung jawab memberikan nafkah dan biaya penghidupan atas ahli waris anak perempuan.
6. Bahwa dalam hukum keluarga di Indonesia tidak ada ketentuan hukum yang
mewajibkan ahli waris laki-laki menanggung biaya penghidupan bagi ahli waris anak perempuan sehingga tidak ada alasan lagi untuk memberikan bagian yang
lebih besar kepada ahli waris anak laki-laki dari pada ahli waris anak perempuan. 7.
Bahwa ketentuan kebutuhan penghidupan anak perempuan pada hakikatnya adalah sama besar dengan kebutuhan penghidupan ahli waris anak laki-laki.
8. Bahwa Nabi Muhammad SAW memerintahkan untuk bertindak adil terhadap
anak-anak tanpa membedakan jenis kelaminnya, demikian tentunya dalam memberikan hak warisan, nabi muhammad SAW bersabda: Bertindak adil
terhadap anak-anakmu sekalian .
9. Bahwa dalam kenyataannya pada saat ini struktur keluarga muslim di Indonesia
pada umumnya bersifat bilateral parental sebagaimana dirumuskan dalam pasal 45 dan 46 Undang-undang perkawinan sehingga tidak lagi membeda-bedakan
antara anak laki-laki dan anak perempuan dalam hak dan kewajiban dalam keluarga, demikian pula tentunya dalam hak dan kewajiban anak terhadap orang
76
tuanya ketika orang tuanya masih hidup dalam kewarisan ketika orang tuanya meninggal dunia.
10. Bahwa ketentuan dalam al-Quran surat an-Nisa ayat 11 yang telah ditransformasi
kedalam pasal 176 KHI yang memberikan bagian seorang anak laki-laki seperti bagian dua orang anak perempuan 2:1 tidaklah bersifat absolut manakala
keadilan menghendaki lain. 11.
Bahwa penentuan porsi anak laki-laki 2:1 dengan anak perempuan pada hakikatnya merupakan batas minimal yang harus diberikan dan diterima oleh
anak perempuan berdasarkan prinsip keadilan. 12.
Bahwa menegakkan keadilan yang diperintahkan dalam al-Quran merupakan hukum dasar hukum ushuliyah yang bersifat absolut sedang porsi pembagian
warisan anak laki-laki 2:1 dengan anak perempuan merupakan hukum terapan hukum furuiyah sebagai cabangnya yang bersifat reatif karena bergantung pada
illatnya yaitu keadilan. Oleh sebab itu manakala hukum furuiyah tidak sesuai dengan ushuliyah maka penerapan hukum furuiyah dapat saja berubah demi
terwujudnya keadilan yang merupakan hukum ushuliyah. 13.
Bahwa oleh sebab yang absolut dalam al-Quran adalah menegakkan keadilan, maka penerapan bagian anak laki-laki 2:1 dengan anak perempuan dilakukan
manakala keadilan menghendaki demikian dan dapat saja dilakukan pembagian yang sama antara anak laki-laki dengan anak perempuan 1:1 manakala keadilan
menghendaki demikian.
77
14. Bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut dan demi menegakkan
keadilan yang diperintahkan dalam al-Quran maka harta waris almarhum pewaris dapat dibagi sama besar baik kepada ahli waris anak laki-laki maupun anak
perempuan. Jika dilihat dari pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas maka dalam hal
ini hakim pada Pengadilan tingkat banding tidak sependapat dengan hakim pertama, maka putusan hakim pertama harus dibatalkan.
Khusus mengenai besarnya bagian masing-masing ahli waris yang disamakan besarnya antara anak laki-laki dengan anak perempuan, maka salah satu hakim
anggota majelis yang bernama Dra. Hj. Durrah Baraja, S.H., M. Hum. Menyatakan tidak sependapat dengan pendapat dua anggota mejelis lainnya. Hal-hal yang menjadi
keberatan beliau terlampir. Dengan demikian, dalam musyawarah majelis untuk perkara kewarisan ini telah terjadi ketidaksepakatan pendapat antara tiga orang
hakim. Ketidaksepakatan tersebut menimbulkan dua pendapat yang berbeda yaitu yang menghendaki besar bagian anak laki-laki sama besar dengan bagian anak
prempuan dan pendapat yang tetap mempertahankan pembagian waris dengan porsi 2:1. Oleh karena putusan akhir merupakan hasil dari pendapat yang terbanyak dari
tiga anggota majelis tersebut, maka pendapat yang pertamalah yang diambil yakni besar bagian anak laki-laki sama besar dengan bagian anak prempuan. Putusan seperti
ini sering disebut dengan istilah desinting opinion.
78
Kemudian, berdasarkan ketentuan pasala 181 ayat 1 HIR, oleh sebab dalam perkara pembagian waris tidak ada pihak yang kalah maupun yang menang karena
masing-masing ahli waris mendapat bagiannya sendiri-sendiri dalam menurut hukum Islam, maka biaya perkara pada tingkat pertama dibebankan kepada Penggugat dan
Tergugat, sedang biaya perkara pada tingkat banding dibebankan kepada Pembanding dan Terbanding secara tanggung renteng.
C. Telaah Kritis Terhadap Perkara Pembagian Harta Waris Putusan