Surat keterangan mengenai penghasilan suami yang ditandatangani oleh Surat keterangan pajak penghasilan. Surat keterangan lain yang dapat diterima oleh pengadilan. Larangan Perkawinan menurut Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan

58 Persetujuan secara lisan ini nantinya si istri akan dipanggil oleh Pengadilan dan akan didengarkan oleh majelis hakim, tidak hanya istri tetapi suami juga akan diperlakukan hal yang sama. Kemudian pemanggilan pihak-pihak ini dilakukan menurut tata cara yang diatur dalam hukum acara perdata biasa yang diatur dalam Pasal 390 HIR dan pasal-pasal yang berkaitan. 108 Ada atau tidaknya kemampuan suami untuk menjamin keperluan hidup istri- istrinya dan anak-anak dengan memperlihatkan:

1. Surat keterangan mengenai penghasilan suami yang ditandatangani oleh

bendahara tempat bekerja.

2. Surat keterangan pajak penghasilan.

3. Surat keterangan lain yang dapat diterima oleh pengadilan.

109 Adapun proses dalam acara pengadilan agama dimana dalam pemeriksaan pengadilan harus memanggil dan mendengar istri yang bersangkutan. Pemeriksaan pengadilan untuk itu dilakukan oleh hakim selambat-lambatnya 30 hari setelah diterima surat permohonan beserta lampiran-lampirannya. 110 Apabila pengadilan berpendapat bahwa cukup alasan bagi pemohon untuk beristri lebih dari satu maka pengadilan berpendapat bahwa cukup alasan bagi pemohon untuk beristri lebih dari satu maka pengadilan memberikan putusannya yang berupa izin untuk beristri lebih dari seorang. 108 A. Mukti Arto, Praktek-Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama,Pustaka Pelajar, Yogyakarta,2003.hal.65 109 Pasal 41 huruf c Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 110 Pasal 42 ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 Universitas Sumatera Utara 59

4. Larangan Perkawinan menurut Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan

Larangan perkawinan diatur dalam Pasal 8 Undang-Undang Perkawinan yang berbunyi: Perkawinan dilarang antara dua orang yang: 111 a. Berhubungan darah dari garis keturunan lurus keatas dan kebawah; b. Berhubungan darah dalam garis keturunan menyamping yaitu antara saudara, antara seorang saudara orangtua dan antara seorang dengan saudara neneknya; c. Berhubungan semenda, yaitu mertua, anak tiri, menantu, ibubapak tiri; d. Berhubungan susuan, yaitu orangtua susuan, anak susuan dan saudara susuan dari bibi atau paman susuan; e. Berhubungan saudara dengan istri atau sebagai bibi atau kemanakan dari istri, dalam hal seorang suami beristri lebih dari seorang; f. Mempunyai hubungan oleh agamanya atau peraturan lain yang berlaku dilarang kawin; Larangan-larangan perkawinan yang dirumuskan dalam Pasal 8 tersebut di atas adalah larangan-larangan perkawinan yang sifatnya untuk selama-lamanya.

D. Akibat Hukum Perkawinan 1.

Terhadap Hubungan Suami Isteri Dengan menggunakan sistem jujur, suatu perkawinan menurut adat Batak Mandailing, pembayaran uang jujur mengakibatkan akibat hukum terhadap suami dan istri, yang mana istri diwajibkan masuk ke klan suaminya. Tentang kedudukan 111 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia antara Fiqh Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan, Kencana, Jakarta. Hal 142-145 Universitas Sumatera Utara 60 seorang janda terhadap kerabat mendiang suaminya dalam masyarakat Batak, di dalam pertimbangan hukum putusan RVJ 148489 disebutkan bahwa menurut adat Batak, seorang janda ada tiga kemungkinan, yaitu: a. Kawin lagi dengan salah seorang dari karib mendiang suaminya leviraat huwelijk b. Tetap tinggal tidak kawin dalam lingkungan keluarga mendiang suaminya dengan demikian dia berhak atas anak-anaknya. c. Dengan melakukan tindakan hukum untuk memutuskan hubungan yang telah ada antara si janda dengan keluarga mendiang suaminya. 112 Perkawinan yang dilaksanakan secara sah menurut hukum akan menimbulkan akibat hukum yang diatur dalam Undang-Undang Perkawinan. Akibat perkawinan terhadap suami istri, diantaranya: 1. Suami istri memikul tanggung jawab yang luhur untuk menegakkan rumah tangga berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa Pasal 30 2. Hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami dalam kehidupan rumah tangga dan dalam pergaulan hidup bersama dalam masyarakat Pasal 31 ayat 1 3. Masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum ayat 2 4. Suami adalah kepala keluarga dan istri sebagai ibu rumah tangga. 5. Suami istri menentukan tempat kediaman mereka. 6. Suami istri wajib saling cinta mencintai, hormat menghormati, saling setia. 112 Datuk Usman, Diktat Hukum Adat, Bina Sarana,Medan. Hal.19 Universitas Sumatera Utara 61 7. Suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala sesuatu dengan kemampuannya. 8. Istri wajib mengatur urusan rumah tangga dengan sebaik-baiknya.

2. Terhadap Anak yang Lahir Dari Perkawinan