PENUTUP Pendahuluan yang meliputi: latar belakang masalah, pembatasan dan Tinjauan Teoretis. Pada bab ini penulis mencoba memberikan Analisis gugatan perkara kewarisan anak laki-laki dan perempuan,

v C. Telaah Kritis Terhadap Pembagian Harta Waris Putusan Pengadilan Agama Jakarta Timur dan Pengadilan Tinggi Agama Jakarta ........................................................................................ 79

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................. 94 B. Saran .......................................................................................... 97 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 98 LAMPIRAN 1. Salinan Putusan Pengadilan Agama Jakarta Timur Nomor 1397 Pdt.G2008PA.JT 2. Salinan Putusan Pengadilan Tinggi Agama Jakarta Nomor 50Pdt.G2009PTA.JK 3. Surat izin untuk melaksanakan wawancara di Pengadilan Agama Jakarta Timur dan Pengadilan Tinggi Agama Jakarta 4. Hasil wawancara dengan hakim pada Pengadilan tingkat pertama 5. Hasil wawancara dengan hakim pada Pengadilan tingkat banding

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sistem waris merupakan salah satu sebab atau alasan adanya perpindahan kepemilikan, yaitu berpindahnya harta benda dan hak-hak material dari pihak yang mewariskan, setelah muwarits wafat, kepada para penerima warisan dengan jalan pergantian yang didasarkan pada hukum syara’. Terjadinya proses pewarisan ini tentu setelah memenuhi hak-hak yang terkait dengan harta peninggalan si mayit. 1 Pada masa jahiliyah sebelum Islam, bangsa Arab telah mengenal sistem waris. Meskipun demikian, mereka tidak memberikan harta waris tersebut kepada wanita maupun anak-anak yang dianggap tidak cakap dalam berperang dan tidak dapat meraih pampasan perang. Tetapi, mereka hanya akan memberikan harta waris kepada laki-laki dewasa, kerabat orang yang meninggal, dan orang lain yang bukan kerabat orang yang meninggal, karena suatu perjanjian atau adopsi. 2 Inilah yang berbeda dengan hukum waris dalam Islam. Allah SWT telah menetapkan bahwa orang-orang yang memiliki hubungan kekerabatan lebih berhak 1 Komite Fakutas Syariah, Universitas Al-Azhar Mesir, Hukum Waris, Jakarta: CV Kuwais Media Kreasindo, 2004 Cet.1, h. 1 2 Mukti Arto, Hukum Waris Bilateral Dalam Kompilasi Hukum Islam, Solo: Balqis Queen, 2009, Cet.1, h. 20 1 untuk saling mewarisi, baik laki-laki maupun perempuan, yang dewasa maupun anak- anak, seperti yang dijelaskan dalam al-Quran Surat al-Ahzab 33:6. Suatu fakta yang tidak dapat di pungkiri bahwa kelahiran hukum waris disamping bukan sekedar untuk merespon problem hukum dizaman jahiliyah yang telah disebutkan diatas, tetapi hukum waris juga dipresentasikan dalam teks-teks yang rinci, sistematis, konkrit dan realistis sehingga menutup kemungkinan akan adanya multi interpretasi. Hal ini diakui oleh para ahli hukum sebagai suatu keistimewaan tersendiri, karena dari sekian banyak ayat-ayat tentang hukum ayat ahkam dalam al- Quran yang menurut Abdul Wahhab Khallaf berjumlah 228, tidak ada satu aspek hukumpun yang secara teknis diyakini sebagai model hukum yang canggih dan lengkap selain daripada hukum waris tersebut. 3 Hukum waris ini berfungsi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam menegakan hukum Islam yang sesuai dengan ketentuan yang seharusnya tanpa adanya diskriminasi terhadap satu golongan, yang dipertegas dengan firman Allah SWT dalam al-Quran Surat An-nisa 4:7 mengenai proyeksi dari hukum kewarisan Islam. Kandungan ayat tersebut mengindikasikan bahwa yang menjadi ahli waris adalah seluruh anggota keluarga baik laki-laki maupun perempuan dan menjelaskan tentang pembagian hak dari masing-masing ahli waris atas harta warisan yang ditinggalkan oleh pemiliknya yang meninggal dunia. 3 Elfid Nurfitri Mubarok, Penyelesaian Gugatan Kewarisan Anak Perempuan Dengan Saudara Kandung, Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008, h. 3 2 Kita ketahui bahwa Indonesia bukanlah negara Islam, tetapi mayoritas penduduknya adalah muslim. Sehingga dalam kehidupan masyarakatnya hukum Islam mempunyai peranan yang sangat penting dalam pola regulasi masyarakat. Oleh karena itu, agar hukum Islam bisa berintegrasi ke dalam sistem hukum negara, maka legalisasi hukum Islam menjadi manifestasi modernisasi Islam yang terpenting. Dengan demikian diharapkan persoalan intern hukum Islam dapat terpecahkan. Salah satu karya besar umat Islam Indonesia dalam rangka memberi arti yang lebih positif bagi kehidupan beragamanya dan sebagai bukti atas kebangkitan umat Islam Indonesia, memperoleh momentum puncaknya yaitu dengan lahirnya Kompilasi Hukum Islam KHI pada tahun 1991. Legalisasi hukum Islam tersebut merupakan penjabaran dan aplikasi syariah yang menampilkan corak khas ke- Indonesia-an, meskipun hanya berbentuk Instruksi Presiden Inpres yang hanya bersifat fakultatif yang kekuatan hukumnya tidak begitu mengikat dan memaksa, namun diharapkan akan menjadi satu jenjang dalam berijtihad menemukan hukum dan sebagai batu loncatan untuk meraih keberhasilan yang lebih baik dimasa yang akan datang. 4 Kompilasi Hukum Islam KHI merupakan hukum materil yang harus dijalankan di Pengadilan Agama, tetapi KHI bukanlah bersifat mutlak seperti wahyu Tuhan, sehingga para hakim mempunyai peluang untuk memberikan beberapa pertimbangan dan berijtihad untuk menemukan hukum melalui perkara-perkara yang 4 Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: CV Akademika Pressindo, 1992, Cet. 1, h.6 3 ditanganinya. Maka dari itu, dalam praktek penyelesaian perkara di Pengadilan Agama dan Pengadilan Tinggi Agama adakalanya terdapat perbedaan dalam hal penggunaan KHI itu sendiri. Salah satunya adalah dalam hal kewarisan. Perbedaan bentuk putusan inilah yang dapat menimbulkan penerapan hukum yang berbeda pula. Dalam hal kewarisan sering menimbulkan sengketa, baik dalam jumlah pembagiannya, atau karena keterlambatan pembagian harta warisan tersebut, sehingga mengakibatkan harta peninggalan dikuasai oleh salah satu dari ahli warisnya, yang kemudian menimbulkan kecurigan akan penguasaan seluruh harta peninggalan. Oleh sebab itu mengenai harta peniggalan ini harus disegerakan dalam pembagiannya. Mengenai perkara yang menjadi fokus kajian dalam skripsi ini adalah tentang besarnya bagian harta waris yang diperoleh anak laki-laki dan perempuan yang terdapat dalam al-Qur’an surat An-nisa 4 ayat 11 yang kemudian ditransformasi kedalam KHI pasal 176, dewasa ini banyak menimbulkan multi interpretasi dikalangan ahli hukum termasuk hakim dalam menafsirkan ayat tersebut secara kontekstual. Sehingga, dalam memutus perkara pembagian hak waris anak laki-laki dan perempuan tidak lagi merujuk kepada ketentuan yang telah disyariatkan dalam al-Quran dan KHI pasal 176. Dengan terjadinya hal seperti itulah kemudian timbul kekhawatiran akan hilangnya ilmu faridh sejalan dengan perkembangan zaman. Artinya, eksistensi dari ilmu faraidh tersebut tidak lagi dipakai dan lebih kasarnya lagi akan ditinggalkan oleh penganutnya yakni umat Islam itu sendiri. 4 Padahal dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh al-Daruqutni dikatakan bahwa perintah mempelajari dan mengajarkan ilmu faraidh sejalan dengan perintah mempelajari dan mengajarkan al-Quran. Hal ini menunjukan bahwa ilmu faraidh merupakan cabang ilmu yang cukup penting dalam mengatur kehidupan umat dan mewujudkan keadilan dalam masyarakat. Berdasarkan dari uraian yang telah dijelaskan diatas, maka penulis tertarik untuk mengkaji apakah pembagian waris khususnya dalam pembagian hak waris anak yang terdapat dalam KHI pasal 176 digunakan secara mutlak? karena sebagaimana yang kita ketahui bahwa dengan lahirnya KHI ini diharapkan dapat menjaga dan mengamalkan hukum Islam sebagaimana mestinya menurut ketentuan syara. Kemudian bagaimana pertimbangan hakim yang menangani perkara tersebut dikaitkan dengan konsep keadilan dalam pembagian waris? Dan apa faktor yang dapat menggeser aturan hukum yang sudah ada kemudian berpindah ke aturan hukum yang lain? Berangkat dari keingintahuan penulis inilah maka penulis ingin meneliti dan menguraikan kedalam bentuk penulisan skripsi, dengan judul: “DISPARITAS PUTUSAN PERKARA WARIS” Studi Perbandinagan Putusan Pengadilan Agama Nomor 1397Pdt.G2008PA.JT dan Pengadilan Tinggi Agama Nomor 50Pdt.G2009PTA.JK

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

5 Sesuai dengan judul yang penulis angkat yaitu Disparitas Putusan Perkara Waris, maka pembatasan masalah dalam penulisan skripsi ini hanya terfokus pada analisis perbandingan putusan hakim Pengadilan Agama tingkat pertama, dalam hal ini Pengadilan Agama Jakarta Timur dan Pengadilan tingkat banding yaitu Pengadilan Tinggi Agama Jakarta. Hal ini ditujukan agar tidak terjadi pembahasan yang melebar dan tidak ada ujung pangkalnya, sehingga apa yang menjadi tujuan dari penulisan skripsi ini bisa tercapai dan terarah dengan baik.

2. Perumusan Masalah

Menurut teori baik dalam al-Quran maupun Kompilasi Hukum Islam KHI pasal 176 disebutkan bahwa besar bagian harta waris bagi anak laki-laki dan perempuan adalah 2:1 baca: dua banding satu. Akan tetapi dalam praktek penyelesaian perkara tersebut terdapat putusan yang berbeda, sehingga menimbulkan penerapan hukum yang berbeda pula, yaitu 1:1 baca: satu banding satu. Maka berdasarkan rumusan masalah diatas, penulis merincinya dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: a. Apakah pembagian harta waris 2:1 baca: dua banding satu yang terdapat dalam KHI pasal 176 digunakan secara mutlak sebagai dasar hukum di Pengadilan Agama? b. Bagaimana pertimbangan hakim yang menangani perkara kewarisan anak laki-laki dan perempuan dikaitkan dengan konsep keadilan? 6 c. Apa faktor yang dapat menggeser aturan hukum yg sudah ada kemudian berpindah ke aturan hukum yang lain?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan penulis bertujuan: 1. Untuk mengetahui apakah isi dari pasal 176 KHI dipergunakan secara mutlak sebagai dasar hukum. 2. Untuk mengetahui konsep keadilan dalam pembagian harta warisan, menurut teori keadilan dalam islam, teori kesetaraan gender, dan pandangan hakim tentang konsep keadilan tersebut. 3. Untuk mengetahui dasar-dasar hukum yang menjadi pertimbangan hakim dalam putusan perkara kewarisan yang dimaksud. 4. Diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak terkait, yang dalam hal ini para pihak yang concern menkaji hukum kewarisan Islam. 5. Untuk menambah pengetahuan penulis dalam hal kewarisan dan memberikan informasi kepada masyarakat bahwa terkadang ada putusan Pengadilan yang berbeda dari ketentuan asalnya, namun bukan berarti menyalahi aturan yang telah ditetapkan Allah SWT. 6. Sebagai bahan pertimbangan untuk dijadikan acuan terhadap pembuatan penelitian serupa di masa yang akan datang.

D. Metode Penelitian

7

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yuridis normatif, yakni penelitian yang difokuskan untuk mengkaji penerapan kaidah-kaidah atau norma-norma dalam hukum positif. 5

2. Pendekatan

Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kasus case approach. 6 Pendekatan kasus ini bertujuan untuk mempelajari penerapan norma- norma atau kaidah hukum yang dilakukan dalam praktek hukum. Terutama mengenai kasus-kasus yang telah diputus sebagaimana yang dapat dilihat dalam yurisprudensi terhadap perkara-perkara yang menjadi fokus penelitian.

3. Sumber data

Data yang digunakan terdiri dari data primer, sekunder, dan tersier. 7 Data primer terdiri dari beberapa peraturan perundang-undangan, yaitu Undang-undang 5 Sebagai konsekuensi pemilihan topik permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian yang objeknya adalah permasalahan hukum sedangkan hokum adalah kaidah atau norma yang ada dalam masyarakat, maka tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian yuridis normatif. Lihat Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Jakarta: Bayumedia, 2008, h. 295 6 Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Jakarta: Bayumedia, 2008, h. 295 dan 302 7 Johnmy Ibrahim membagi sumber data pada penelitian yuridis normative menjadi 3 tiga macam, yakni sumber primer, sekunder, dan tersier. Di mana sumber primer merupakan bahan hukum yang diurut berdasar hierarki perundang-undangan, sumber sekunder adalah bahan dan data yang didapatkan dari buku-buku, jurnal-jurnal, pendapat para sarjana, kasus-kasus hukum, yurisprudensi, dan hasil symposium mutakhir yang berkaitan dengna topik penelitian. Adapun sumber tersier merupakan bahan hukum yang member i petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan juga sekunder. Lihat Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Jakarta: Bayumedia, 2008, h. 295-296, lihat juga Peter Mahmud Marzuki, Penelitian HUkum, Jakarta: Kencana, 2007, h. 144-146 8 No. 1 Tahun 1974, Undang-undang No. 7 Tahun 1989, Undang-undang No. 3 Tahun 2006 dan KHI Kompilasi Hukum Islam. Data sekunder yang digunakan sebagai sumber data pada skripsi ini antara lain: a. Salinan putusan mengenai perkara waris dari Pengadilan Agama Jakarta Timur dan Pengadilan Tinggi Agama Jakarta. b. Hasil wawancara c. Buku, literatur, jurnal dan hasil tulisan lainnya yang mengkaji seputar kewarisan. Data tersier yang digunakan berupa kamus hukum.

4. Alat Pengumpul Data

Untuk memperoleh semua data yang dibutuhkan, digunakan alat pengumpul data sebagai berikut; a. Menganalisis terhadap putusan Pengadilan Agama Jakarta Timur, dan putusan Pengadilan Tinggi Agama Jakarta tentang pembagian waris antara anak laki-laki dan perempuan. b. Inventarisasi dokumen, baik bahan primer berupa peraturan perundang- undangan terkait, maupun bahan skunder berupa buku, literatur, jurnal, dan tulisan lainnya yang mengkaji seputar kewarisan, serta bahan tersier berupa kamus hukum. 9 c. Wawancara, berupa indeept interview wawancara yang mendalam terhadap hakim yang terkait dengan perihal tema penelitian ini.

5. Analisa data

Adapun bahan hukum yang diperoleh dalam penelitian studi kepustakaan, aturan perundang-undangan, dan artikel, diurai dan dihubungkan sedemikian rupa, sehingga disajikan dalam penulisan yang lebih sistematis guna menjawab masalah yang telah dirumuskan. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis komparatif. Penelitian komparatif ini akan dapat menemukan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan terhadap suatu ide, kritik terhadap orang, dan dapat juga membandingkan kesamaan pandangan, perubahan-perubahan pandangan orang terhadap kasus, peristiwa atau terhadap ide-ide. 8 Apabila dikaitkan dengan penelitian ini, kedua putusan pengadilan tersebut akan dianalisis dengan cara menguraikan dan mendeskripsikannya kemudian menghubungkan putusan itu dengan hasil wawancara dengan pihak yang menangani perkara, dalam hal ini yaitu hakim Pengadilan Agama Jakarta Timur dan Pengadilan Tinggi Agama Jakarta. Sehingga didapatkan suatu kesimpulan yang obyektif logis, konsisten, dan sistematis sesuai dengan tujuan yang dilakukan data penulis dalam penelitian ini. 8 Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian: Suatu Pendekatan Praktek jakarta: PT Rineka Cipta, 2002, h.236 10

E. Studi Review

1. Eli Nurmalia, “Respon Perempuan Terhadap Sistem Pembagian Waris

2:1 Dalam Hukum Kewarisan Islam Studi di RT.0405 Kelurahan

Bojongkulur Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor”. Dalam skripsi ini menguraikan dengan jelas sistem pembagian waris dalam al- Quran dan letak keadilannya dengan sistem pembagian 2:1 yang menitik beratkan terhadap respon masyarakat khususnya perempuan terhadap ketentuan syariat yang menetapkan pembagian waris antara anak laki-laki dan perempuan itu 2:1.

2. M. Sahlan, “Pemikiran Muhammad Syahrur Tentang Sistem Pembagian

Harta Waris”. Skripsi ini membahas tentang metode-metode yang digunakan oleh Muhammad Syahrur dalam menafsirkan ayat-ayat tentang waris, dan konsep keadilan dalam system pembagian waris itu. Perbedaan antara skripsi yang sudah ada di fakultas syariah dan hukum dengan skripsi yang ditulis oleh penulis adalah: a. Dalam skripsi terdahulu tentang “Respon Perempuan Terhadap System Pembagian Waris 2:1 Dalam Hukum Kewarisan Islam Studi di RT.0405 Kelurahan Bojongkulur Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor”, membahas tentang respon masyarakat atas ketentuan syariat dalam pembagian waris 2:1 karena hasil dari laporan para hakim banyak masyarakat yang lebih memilih pembagian waris dengan system sama rata. Sedangkan dalam skripsi 11 yang ditulis oleh penulis, membahas tentang sejauh mana sistem pembagian waris 2:1 digunakan secara mutlak di Pengadilan Agama maupun di Pengadilan Tinggi Agama, bagaimana pertimbangan hakim Pengadilan Agama dan Pengadilan Tinggi Agama mengenai perkara kewarisan anak laki- laki dan perempuan dikaitkan dengan konsep keadilan, kemudian apa faktor yang dapat menggeser aturan hukum yang sudah ada berpindah ke aturan hukum yang lain? b. Perbedaan skripsi yang kedua dengan skripsi yang ditulis oleh penulis sangat menonjol sekali karena skripsi terdahulu ini membahas tentang pemikiran salah seorang tokoh mengenai system pembagian waris, sedangkan skripsi penulis membahas tentang analisis putusan hakim mengenai perkara hak waris anak antara laki-laki dan perempuan. Meskipun demikian skripsi yang kedua ini memberikan kontribusi kepada penulis untuk mengungkapkan pendapat tokoh mengenai sistem pembagian waris dalam persfektif fikih.

F. Sistematika

Penulisan

BAB I : Pendahuluan yang meliputi: latar belakang masalah, pembatasan dan

perumusan masalah, tujuan dan manfaat dari penelitian, metode penelitian, studi review, dan sistematika penulisan.

BAB II : Tinjauan Teoretis. Pada bab ini penulis mencoba memberikan

gambaran mengenai kewarisan dalam persfektif fikih pengertian hukum waris, sumber hukum waris, syarat-syarat, rukun dan sebab-sebab kewarisan serta asas-asas 12 13 kewarisan, dan kewarisan dalam persfektif hukum positif Faraidh dalam Hukum positif, Faraidh dalam KHI serta mengenai konsep keadilan. Konsep keadilan ini dilihat dari teori keadilan menurut Islam, dan keadilan dalam kesetaraan gender.

BAB III : Analisis gugatan perkara kewarisan anak laki-laki dan perempuan,

yang mencakup landasan yuridis; hukum formil dan hukum materil, analisis dan pertimbangan hakim dalam menangani gugatan perkara kewarisan di Pengadilan Agama Jakarta Timur dan Pengadilan Tinggi Agama Jakarta, serta telaah kritis terhadap perkara tersebut yang mencakup persamaan dan perbedaan serta perbandingan antara teori dan prakteknya di Pengadilan Agama dan Pengadilan Tinggi Agama. BAB IV : Penutup, yaitu mencakup kesimpulan dan saran. 14

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Dokumen yang terkait

Pelimpahan hak asuh anak kepada bapak (studi kasus putusan pengadilan agama Jakarta perkara nomor 1829/Pdp.G/2008/PAJT)

1 40 92

Putusan verstek pengadilan agama depok dalam perkara cerai gugat : analisa putusan pengadilan agama depok perkara no. 1227/pdt.g/2008/pa.dpk

4 21 94

Pelimpahan Hak Asuh Anak Kepada Bapak Akibat Perceraian (Studi Putusan Pengadilan Agama Bekasi Nomor: 345/Pdt.G/2007/Pa.Bks.)

0 12 73

HAK SUAMI SEBAGAI AHLI WARIS DALAM KOMPILASI HUKUM ISLAM (Analisis Putusan Perkara Gugat Waris Di Pengadilan Agama Kota Cirebon Nomor : 753/Pdt.G/2011/PA.Cn.)

1 6 104

Cerai Gugat Karena Suami Pengguna Narkoba (Analisis Putusan Pengadilan Agama Tigaraksa Nomor 0154/Pdt.G/2013/Pa)

4 71 86

Perceraian akibat suami riddah: analisis koperatif putusan penagdilan agama bogor perkara Nomor 49/Pdt.G/2010/PA.BGR. dan Putusan Pengadilan Agama Jakarta Pusat Perkara Nomor 378/Pdt.G/2009/PA.JP

0 3 62

Penyelesaian Harta Bersama Dalam Perceraian (Analisis Terhadap Putusan Pengadilan Tinggi Agama Jakarta Perkara No: 126/Pdt.G/2013/PTA.JK)

2 18 0

Penerapan Hermeneutika Hukum di Pengadilan Agama Dalam Penyelesaian Sengketa (Studi Analisis Putusan Pengadilan Agama Bekasi Tentang Harta Bersama)

0 12 172

Urgensi izin isteri secara lisan dan tertulis dalam poligami (analisis putusan pengandilan agama rangkasbitung perkara No. 0390/pdt.G/2013/PA.Rks )

0 6 73

Murtad Sebagai Penghalang Hadhanah (Studi Analisis Putusan Pengadilan Agama Jakarta Timur Perkara Nomor 1700/Pdt. G/2010/PAJT)

1 29 206