58
Persetujuan secara lisan ini nantinya si istri akan dipanggil oleh Pengadilan dan akan didengarkan oleh majelis hakim, tidak hanya istri tetapi suami juga akan diperlakukan
hal yang sama. Kemudian pemanggilan pihak-pihak ini dilakukan menurut tata cara yang diatur dalam hukum acara perdata biasa yang diatur dalam Pasal 390 HIR dan
pasal-pasal yang berkaitan.
108
Ada atau tidaknya kemampuan suami untuk menjamin keperluan hidup istri- istrinya dan anak-anak dengan memperlihatkan:
1. Surat keterangan mengenai penghasilan suami yang ditandatangani oleh
bendahara tempat bekerja.
2. Surat keterangan pajak penghasilan.
3. Surat keterangan lain yang dapat diterima oleh pengadilan.
109
Adapun proses dalam acara pengadilan agama dimana dalam pemeriksaan pengadilan harus memanggil dan mendengar istri yang bersangkutan. Pemeriksaan
pengadilan untuk itu dilakukan oleh hakim selambat-lambatnya 30 hari setelah diterima surat permohonan beserta lampiran-lampirannya.
110
Apabila pengadilan berpendapat bahwa cukup alasan bagi pemohon untuk beristri lebih dari satu maka
pengadilan berpendapat bahwa cukup alasan bagi pemohon untuk beristri lebih dari satu maka pengadilan memberikan putusannya yang berupa izin untuk beristri lebih
dari seorang.
108
A. Mukti Arto, Praktek-Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama,Pustaka Pelajar, Yogyakarta,2003.hal.65
109
Pasal 41 huruf c Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974
110
Pasal 42 ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974
Universitas Sumatera Utara
59
4. Larangan Perkawinan menurut Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan
Larangan perkawinan diatur dalam Pasal 8 Undang-Undang Perkawinan yang berbunyi: Perkawinan dilarang antara dua orang yang:
111
a. Berhubungan darah dari garis keturunan lurus keatas dan kebawah; b. Berhubungan darah dalam garis keturunan menyamping yaitu antara saudara,
antara seorang saudara orangtua dan antara seorang dengan saudara neneknya; c. Berhubungan semenda, yaitu mertua, anak tiri, menantu, ibubapak tiri;
d. Berhubungan susuan, yaitu orangtua susuan, anak susuan dan saudara susuan dari bibi atau paman susuan;
e. Berhubungan saudara dengan istri atau sebagai bibi atau kemanakan dari istri, dalam hal seorang suami beristri lebih dari seorang;
f. Mempunyai hubungan oleh agamanya atau peraturan lain yang berlaku
dilarang kawin; Larangan-larangan perkawinan yang dirumuskan dalam Pasal 8 tersebut di
atas adalah larangan-larangan perkawinan yang sifatnya untuk selama-lamanya.
D. Akibat Hukum Perkawinan 1.
Terhadap Hubungan Suami Isteri
Dengan menggunakan sistem jujur, suatu perkawinan menurut adat Batak Mandailing, pembayaran uang jujur mengakibatkan akibat hukum terhadap suami dan
istri, yang mana istri diwajibkan masuk ke klan suaminya. Tentang kedudukan
111
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia antara Fiqh Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan, Kencana, Jakarta. Hal 142-145
Universitas Sumatera Utara
60
seorang janda terhadap kerabat mendiang suaminya dalam masyarakat Batak, di dalam pertimbangan hukum putusan RVJ 148489 disebutkan bahwa menurut adat
Batak, seorang janda ada tiga kemungkinan, yaitu: a. Kawin lagi dengan salah seorang dari karib mendiang suaminya leviraat
huwelijk b. Tetap tinggal tidak kawin dalam lingkungan keluarga mendiang suaminya
dengan demikian dia berhak atas anak-anaknya. c. Dengan melakukan tindakan hukum untuk memutuskan hubungan yang telah
ada antara si janda dengan keluarga mendiang suaminya.
112
Perkawinan yang dilaksanakan secara sah menurut hukum akan menimbulkan akibat hukum yang diatur dalam Undang-Undang Perkawinan. Akibat perkawinan
terhadap suami istri, diantaranya: 1. Suami istri memikul tanggung jawab yang luhur untuk menegakkan rumah
tangga berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa Pasal 30 2. Hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami
dalam kehidupan rumah tangga dan dalam pergaulan hidup bersama dalam masyarakat Pasal 31 ayat 1
3. Masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum ayat 2 4. Suami adalah kepala keluarga dan istri sebagai ibu rumah tangga.
5. Suami istri menentukan tempat kediaman mereka. 6. Suami istri wajib saling cinta mencintai, hormat menghormati, saling setia.
112
Datuk Usman, Diktat Hukum Adat, Bina Sarana,Medan. Hal.19
Universitas Sumatera Utara
61
7. Suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala sesuatu dengan kemampuannya.
8. Istri wajib mengatur urusan rumah tangga dengan sebaik-baiknya.
2. Terhadap Anak yang Lahir Dari Perkawinan