53
mengikuti kerabat istri untuk selama perkawinannya guna menjadi penerus keturunan pihak istri.
101
2. Larangan Perkawinan Menurut Hukum Adat Mandailing
Di dalam perkawinan adat Mandailing ini terdapat beberapa larangan untuk melakukan perkawinan. Bentuk perkawinan pada masyarakat patrilineal yang
menarik garis kekeluargaan dari pihak ayah mengenal bentuk perkawinan eksogami. Misalnya, bentuk perkawinan jujur pada masyarakat Batak yang mengharuskan
adanya perbedaan klan antara calon mempelai laki-laki dengan perempuan sehingga laki-laki menarik pihak perempuan untuk masuk dalam klannya. Masyarakat
patrilineal memiliki ciri mempertahankan kelangsungan generasi keluarganya. Oleh karena itu dikenal beberapa larangan perkawinan, yaitu larangan kawin dengan
keluarga dari marga yang sama atau larangan kawin timbal balik antara dua keluarga yang walaupun berbeda klan tetapi telah atau pernah terjadi hubungan perkawinan
asymmetrisch commubium di antara dua keluarga yang bersangkutan.
102
Pada masyarakat Mandailing, tidak diperbolehkan melakukan perkawinan apabila pihak pria dan wanita memiliki marga yang sama. Perkawinan ini dilarang
dalam adat batak Mandailing karena dianggap berasal dari satu keturunan yang sama. Hal ini akan dibahas dalam markobar atau dikenal sebagai sidang adat yang
biasanya dilakukan setelah ijab kabul atau akad nikah yang dilakukan menurut hukum Islam. Di dalam markobar yang biasanya dihadiri raja-raja adat akan diperbincangkan
101
Hilman Hadikusuma, Op.Cit hal.76
102
R. Otje Salman Soemadiningrat, Op.Cit, hal.177
Universitas Sumatera Utara
54
jalan tengah yang akan dilakukan untuk menyelesaikan masalah adat ini. Perkawinan semarga ini menurut keputusan ketua adat, pada dasarnya dapat disahkan, dengan
cara pihak keluarga yang akan melangsungkan pernikahan secara adat diharuskan membayar denda. Denda berupa seekor kerbau yang harus dipotong dan dibagikan
kepada masyarakat adat yang bertempat tinggal di daerah tersebut.
103
Terdapat juga aturan lain dimana apabila salah satu mempelai tidak memiliki marga, maka mereka akan diberikan marga. Apabila pihak perempuan yang tidak
memiliki marga, maka diberikan marga sesuai dengan marga ibu dari pihak laki- laki.
104
Upacara pemberian marga pada pihak mempelai yang tidak bermarga bervariasi. Terdapat pembagian acara sebagai berikut:
a. Apabila upacara besar yang dilakukan tetap harus memotong seekor kerbau b. Apabila upacara kecil yang dilakukan, mempelai diperbolehkan memberikan
ulos dan amplop sebagai gantinya.
105
3. Sistem dan Bentuk Perkawinan menurut Undang-Undang Nomor 1 tahun