c. Mempertahankan kontak mata agar terjalin komunikasi non- verbal sebagai pendukung komunikasi verbal.
d. Komunikasi efektif membutuhkan suasana yang menghibur. Lelucon atau sumber-sumber multimedia yang memungkinkan
hal itu akan membuat transfer informasi mengenai sasaran secara efektif.
e. Mempertahankan kontak dengan mereka hingga di luar kelas sekalipun. Artinya, email atau pertukaran pesan lewat sarana lain
sangat membantu efektifitas komunikasi sebelumnya di dalam kelas.
f. Kerjasama tim biasanya lebih memberi hasil yang efektif.
34
Bila receiver penerimanya adalah murid dan hal ini untuk tujuan komunikasi pendidikan yang efektif, maka hal-hal yang juga perlu
dikembangkan menurut University of California Davis adalah ketrampilan menulis, berbicara, serta komunikasi antarpersonal dan komunikasi
kelompok.
5. Peran Komunikasi Guru dan Siswa
Salah satu tujuan komunikasi adalah adanya perubahan yang diinginkan komunikator kepada orang lain yang diinginkan. begitupun
guru, tujuan seorang guru adalah membentuk suatu perubahan pada peserta didik. maka seorang guru harus bisa berkomunikasi dengan baik
kepada peserta didik untuk tercapainya perubahan, seperti perubahan prilaku, sikap, kehidupan sosial dsb.
Oleh karena itu peran komunikasi guru haruslah jelas, maka penulis akan membahas apa yang semestinya dilakukan oleh guru dalam
berkomunkasi kepada siswanya yang bertujuan adanya perubahan yang baik terhadap siswa.
a. Komunikasi Guru
Di dalam komunikasi guru dengan siswanya, banyak hal terjadi yang maksud dan tujuannya adalah perubahan yang terjadi terhadap
34
Nunung Prajarto, dari artikel yang berjudul Menjalin Komunikasi Efektif, karangan Dr. Nunung Prajarto. http:yanpraz.multiply.comjournalitem5Komunikasi_Efektif.
siswa kearah yang lebih baik. Ada dua uraian dibawah ini yang dijadikan tuntutan agar fungsi komunikasi antara guru dan siswa
dilakukan sebagaimana mestinya, yaitu : 1.
Profesionalisme guru Di dalam buku ”wawasan tugas guru dan tenaga kependidikan”
seorang guru yang profesional adalah sangat sederhana dan wajar, ialah guru yang baik, yang lahir dari manusia yang baik. Jadi tidak
harus terobsesi dengan menciptakan guru tanpa cacat. Ukuran keberhasilan guru secara sederhana ialah apabila peserta didik
bertambah gairah belajar; bila hasil belajar peserta didik meningkat; bila disiplin sekolah membaik; bila hubungan antara guru, orang tua
dan masyarakat menjadi mesra.
35
Memang benar bahwa guru yang profesional tidak harus sempurna dalam segala hal, akan tetapi bagaimana ia bisa menuntun
di sekelilingnya untuk kearah yang lebih baik. Dengan para siswa guru yang profesional harus bisa mengubah siswa agar memiliki
watak untuk selalu meningkatkan belajaranya demi prestasi yang akan diraih. Profesional guru akan terlihat oleh orang tua atau
masyarakat apabila siswa memiliki prestasi dari hasil belajar siswa di sekolah.
Di dalam buku yang sama, dalam konteks yang luas, terutama dalam kaitannya dengan perkembangan kehidupan bangsa selama ini
adalah mutlak bahwa: a
Guru Memanusiakan Anak Bangsa, yakni Senantiasa membuka peluang dan potensi setiap manusia sebesar-
besarnya hingga anak bangsa bebas dari keterbelengguan dan sekaligus berkembang dan berpotensi didalam hidup.
b Guru Membudayakan Anak Bangsa, yakni Membuka
peluang sebesar-besarnya untuk penghayatan, penerapan dan pengembangan nilai-nilai kehidupan yang beradab dan
bemoral.
35
Departemen agama RI, Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan, Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam 2005. hal. 12.
c Guru Mengindonesiakan Anak Bangsa, yakni Guru
bertanggung jawab untuk senantiasa mengindonesiakan anak bangsa, yang memupuk kebanggaan berbangsa,
menghidupkan aspirasi kesatuan dan presatuan.
36
Tugas guru terhadap bangsa memang tidak mudah, guru dituntut untuk selalu mencerdaskan anak bangsa. Bangsa atau negara
yang baik bersumber pada sumber daya manusia yang baik. Sumber daya manusia yang baik tercipta pada anak yang baik pula. Anak
yang baik muncul karena anak yang pintar, berprestasi, patuh kepada orang tua dan guru. Oleh karena itu guru harus menciptakan siswa-
siswa yang cerdas agar dapat memajukan bangsanya. Jelas bahwa guru profesional menjadikan komunikasi sebagai
wadah untuk membentuk siswa yang cerdas. Bagaimanapun prilaku siswa akan bisa di atasai apabila guru memiliki tata cara komunikasi
yang baik. Tidak diharuskan ada guru yang pintar juga mapan untuk membimbing siswanya. Oleh karena itu komunikasi yang baik
sangatlah penting terhadap guru dan siswa untuk mencapai tujuan yang telah disepakati keduanya.
2. Tanggung jawab guru Komunikasi guru dan siswa akan terjadi apabila guru memiliki
tanggung jawab terhadap siswanya. Yaitu dengan merencanakan dan menunutun siswa melakukan kegiatan-kegiatan belajar guna
mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang dinginkannya. Guru harus membimbing siswanya agar mereka memperoleh
keterampilan-keterampilan, pemahaman, perkembangan berbagai kemampuan, kebiasan-kebiasan yang baik, dan perkembangan sikap
yang serasi. Oleh karena itu ia harus melakukan banyak hal yang kaitannya dengan komunikasi guru dan siswa agar pengajarannya
berhasil, antara lain. a.
Mempelajari setiap peserta didik dikelasnya.
36
Departemen agama RI, Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan…, hal. 17-18.
b. Memilih dan menggunakan metode mengajar yang sesuai
dengan tujuan yang hendak dicapai, kebutuhan dan kemampuan peserta didik dan dengan bahan bahan yang
akan diberikan.
c. Memelihara hubungan pribadi seerat mungkin dengan
peserta didik. d.
Membantu para peserta didik memecahkan berbagai masalah.
e. Mengadakan hubungan dengan orang tua peserta didik
secara kontiniu dan penuh saling pengertian. f.
Mengadakan hubungan dengan masyarakat secara aktif dan kreatif guna kepentingan pendidikan para siswa.
37
b. Komunikasi Siswa
Peran komunikasi siswa disini adalah bagaimana ia dapat menangkap hal-hal yang diberikan oleh guru melalui lisan dalam proses
belajar-mengajar. Seperti materi pelajaran, nasehat-nasehat, teguran atau pujian dll. Hal di atas akan terjadi apabila komunikasi guru dan
siswa terjalin dengan baik. Ada beberapa hal yang menjadi penghambat bagaimana peran
siswa berkomunikasi kepada gurunya. disinilah para guru dapat menggunakan perannya sebagai seorang komunikator.
ada dua hal yang dapat menyebabkan penghambat antara komunikasi siswa dengan gurunya dalam proses belajar mengajar,
yaitu: 1. Kesulitan belajar
Kesulitan belajar ini tidak selalu disebabkan karena faktor intelegensi yang rendah kelainan mental, akan tetapi disebabkan
oleh faktor-faktor non intelegnsi. Dengan demikian, anak yang memiliki intelegensi yang tinggi belum menjamin keberhasilan
belajar. Menurut Syaiful Bahri Djamarah, kesulitan belajar yang
37
Departemen agama RI, Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan…, Hal. 76- 77.
dirasakan oleh anak didik bermacam-macam, yang dapat dikelompokkan menjadi empat macam, yaitu sebagai berikut :
a. dilihat dari jenis kesulitan belajar: -
ada yang berat; -
ada yang sedang. b. dilihat dari mata pelajaran yang dipelajari:
- ada yang sebagian mata pelajaran; dan
- ada yang sifatnya sementara.
c. dilihat dari sifat kesulitannya: -
ada yang sifatnya menetap; dan -
ada yang sifatnya sementara. d. dilihat dari segi faktor penyebabnya
- ada yang karena faktor intelegensi; dan
- ada yang karena faktor non intelegensi.
38
Bermacam-macam kesulitan belajar sebagaimana disebutkan di atas selalu ditemukan di sekolah. Apalagi suatu sekolah dengan
sarana prasarana yang kurang lengkap, dan tenaga guru apa adanya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar adalah suatu kondisi
dimana anak didik tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan ataupun gangguan belajar.
39
Di sinilah tugas guru untuk selalu memahami anak didik, bagaimana ia ahli berkomunikasi dengan anak didik yang memiliki
ancaman, hambatan dan gangguan di dalam proses belajar mengajar. Karena kesulitan belajar anak didik dapat terjadi setiap saat. Setiap
kali kesulitan belajar anak didik yang satu dapat di atasi, tetapi pada waktu yang lain muncul lagi kasus kesulitan belajar anak didik yang
lain. Dalam setiap bulan atau bahkan dalam setiap minggu tidak jarang ditemukan anak didik yang berkesulitan belajar.
Menurut Muhibbin Syah didalam buku psikologi belajar karangan syaiful bahri djamarah. Beberapa penyebab kesulitan
belajar yang ditinjau dari sudut intern anak didik dan ekstern anak
38
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2008 Ed, 2. h. 234- 235.
39
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar..., h. 235.
didik. Menurutnya faktor-faktor anak didik meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko-fisik anak didik, yakni berikut ini.
a. Yang bersifat kognitif ranah cipta, antara lain seperti
rendahnya kapasitas intelektualintelegensi anak didik. b.
Yang bersifat afektif rana rasa, antara lain seperti labilnya emosi dan sikap.
c. Yang bersikap psikomotor ranah karsa antara lain seperti
terganggunya alat-alat indra penglihatan dan pendengaran mata dan telinga.
Sedangkan faktor ekstern anak didik meliputi semua situasi
dan kondisi lingkungan
s
ekitar yang tidak mendukung aktifitas belajar anak didik. Faktor lingkungan ini meliputi:
a. Lingkungan keluarga, contohnya; ketidakharmonisan
hubungan antara ayah dengan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
b. Lingkungan perkampunganmasyarakat, contohnya;
wilayah perkampungan kumuh slum area dan tema sepermainan peer group yang nakal.
c. Lingkungan sekolah, contohnya: konidisi dan letak gedung
sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar yang berkualitas rendah.
40
Dari pernyataan di atas dapat dibayangkan betapa mudahnya anak didik menghadapi masalah-masalah yang akan terjadi didalam
kesulitan belajar. Maka disinilah peran guru, orang tua, dan lingkungan sekitar untuk selalu memberikan banyak pengaruh hal
positif terhadap anak didik agar mampu menghadapi masalah- masalah yang menyulitkan anak didik untuk belajar. Khususnya guru
yang lebih banyak berkomunikasi kepada siswa didalam proses belajar mengajar, dengan cara memberikan nasehat, motivasi dan
saran ketika sedang memberikan materi pelajaran. Hal ini penting, karena murid akan mencerna apa yang diberikan oleh guru didalam
proses belajar mengajar. Guru sangatlah berperan penting kepada siswa-siswanya.
Bagaimanapun sikap dan prilaku siswa. Guru harus bisa mengerti bahwa tidak semua siswa itu sama, perlu diingat pada dasarnya
seorang anak memiliki hati nur’ani yang sama. oleh karena itu tugas guru adalah menemukan jatidiri siswa-siswanya agar mereka paham
bahwa setiap orang pasti memiliki kelebihan, dan pergunakanlah kelebihan itu untuk menuntut ilmu. Karena, ilmu pengetahuan itu
penting dan bermanfaat bagi sekolah, keluarga, lingkungan dan negara.
2. Perihal anak bermasalah
Tolok ukur keberhasilan seorang guru dapat ditentukan berdasarkan sikap dan perilaku anak-anak didiknya.
Sebagai pendidik, seorang guru akan merasa berhasil apabila anak-nak
didiknya mau bekerjasama dalam proses belajar mengajar. Makna kerjasama adalah bersama-sama melakukan tugas dalam rangka
proses pembelajaran. Tetapi adakalanya sikap dan perilaku anak- anak didik menyebabkan seorang guru tidak tahan dan ingin cepat-
cepat menyelesaikan sesi pembelajarannya. Sebenarnya sikap dan tingkah laku anak-anak didik yang tidak
mau bekerjasama merupakan dampak permasalahan dalam proses belajar mengajar
.
Alasan kenapa anak-anak didik tidak mau bekerja sama karena mereka memiliki masalah yang ada pada dirinya,
sangatlah berbeda antara anak yang mengalami kesulitan belajar dengan anak yang bermasalah. Seorang siswa dikategorikan sebagai
anak yang bermasalah apabila ia menunjukkan gejala-gejala penyimpangan dari prilaku yang lazim dilakukan oleh anak-anak
pada umumnya. Siswa yang bermasalah tidak bisa dihadapkan hanya sebatas
komunikasi biasa saja. Akan tetapi diberikan perhatian lebih, seperti memberikan nasehat dan motivasi, selalu komunikasi dengan orang
tua atau pihak dari keluarganya. Karena masalah yang muncul dari siswa tidaklah merupakan satu aktifiras yang independen.
40
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar ..., h. 235-236.
Secara garis besar pangkal soal masalah-masalah siswa dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu Internal dan Eksternal:
a. Internal
masalah internal biasanya lebih disebabkan dari kondisi siswa tersebut, hal ini disebabkan dari adanya kelainan fisik
maupun kelainan psikis b.
Eksternal masalah eksternal hadir dari luar siswa. Biasanya muncul
dari keluarga, pergaulan, salah asuh atau pengalaman hidup yang tidak menyenangkan.
Dari uraian di atas dipahami bahwa siswa tidaklah sempurna. seorang peserta didik memiliki kekurangannya masing-masing dalam
berkomunikasi, ini mewakili dari kekurangan siswa yang sering dijumpai dalam proses belajar mengajar. Di sini bagaimana peran
komunikasi guru berfungsi, guru yang pandai bekomunikasi dengan siswanya adalah guru yang memahami kondisi dari siswa tersebut.
Karena tidak semua siswa yang berada dalam satu kelas bisa menggunakan satu bentuk komunikasi yang sama, akan tetapi guru
harus menggunakan hal-hal yang dibutuhkan agar komunikasi tersebut bisa berjalan dengan baik.
Menurut Olailani,
41
ada tujuh opsi yang bermanfaat dan efektif yang harus dilakukan guru dalam menghadapi siswa yang
bermasalah di sekolah, yaitu : a.
Memberi penjelasan apabila ada masalah atau kejadian insidentil di kelas.
b. Berperan sebagai seorang informan.
c. Memberikan pilihanopsi.
d. Memberi perintah dengan pesan singkat atau satu kata.
e. Berkomunikasi dengan gerakan atau bahasa tubuh.
f. Mengungkapkan perasaan anda.
41
Olailani, artikel Opsi Seorang Pendidik Menghadapi Anak-anak yang Bermasalah, http:id.shvoong.comsocial-scienceseducation1813790-opsi-seorang-pendidik-menghadapi-
anak.
g. Menyampaikan pesan atau perintah melalui tulisan.
Opsi di atas sangat mudah dilakukan bagi seorang guru. Anak- anak didik yang bermasalah akan sangat bergantung kepada guru,
mereka akan melewati masalah dengan baik apabila seorang guru selalu menuntun anak didiknya hingga mencapai tujuan yang telah
disepakati bersama didalam proses belajar mengajar yaitu prestasi belajar.
C. Kerangka Berfikir