Kerangka Konsepsi Eksistensi Perkawinan Adat Pada Masyarakat Mandailing Di Kota Medan

23 Sistem perkawinan eksogami yang merupakan bentuk dasar bagi masyarakat patrilineal ialah sistem perkawinan eksogami jujur atau kawin jujur secara eksogami. Adapun arti perkawinan eksogami jujur itu adalah: a. Perkawinan eksogami, artinya ialah perkawinan dengan orang yang berasal dari luar clanmarga atau bukan berasal dari clanmarga yang sama. b. Perkawinan jujur, artinya ialah perkawinan dengan adanya pemberian dari pihak keluarga pria kepada pihak keluarga wanita berupa benda atau barang- barang tertentu yang secara adat mempunyai nilai kekuatan untuk mensahkan sebagai tanda perkawinan tersebut. 50

2. Kerangka Konsepsi

Sejalan dengan landasan teori tersebut, maka dalam penulisan hukum diperlukan kerangka konsepsional. Kerangka konsepsional merupakan kerangka yang menggambarkan hubungan antara konsep-konsep khusus yang ingin atau akan diteliti. Konsep bukan merupakan gejala yang akan diteliti, akan tetapi merupakan suatu abstraksi dari gejala tersebut. Gejala itu sendiri dinamakan fakta, sedangkan konsep merupakan suatu uraian mengenai hubungan-hubungan dalam fakta tersebut. 51 Kerangka konsep mengandung makna adanya stimulasi dan dorongan konseptualisasi untuk melahirkan suatu konsep baginya atau memperkuat keyakinannya akan konsepnya sendiri mengenai sesuatu permasalahan. 52 50 A. Ridwan Halim, Hukum Adat dalam Tanya Jawab, Ghalia Indonesia, Jakarta,1985,hal51. 51 Soerjono Soekanto, Op.Cit, hlm 132 52 M. Solly Lubis, Op.Cit, hal 80 Universitas Sumatera Utara 24 Kerangka konsepsional dalam penelitian hukum, diperoleh dari peraturan perundang-undangan atau melalui usaha untuk merumuskan atau membentuk pengertian-pengertian hukum. Apabila kerangka konsepsional tersebut diambil dari peraturan perundang-undangan tertentu, maka biasanya kerangka konsepsional tersebut sekaligus merumuskan definisi-definisi tertentu, yang dapat dijadikan pedoman operasional di dalam proses pengumpulan, pengolahan, analisa dan konstruksi data. 53 Oleh karena itu, untuk menghindarkan terjadinya perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka dipandang perlu untuk mendefinisikan beberapa konsep penelitian agar secara operasional diperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan makna variabel yang ditetapkan dalam topik, yaitu : a. Eksistensi Eksistensi adalah keberadaan dari sesuatu hal yang masih dapattidak dipertahankan b. Perkawinan menurut Undang-Undang Perkawinan Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa. c. Perkawinan dalam pandangan hukum adat 53 Soerjono Soekanto, Op.Cit., hal137 Universitas Sumatera Utara 25 Perkawinan adalah urusan kerabat urusan keluarga, urusan masyarakat, urusan martabat dan urusan pribadi dan begitu pula ia menyangkut urusan keagamaan. 54 Artinya perkawinan itu bukan saja berarti sebagai perikatan perdata, tetapi juga sekaligus merupakan perikatan kekerabatan dan ketetanggaan. Jadi terjadinya suatu ikatan perkawinan bukan semata-mata membawa akibat terhadap hubungan-hubungan keperdataan, seperti hak dan kewajiban suami-istri, harta bersama, kedudukan anak dan kewajiban orang tua, tetapi juga menyangkut tentang hubungan-hubungan adat-istiadat, kewarisan, kekerabatan dan ketetanggan serta menyangkut upacara-upacara adat dan keagamaan. Begitu pula menyangkut kewajiban mentaati perintah dan larangan agama, baik dalam hubungan manusia dengan Tuhannya ibadah maupun hubungan manusia dengan sesama manusia mu’amalah dalam pergaulan hidup agar selamat di dunia dan selamat di akhirat. 55 d. Sahnya perkawinan menurut Undang-Undang Perkawinan Pasal 2 ayat 1 dan2 1 Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu. 2 Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. 54 Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Indonesia, Mega Jaya Abadi, Bandung, 1990, hlm, 23 55 Ter Haar, Beginselen en Stelsel van het Adatrecht, diterjemahkan oleh Soebekti dalam Asas-Asas dan Susunan Hukum Adat, PT. Pradnya Paramita, Jakarta. 1997. Hlm 158 Universitas Sumatera Utara 26 e. Sahnya perkawinan menurut hukum adat Keabsahan perkawinan bagi masyarakat adat harus dilakukan dihadapan alam, Tuhan, dan sesama disaksikan oleh seluruh anggota kerabat, tetangga, handai- taulan, dan anggota masyarakat. Perkawinan yang demikian ditandai dengan upacara yaitu prosesi dari rumah pengantin laki-laki ke rumah pengantin perempuan atau sebaliknya sebagai bentuk pengumuman bahwa telah terjadi sebuah peristiwa sosial sekaligus peristiwa hukum. 56 f. Adat Mandailing Mandailing adalah suatu wilayah yang terletak di Kabupaten Mandailing Natal di tengah Pulau Sumatera sepanjang jalan raya lintas Sumatera 40km dari Padang Sidempuan ke Selatan dan 150km dari Bukit Tinggi berbatasan dengan Angkola di sebelah Utara, Pesisir di sebelah Barat, Minangkabau disebelah Selatan dan Padang Lawas di sebelah Timur. Etnik Mandailing merupakan orang yang berasal dari Mandailing secara turun menurun dimanapun ia bertempat tinggal. Etnik ini menurut garis keturunan ayah patrilineal.

G. Metode Penelitian

Metode penelitian berasal dari kata “Metode dan Logos”. Metode yang artinya adalah cara yang tepat untuk melakukan sesuatu dan logos yang artinya ilmu atau pengetahuan. Jadi metodologi artinya cara melakukan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara seksama untuk mencapai suatu tujuan. Penelitian adalah suatu kegiatan 56 Dominikus Rato, Op.Cit hal.54 Universitas Sumatera Utara 27 untuk mencari, mencatat, merumuskan dan menganalisis sampai menyusun laporannya. 57 Penelitian sebagai suatu sarana pokok dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran-kebenaran secara sistematis, metodologis dan konsisten karena melalui proses penelitian tersebut dilakukan analisi dan konstruksi terhadap data yang telah dikumpulkan dan diolah. 58

1. Sifat Penelitian