Terhadap Anak yang Lahir Dari Perkawinan

61 7. Suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala sesuatu dengan kemampuannya. 8. Istri wajib mengatur urusan rumah tangga dengan sebaik-baiknya.

2. Terhadap Anak yang Lahir Dari Perkawinan

Dalam hukum adat, dikenal adanya 2 dua macam dasar keturunan, yaitu: a. Keturunan asli, yang dalam hal ini ialah anak-anak kandung b. Keturunan tidak asli, yang dalam hal ini ialah anak-anak angkatnya. 113 Masyarakat mandailing mengelompokkan diri dalam beberapa marga, sebagai keturunan daripada seorang tokoh nenek moyang. Masing-masing kelompok marga mempunyai seorang tokoh nenek moyang sendiri yang membuat masyarakat Mandailing menjadi kesatuan dari beberapa marga yang berlainan asalnya. Silsilah keturunan itu dinamakan tarombo dan sampai sekarang masih banyak disimpan oleh masyarakat Mandailing sebagai warisan turun-temurun yang dipelihara baik-baik. 114 Bagi masyarakat Mandailing, diharapkan kelahiran keturunan laki-laki agar dapat meneruskan marga, sehingga marga tidak terputus di garis keturunan perempuan. Karena marga diperoleh dari garis keturunan ayah patrilineal 115 Dalam hukum adat, anak yang lahir di luar perkawinan adalah anak sah jika ibu yang mengandungnya mempunyai suami pada saat melahirkannya. Walaupun suami ibunya tersebut bukan orang tua biologisnya dan tidak dipersoalkan masalah 113 A. Ridwan Halim, Hukum Adat dalam Tanya Jawab, Ghalia Indonesia, 1989, hal.71 114 http:duakoto.wordpress.com20071226marga-marga-mandailing diakses pada tanggal 3 Agustus 2012 jam 11.45 WIB 115 Hasil wawancara dengan tokoh adat Mandailing, Bapak H.Ibrahim Nasution gelar: Raja Umala, pada hari Rabu, 18 Juli 2012,jam 11.00WIB Universitas Sumatera Utara 62 tenggang waktu kawin dan waktu melahirkan. Jikapun terjadi si ibu yang melahirkan tidak punya suami, maka seorang anak tersebut hanya dapat mewaris harta peninggalan ibunya dan jika anak itu yang wafat, maka harta peninggalannya hanya diwarisi ibunya dan keluarga ibunya. Menurut Undang-Undang Perkawinan No.1 tahun 1974 terdapat beberapa akibat perkawinan terhadap anak. Diantaranya: a. Kedudukan anak 1 Anak yang dilahirkan dalam perkawinan adalah anak yang sah Pasal 42 2 Anak yang dilahirkan di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan kerabat ibunya saja. Pasal 43 ayat 1. Menurut Putusan MK nomor 46PUU-VIII2010 tanggal 17 Februari 2012 menyatakan bahwa Pasal 43 ayat 1 Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 sepanjang dimaknai menghilangkan hubungan perdata dengan laki-laki yang dapat dibuktikan berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi danatau alat bukti lain menurut hukum ternyata mempunyai hubungan darah sebagai ayahnya. 116 Sehingga ayat tersebut harus dibaca “Anak yang dilahirkan di luar perkawinan mempunyai hubngan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya serta dengan laki- laki sebagai ayahnya yang dapat dibuktikan berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi danatau alat bukti lain menurut hukum mempunyai hubungan darah, termasuk hubungan perdata dengan keluarga ayahnya.” 117 116 Putusan MK Nomor 46PUU-VIII2010 tanggal 17 Februari 2012, hlm.37 117 Ibid, hlm.35 Universitas Sumatera Utara 63 Menurut Chatib Rasyid dalam kajian yuridis terhadap Putusan MK Nomor 46PUU-VIII2010 tanggal 17 Februari 2012, bahwa yang dimaksud majelis dengan frasa “anak di luar perkawinan” bukan anak hasil zina melainkan anak hasil nikah sirri. Hubungan perdata yang diberikan kepada anak di luar perkawinan tidak bertentangan dengan nasab, waris, dan wali nikah. Hak yang dapat dituntut anak di luar perkawinan yang tidak diatur fikih antara lain, berupa hak menuntut pembiayaan pendidikan atau hak menuntut ganti rugi karena perbuatan melawan hukum yang merugikan orang lain seperti yang diatur dalam Pasal 1365 KUH Perdata atau hak untuk menuntut karena ingkar janji. Intinya adalah hak-hak perdata selain hak nasab, hak waris, wali nikah, atau hak perdata apapun yang tidak terkait dengan prinsip- prinsip munakahat sesuai fikih. 118 b. Hak dan kewajiban antara orang tua dan anak 1 Kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anaknya sampai anak- anak tersebut kawin dan dapat berdiri sendiri Pasal 45 2 Anak wajib menghormati orang tua dan kehendaknya yang baik. 3 Anak yang dewasa wajib memelihara orangtua dan keluarga dalam garis keturunan ke atas sesuai kemampuannya, apabila memerlukan bantuan anaknya Pasal 46 c. Kekuasaan orang tua 1 Anak yang belum berumur 18 tahun atau belum pernah kawin ada di bawah kekuasaan orang tua 118 Buah Simalakama Putusan MK dalam Harian Surat Kabar Jawa Pos, Rabu, 28 Maret 2012 Universitas Sumatera Utara 64 2 Orang tua dapat mewakili segala perbuatan hukum baik di dalam maupun di luar pengadilan Pasal 47 3 Orang tua tidak boleh memindahkan hak atau menggadaikan barang-barang tetap yang dimiliki anaknya yang berumur 18 tahun atau belum pernah kawin. Kekuasaan orang tua terhadap diri anak adalah kewajiban untuk memberi pendidikan dan penghidupan kepada anaknya yang belum dewasa dan sebaliknya, anak-anak dalam umur berapapun juga wajib menghormati dan segan kepada bapak dan ibunya. Apabila orang tua kehilangan hak untuk memangku kekuasaan orang tua atau menjadi wali, maka hal ini tidak membebaskan mereka dari kewajiban memberi tunjangan-tunjangan dengan keseimbangan sesuai pendapatan mereka untuk membiayai pemeliharaan dan pendidikan anak mereka Pasal 298 KUH Perdata Pasal 47 memperlihatkan bahwa Undang-Undang ini memberi batasan kekuasaan orang tua terhadap anaknya karena ada kemungkinan dicabutnya kekuasaan orangtua tersebut. Meskipun demikian, alasan yang dapat dipergunakan untuk mencabut kekuasaan orang tua dengan keputusan pengadilan adalah dalam hal: 1. Ia sangat melalaikan kewajibannya terhadap anaknya. 2. Ia berkelakuan buruk sekali 119 Pencabutan atau pemecatan kekuasaan orang tua terjadi dengan putusan hakim atas permintaan: a. Orang tua yang lain 119 Ibid. hlm. 149 Universitas Sumatera Utara 65 b. Keluarga c. Dewan Perwakilan d. Kejaksaan Disamping pencabutan atau pemecatan, maka orangtua yang melakukan kekuasaan orangtua dapat dibebaskan dari kekuasaan orangtua atas permintaan dari Dewan Perwakilan atau tuntutan Jaksa dengan alasan sebagai berikut: 1. Tidak cakap 2. Tidak mampu menunaikan kewajibannya memelihara dan mendidik anak- anaknya Pasal 319 a ayat 1 KUH Perdata Terdapat perbedaan dari pencabutan kekuasaan dengan pembebasan kekuasaan orang tua itu sendiri. Diantaranya: 1. Pencabutan mengakibatkan hilangnya hak penikmatan hasil,sedangkan pembebasan tidak. 2. Pencabutan dilakukan atas permintaan dari orangtua yang lain, keluarga sedarah sampai derajat ke empat, Dewan Perwakilan dan Jaksa, sedangkan Pembebasan hanya diminta oleh Dewan Perwakilan dan Jaksa. 3. Pencabutan dapat dilakukan terhadap orangtua masing-masing meski ia tidak nyata melakukan kekuasaan orangtua, asal belum kehilangan kekuasaan orang tua. 120 120 http:shootjustice.blogspot.com200902iii-kekuasaan-orang-tua-ouderlijke.html diakses pada tanggal 12 September 2012, pukul 15.03 WIB Universitas Sumatera Utara 66

3. Terhadap