Metode Bagian, Keseluruhan, dan Campuran

melakukan dan kedua ditawarkan kepada siswa bagian mana saja yang akan dia ikuti. Sehingga gabungan inilah yang menjadi tumpuannya. Devolepment education , pada pendekatan ini siswa sebagai pusat pertimbangannya. Sehingga pertumbuhan dan perkembangan anak haruslah menjadikan tumpuan utama. Pendekatan ini memadukan antara keseimbangan aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Siedentop menyebut ini sebagai education through the physical Suherman, 2000:50.

2.1.1.2 Metode Bagian, Keseluruhan, dan Campuran

1. Menurut Magill 1980:278, dalam belajar motorik movement education dapat dilakukan dengan part methode, whole methode dan combination. methode . Metode part sering juga disebut metode bagian, karena proses pembelajarannya dilakukan sub bagian demi sub bagian sehingga terangkai satu gerakan yang lengkap. Dapat juga disebut metode elementer, karena dalam proses penyajian dilakukan elemen demi elemen. Metode ini ada yang menamai metode deduktif dikarenakan sistematika penyajiannya dari gerakan yang sederhana menuju kompleks dan dari yang ringan menuju ke arah yang berat. Disebut metode tradisional, karena metode ini sejak lama digunakan dalam pelajaran pendidikan jasmani yang dibuktikan dengan pencapaian tujuan instruksional. Nama lainya adalah metode teknik karena metode dengan sistematika pembelajaran teknik kesatu diteruskan dengan teknik yang lain setelah yang satu selesai dipelajari. Misalnya, untuk cabang olahraga bulu tangkis, dimulai dengan belajar service panjang bulu tangkis, setelah dikuasai baru diajarkan service pendek kemudian smash dan seterusnya. Yang penting di sini adalah penguasaan teknik secara matang, baru dipindah pada teknik yang lebih rumit atau berat. Metode whole juga disebut metode keseluruhan. Dalam hal ini melakukan seluruh aktivitas olahraga. Misalnya lempar lembing, dimulai dengan latihan melempar secara utuh, gerak secara keseluruhan, baru kemudiaan dipelajari bagian-bagiannya. Dalam pelajaran sepak bola dilakukan bermain sepak bola, baru kemudian dipelajari teknik-teknik dalam permainan sepakbola seperti dribbling, passing, heading . Metode ini ada yang menyebut metode bermain apabila digunakan untuk cabang olahraga permainan. Sistematika penyajiannya diawali dengan bermain atau memainkan cabang olahraga tersebut. Metode ini ada sebagian yang mengatakan metode taktik karena dalam pelaksanaannya sudah memperhitungkan faktor-faktor kesukaran yang terjadi dalam bermain. Bahkan dikembangkan pola permainan, menyangkut pola penyerangan dan pola pertahanan. Seseorang yang lain mengatakan metode induktif karena dilakukan upaya pelatihan teknik, dari teknik permainan yang sukar yang ditemui dalam proses bermain. Di lain pihak juga dinamakan metode baru karena sudah memperhitungkan keadaan dan kemajuan siswa untuk dapat menyenangi kegiatannya. Metode ini menurut Magill 1980:281 disebut whole methode to learning. “ Isue bagian kontra keseluruhan telah menjadi perdebatan dalam literatur pembelajaran sejak awal abad ini”. Magill 1980:279. Sebenarnya terdapat acuan yang mendalam yang memudahkan memilih metode di dalam program pembelajaran, yaitu : Jika tingkat kerumitan keterampilan tinggi, sedangkan tingkat pengaturan rendah dianjurkan menggunakan latihan bagian.,apabila tingkat kerumitan keterampilannya rendah sedangkan tingkat pengaturan tinggi maka dianjurkan latihan secara keseluruhan.;Apabila tingkat kerumitan keterampilan sedang tidak rendah dan tidak tinggi dan tingkat pengaturan sedang tidak rendah dan tidak tinggi maka dianjurkan menggunakan metode kombinasi bagian dan keseluruhan. . Hal ini secara jelas dapat diketengahkan sesuai dengan gambar 1, yang dapat dipaparkan sebagai berikut. Pengaturan Tugas Kerumitan Tugas Gambar 1 Tingkat Kerumitan dan Metode Belajar Sumber: Magill 1980:291 Dengan demikian maka perbedaan pendapat tersebut seharusnya dapat diselesaikan melalui penelitian yang mendalam. Metode Combination, selanjutnya disebut metode Campuran adalah metode yang menggabungkan antara teknikelemen dengan whole atau bermain untuk cabang olahraga permainan. Di dalam praktek pelajaran Tinggi Metode Keseluruhan Rendah Kombinasi Metode Keseluruhan Bagian Metode Bagian Rendah Tinggi pendidikan jasmani, metode mengajar campuran ini yang selalu digunakan. Keterkaitan secara mendalam antara metode-metode tersebut sepertinya kedua-duanya saling terkait secara utuh, karena interaksi antara keduannya sangat besar. Metode bagian maupun metode keseluruhan dalam kegiatan operasional pembelajaran terikat dengan klasifikasi dan penjenjangan ranah psikomotor. 2 Klasifikasi ranah psikomotorik menurut Simpson. Menurut Simpson Winkel, 1999:245 klasifikasi ranah psikomotorik terdiri dari: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan komplek, penyesuaian pola gerakan dan kreativitas. Yang dimaksud dengan klasifikasi persepsi adalah kemampuan untuk membedakan rangsangan satu dengan yang lain pada proses sensories. Dengan klasifikasi ini maka siswa dapat memahami wujud gerakan, jenis gerakan, rangkaian gerakan, ritme gerakan dan lain-lain. Yang dimaksud dengan kesiapan dalam klasifikasi ranah psikomotorik berarti bahwa siswa telah memiliki persepsi yang jelas dan siswa itu mempersiapkan mental dan fisiknya untuk melakukan gerakan-gerakan sehingga siswa akan mampu mengambil posisi tubuh yang tepat sebelum memulai aktivitasgerakan yang akan dilakukan. Gerakan terbimbing berarti siswa dapat melakukan gerak-gerak sesuai contoh imitasi. Kemampuan ini dinyatakan dalam bentuk kesesuaian gerakan dengan contoh gerakan yang telah dilihat, diamati dan menjadi persepsinya. Gerakan terbiasa adalah gerakan yang dilakukan telah berjalan dengan lancar dan luwes karena telah beberapa kali dilakukan dan diulanginya. Kemampuan di sini dinyatakan dengan kelancaran gerakan sesuai dengan prosedur yang tepat baik dalam menggerakan kaki, lengan dan bagian tubuh lainnya. Gerakan kompleks adalah gerakan yang dilakukan siswa dengan lancar karena koordinasi dari gerakan satu dengan gerakan lainya. Kemampuan ini dinyatakan dalam suatu rangkaian gerakan berurutan dan menggabungkan beberapa sub keterampilan menjadi satu rangkaian gerak yang teratur. Penyesuaian pola gerakan, mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan gerakan sesuai dengan kondisi setempat atau dengan mengetengahkan keterampilan yang mencapai tingkat kemahiran. Kreativitas adalah kemampuan untuk melahirkan pola-pola yang baru seluruhnya atas dasar prakarsa dan inisiatif siswa yang bersangkutan. Untuk yang terakhir ini diperlukan siswa yang mampu bergerak dengan baik dan berkreasi tinggi. Secara sistematik alur klasifikasi psikomotorik adalah sebagai berikut: Tabel 1 Klasifikasi Ranah Psikomotorik Menurut Simpson No Klasifikasi Kemampuan 1. Persepsi Menafsirkan rangsangan, Peka terhadap rangsangan dan mendiskriminasikan rangsangan. 2. Kesiapan Berkonsentrasi menyiapkan fisik dan mental. 3. Gerakan terbimbing Meniru, mencontoh, memainkan imitasi 4. Gerakan terbiasa Berketerampilan berpegang pada pola 5. Gerakan komplek Berketerampilan secara lancar, luwes, gesit dll 6. Penyesuaian pola gerakan Menyesuaiakan diri dengan keadaan bervariasi. 7 Kreativitas Menciptakan gerakan baru Sumber: Winkel ,1999:249 Dalam belajar gerak pada pendidikan jasmani agar dapat mencapai tujuan instruksional serta tidak terjadi krisis pembelajaran maka dilakukan fase- fase sebagai berikut Winkel , 1999:337: Fase motivasi: Sangat berperanan lebih-lebih apabila keterampilan yang dipelajari membutuhkan usaha kontinyu dan banyak waktu berlatih; Fase konsentrasi: Berperan dalam belajar keterampilan yang menuntut kemampuan menyesuaikan badan dengan lingkungan serta pengaturan jara; Fase Pengolahan: Mempelajari prosedur yang harus diikuti dan melatih diri baik pada sub keterampilan maupun seluruh rangkaian; Fase Menggali: Menggali program gerakan yang tersimpan dalam ingatan cerebrum otak, kemudian diangkat kembali untuk melakukan gerakan-gerakan prestasi; Fase Umpan Balik: Berperan sekali dalam rangka keterampilan, sampai semuannya berjalan secara otomatis. 3. Tahapan perilaku psikomotorik yang menurut De Blok De Blok mengetengahkan tahapan peri laku psikomotorik seperti pada tabel 2 sebagai berikut: Tabel 2 Tahap-Tahap Berperilaku Psikomotorik Menurut De Blok No Tahapan Bentuk pembelajaran Indikator 1. Serba kurang Tidak ada Tidak bisa melakukan gerak. 2. Sadar dan sekedar tahu Mampu menirukan gerak 3. Mulai menangkap Mampu melakukan koordinasi gerakan 4. Kemampuan taraf baik Melakukan gerakan terkoordinir secara baik dan luwes 5. Terintegrasi sebagi milik pribadi Berketerampilan baik dengan kreativitas Sumber: Winkel, 1999:347 Hal-hal tersebut merupakan kelengkapan dari metode mengajar, sehingga ikut menjadi penentu dalam pencapaian proses pembelajaran. Dalam pendidikan jasmani metode demontrasi sangat dominan, biarpun pada awal-awal pelajaran juga diberikan ceramah dan tanya jawab. Namun proses demontrasi dengan imitasi dan memanfaatkan feed back merupakan bagian terbesar. Disadari bersama bahwa pelajaran pendidikan jasmani dan olahraga merupakan belajar keterampilan yang berhubungan dengan urat syaraf dan otot-otot. Untuk itu tentu diperlukan koordinasi, gerak teliti dan kesadaran yang tinggi, serta di dalam proses pembelajarannya juga diperlukan tahapan-tahapan secara runtut. Keberhasilan dalam proses belajar mengajar juga ditentukan dari pola- pola pembelajaran. Dalam pelajaran pendidikan jasmani maka kaidah yang terkait dengan belajar motorik dalam pembelajaran harus dilaksanakan dengan sebaik- baiknya. Kaidah-kaidah tersebut mencakup: fungsi keadaan awal, bentuk pelajaran, sistematika pembelajaran, pencapaian tujuan instruksional dan media pengajaran Winkel,1999:189. Fungsi keadaan awal siswa, yaitu kemampuan awal siswa pada aspek psikomotorik merupakan awal dari keadaan siswa yang dapat menghambat atau mendukung keberhasilan belajar siswa itu. Kemampuan itu ada yang dibutuhkan pada setiap mata pelajaran seperti kemampuan menulis dan kecepatan dan kecakapan berbicara. Adapula yang hanya bersandar pada pelajaran tertentu seperti untuk pendidikan jasmani. Seseorang yang mempunyai kemampuan motorik tinggi akan dapat dengan lancar dan senang mengikuti pelajaran itu. Sedangkan siswa yang tidak mempunyai keterampilan tersebut dimungkinkan mengalami hambatan dalam proses pembelajaran. Untuk itu diperlukan perhatian dan pendekatan secara khusus agar siswa tersebut tidak merasa “rendah diri” di hadapan teman-temannya. Rasa rendah diri ini akan berakibat kurang percaya diri dan pada gilirannya akan menyebabkan kegagalan dalam belajar. Fungsi keadaan awal mencakup kondisi internal siswa yang terkait dengan fisik, mental dan sosial. Kondisi internal mencakup: siswa harus mengingat bagian keterampilan dan siswa harus mengingat rangkaian-rangkaian gerakan. Kondisi eksternal dalam belajar gerak adalah stimulus dari luar diri pelajar agar proses belajar dapat terwujud. Adapun kondisi eksternal tersebut menurut Winkel 1999:98 mencakup: Penyajian instruksi verbal, Penyajian instruksi visual, Kegiatan praktek dan Penyampaian umpan balik. Bentuk pelajaran sensio motorik mempunyai ciri khas dalam belajar menghadapi dan menangani objek-objek secara fisik, termasuk kejasmanian manusia sendiri Winkel, 1999:70. Dalam belajar ini, aktivitas pengamatan melalui alat indera maupun bergerak dan menggerakkan memegang peranan yang sangat penting. Pengamatan adalah fungsi yang membuat manusia mengenal dunia riil yang berupa fisikberbadan. Apa yang diamati sungguh-sungguh berada dalam kenyataan, sehingga dalam mengamati terjadi kontak langsung dengan dunia riil dan nyata secara fisik. Dunia pengamatan mempunyai beberapa sifat umum antara lain: Berdimensi ruang, artinya mengenal objek-objek yang berkaitan dalam posisi ruang, seperti atas-bawah, depan-belakang; Berdimensi waktu, artinya objek pengamatan mengalami perubahan atau tidak selama beredarnya waktu, misalnya kendaraan yang berjalan berpindah-pindah dalam jangkauan menit; Berstruktur, berarti objek yang diamati ada hubungannya satu dengan yang lain, misalnya dalam pelajaran lempar lembing, ada guru, siswa, lapangan, lembing, meteran dll.; Bermakna, berarti objek-objek pengamatan seolah-olah menyampaikan pesan untuk melakukan kegiatan yang sangat merangsang pikiran. Bergerak dan menggerakkan meliputi badannya sendiri maupun peralatan yang digunakan mengikut sertakan kejasmanian sendiri. Terdapat gerakan- gerakan yang timbul secara otomatis atas adanya rangsangan tertentu, yang tidak tergantung atas usaha belajar. Terdapat pula gerakan-gerakan yang merupakan rangkaian gerak-gerik yang telah diotomatiskan karena usaha belajar. Rangkaian gerak-gerik inilah yang dinamakan “keterampilan motorik”. Dengan demikian maka keterampilan motorik itu adalah melakukan rangkaian gerak-gerik dalam urutan tertentu tanpa menyadari sepenuhnya urutan dan bentuk gerak-gerik itu, biarpun orangnya dalam keadaan sadar. Keterampilan motorik ini merupakan hasil belajar. Menurut pandangan Piaget Winkel,1999:72 belajar motorik merupakan dasar dari belajar berfikir, sehingga belajar motorik mengandung arti penting dalam kehidupan manusia. Proses pelajaran pendidikan jasmani menjadikan orang yang memiliki keterampilan motorik mampu melakukan rangkaian gerak-gerik jasmani dengan urutan tertentu dan mengadakan koordinasi gerakan anggota badan secara terpadu. Ciri khas dari keterampilan motorik ini adalah otomatisme Winkel, 1999:103. Prosesi pembelajaran menuju otomatisme ini melalui tahapan pertama, kognitif, yaitu pengenalan secara baik dan benar dalam gerakan, tahapan kedua, asosiatif, yaitu gerakan yang diulang-ulang sampai terjadi pemahaman dan gerak- gerik yang runtut dan baru, pada tahapan ketiga, otomatisme, yaitu rangkaian gerak-gerik yang berlangsung secara teratur dan berjalan dengan lancar dan supel, tanpa dibutuhkan banyak gerak reflek tentang apa yang dilakukan dan mengapa diikuti gerak-gerik tertentu. Pencapaian tujuan instruksional dalam pendidikan jasmani secara umum TIU adalah pencapaian derajat kesegaran jasmani siswa di samping hal-hal yang bersifat kompetensi dari kebugaran dan keterampilan fisik. Sedangkan tujuan Instruksional Khusus TIK mencakup 4 empat hal pokok, ialah: Perilaku nyata, adalah kemampuan dan keterampilan motorik yang dimiliki siswa, Isi, berarti gerak-gerakan yang dilakukan secara benar dan baik, mencakup ketepatan gerakan maupun kecepatannya persyaratan yang berlaku dan taraf prestasi minimal, Persyaratan, yaitu segala sesuatu yang berlaku sesuai dengan jenis- tujuan pembelajaran, misalnya materi pelajaran lari jarak pendek, maka persyaratan yang berlaku mencakup kemampuan start, kemampuan sprint dan juga kemampuan mencapai finish. Taraf prestasi minimal adalah persyaratan minimal yang dicapai sebagai standard derajat kesegaran jasmani yang dimiliki siswa secara umum. Media pengajaran adalah suatu sarana non personal yang digunakan atau disediakan oleh tenaga pengajar yang memegang peranan dalam proses belajar mengajar, untuk mencapai tujuan instruksional Winkel, 1999:285. Media pengajaran telah mengalami perluasan dan kemajuan yang pesat, mencakup perangkat lunak dan perangkat keras. Perangkat lunak misalnya menggunakan slide sedangkan alat proyeksinya merupakan perangkat keras. Kedua-duanya dapat digunakan sebagai media pengajaran untuk pelajaran pendidikan jasmani. Ciri khas dari keterampilan motorik adalah optimisme Winkel, 1999:104. Dengan optimisme ini, maka akan dapat dijangkau berbagai kemajuan serta untuk mengatasai kesulitan. Metode mengajar yang didukung dengan lima tahapan sebagaiamana telah diutarakan memang diperlukan. Namun perbedaan metode yang menegaskan problematika, dari mana memulai proses pembelajaran masih juga menjadi polemik tersendiri. Belajar gerak, untuk melakukan dribel bola dirasakan merupakan gerakan yang tidak terlalu rumit. Gerak menembak under basket, termasuk juga gerakan yang tingkatan kerumitannya rendah, mungkin sedang tetapi tidak termasuk berat. Untuk tingkatan gerakan yang kerumitannya rendah, dianjurkan menggunakan metode keseluruhan Magill, 1980:279. Jadi ada relasi antara tingkat kerumitan dengan belajar dribel dan menembak bola basket. Faktor kesukaran akan terjadi bila dilakukan dribel dan menembak dalam permaianan. Pengalaman dalam bermain akan dapat menumbuhkan keterampilan yang variatif dalam melakukan dribel dan menembak bola basket. Untuk dapat mengetahui pencapaian keterampilan hasil pelajaran maka dilakukan evaluasi. Evaluasi dalam pendidikan jasmani salah satu caranya dengan melakukan tes keterampilan atau sport skill test dan dalam penelitian ini adalah dribel dan menembak bola basket. Untuk itu maka evaluasi yang dilakukan dengan bentuk ketrampilan atau sport skill test cabang olahraga bola basket. Instrumen evaluasi menggunakan tes keterampilan bola basket yang disusun oleh KOSKI. Atau sering disebut Tes KOSKI. Tes ini, memiliki 2 dua item tes ialah dribbling dan shooting yang keduanya masing-masing menggunakan waktu 30 detik. Validitas tes 0,93 untuk item dribel 0,78 dan untuk item menembak 0,87. Reliabilitas tes 0,88 Jerry,1990:163. Untuk penentuan score dribel menggunakan kecepatan melakukan tes. Untuk score menembak menggunakan nilai jumlah tembakan masuk selama 30 detik. Selanjutnya digabungkan dengan membuat nilai T atau T score. Karena terdapat perbedaan pencapaian antara kedua item, untuk item tes dribel kecepatan waktu dengan satuan detik, sedangkan untuk item tes menembak dengan satuan jumlah tembakan yang masuk. Maka untuk memudahkan perhitungan item dribel dijadikan nilai Z atau Z score. Dengan demikian maka terwujudlah T score untuk hasil tes keterampilan bola basket KOSKI. Berdasarkan nilai T tersebut dapatlah dibandingkan pencapaian score keterampilan perorangan maupun per kelompok. Berdasarkan pendapat Magill 1980:273 maka taraf metode mengajar campuran keseluruhan akan lebih tepat untuk belajar dribel dan menembak bola basket. Dari 8 kelompoksel dapatlah diperhitungkan pengaruh perlakuan treatment selama ekperimen. Keterpengaruhan tersebut meliputi: metode mengajar campuran, secara bagian maupun secara keseluruhan, kerjasama kelompok dengan kelompok 2 orang maupun kelompok 3 orang serta pengaruh kemampuan koordinasi yang tinggi maupun kemampuan koordinasi yang rendah terhadap keterampilan dribel dan menembak bola basket. 2.1.2 Kerjasama Kelompok dalam Proses Belajar Mengajar 2.1.2.1 Kerjasama Kelompok Kerjasama dalam kamus, berarti melakukan pekerjaan secara bersama sama, pelaku kerja lebih dari satu orang yang masing-masing saling bekerja untuk dapat melakukan pekerjaan yang telah disepakati bersama, serta mendapatkan hasil dari kerja itu, untuk dapat bermanfaat bagi mereka bersama. Kelompok adalah himpunan orang-orang yang mempunyai kesadaran terhadap anggotanya akan adanya ikatan yang sama yang menyatukan mereka Djalaludin, 2001:141. Kelompok mempunyai tujuan dan melibatkan interaksi anggota-anggotanya. Dengan demikian kelompok mempunyai dua tanda psikologis ialah anggota-anggotanya memiliki ikatan dengan kelompoknya atau shence of belonging dan yang kedua nasib anggota kelompok saling tergantung satu dengan yang lain. Terdapat beberapa klasifikasi dalam aktivitas kelompok antara lain: kelompok primer dan kelompok secunder Djalaludin,2001:142. Yang dimaksud dengan kelompok primer ialah kelompok yang mempunyai ikatan emosional sangat kuat contohnya: keluarga, kawan sepermainan, tetangga yang secara personal menyentuh hati. Kelompok secunder adalah lawan kelompok primer dimana hubungannya tidak akrab, tidak personal dan tidak menyentuh hati. Yang termasuk dalam kelompok secunder antara lain adalah: organisasi massa, fakultas dan lain sebagainya. Perbedaan dari kedua kelompok ini tergantung karakteristik komunikasinya. Pertama, kualitas komunikasi kelompok primer bersifat dalam dan meluas. Kedua, komunikasi dalam kelompok primer bersifat personal. Ketiga, komunikasi kelompok primer lebih memperhitungkan aspek hubungan dari pada aspek isi. Pengaruh kerja kelompok terhadap perilaku anggotanya, terdapat tiga hal: Pertama, perilaku konformitas artinya apabila seorang anggota kelompok melakukan sesuatu, maka anggota kelompok lainnya berbuat yang sama. Kedua, fasilitasi sosial, dalam hal ini seseorang akan sangat bersungguh-sungguh ketika tugas kerja harus dilakukan. Hal ini dapat terjadi misalnya, ketika belajar nampaknya biasa saja tetapi ketika dilakukan uji coba hasilnya meningkat luar biasa. Ketiga, polarisasi, yaitu kegiatan anggota kelompok yang cenderung mengarah pada bentuk ekstrim. Krech dalam bukunya Individual and Society Sudarwan, 2004:119 memberikan ukuran efektivitas kelompok atas dasar: 1 jumlah hasil yang bisa dikeluarkan oleh kelompok berupa kuwantitatif atau bentuk fisik dari hasil kerja kelompok, 2 tingkat kepuasan yang diperoleh oleh anggota kelompok. Karakteristik kepuasan dapat dilihat berdasarkan atas kerajinan anggota kelompok, 3 produk kreatif, terlihat atas dasar kreatifitas anggota kelompok itu dalam menumbuhkan kreatif anggotanya, 4 intensitas emosi, berupa ketaatan kelompok dan dedikasi anggota kelompok yang tinggi. Efektivitas kelompok dapat digolongkan menjadi: kelompok kerja, kelompok kreatif, kelompok minat, kelompok bakti sosial, kelompok tentatif dan kelompok kebetulan Sudarwan, 2004:121. Ada peribahasa Inggris yang berbunyi ”Two head are better than one” atau “Two many cooks spoil the broath” mana yang lebih menguntungkan makin banyak anggota kelompok lebih baik atau makin banyak anggota kelompok lebih kacau Djalaludin, 2001:160. Jawabannya adalah sangat tergantung pada jenis tugas yang harus diselesaikan oleh anggota kelompok. Apabila kelompok yang terdiri atas dua orang dengan peralatan yang sama dan dalam waktu yang sama melakukan kerja, dibandingkan dengan kelompok yang mempunyai anggota tiga orang melakukan latihan berupa dribel maupun menembakkan bola ke ring basket dalam waktu dan jumlah bola yang sama, maka jelaslah bahwa yang berjumlah dua orang akan memiliki jumlah latihan yang lebih banyak. Hal ini berarti bahwa kelompok kerjasama 2 orang akan lebih diuntungkan sehingga hasilnya akan lebih baik. Untuk menembak bola basket, apabila personil yang bekerja sama lebih kecil, sedangkan waktunya sama, maka kelompok kecil akan lebih diuntungkan karena jumlah frekuwensinya lebih banyak. Tetapi karena posisi menembak bola basket sering dilakukan dengan teknik dipantulkan di papan dengan posisi di atas samping keranjang, maka permainan dengan 3 orang akan lebih diuntungkan karena posisinya. Dasar dari pemikiran ini adalah faktor kesulitan dan faktor lingkungan Sudarwan, 2001:122. Di dalam uji keterampilan ternyata setiap testee melakukan secara pribadi, hak tersebut akan sangat tergantung dari “pribadi” yang bersangkutan Munandar, 1995:30. 2.1.2.2 Proses Belajar Pendidikan Jasmani. Menurut Pangrazi 1995:99 format perencanaan pelajaran mencakup 4 empat tahapan yaitu: intoductory activity, Fitness development activity, lesson focus review of materials andmew learning experience, closing activity. Secara umum diketahui bahwa proses belajar pendidikan jasmani harus berjalan secara kontinyu, yang dimulai dengan pemanasan, pelajaran inti dan penenangan. 1 Pemanasan. Pelajaran pemanasan mempunyai beberapa manfaat, antara lain; secara fisik menyiapkan tubuh untuk mengikuti aktivitas fisik yang meningkat, membantu anak untuk lebih memuaskan diri mengikuti pelajaran, mengingat kembali keterampilan yang sudah dimiliki seperti kegiatan bergerak dan berhenti atas signal dari guru, berlari secara jogging mengelilingi lapangan tempat pelajaran berlangsung dan gerakan-gerakan langsung Pangrazi, 1995:99 Menurut Wissel 2000:7 pemanasan dilakukan dalam 2 dua fase. Pertama; ialah berlari menyesuaikan dengan lingkungan, dalam pelajaran basket tentu saja mengelilingi lapangan basket. Berlari ke kiri dan ke kanan, ke depan dan ke belakang serta beberapa variasinya, seperti lari dari base line ke base line, sprint dari basel line ke daerah lawan dan lain sebagainya. Kedua; senam peregangan dapat dilakukan dengan salah satu model, salah satu diantaranya ialah: peregangan leher, peregangan dada dan bahu, peregangan punggung bahu dan lengan, peregangan bahu tricep, gerakan lengan putaran lengan, putaran poros tubuh trunk, peregangan paha bagian belakang, peregangan pangkal paha, pinggul dan kaki bagian belakang, peregangan paha depan, peregangan betis dan otot tumit, peregangan panggul dan punggung serta peregangan pergelangan kaki Wissel, 2000:9. 2 Pelajaran Inti. Pelaksanaan pelajaran inti sangat tergantung dengan jenis mata pelajaran yang dilakukan serta perkembangan taraf penguasaan anak. Untuk anak yang belajar permainan, senam, renang, atletik, keempat-empatnya berbeda. Untuk taraf pemula, lanjutan, maupun tingkat keterampilan, juga berbeda satu satu sama lain. Menurut Cholik dan Lutan 1996:41 tahapan tersebut secara garis besar diungkap sebagai berikut: 1 Ateltik; prinsip gerak dasar, pengembangan keterampilan dan kegiatan puncak. 2 Permainan; permainan dasar bermain, bermain sebenarnya dengan model induktif-deduktif atau model global dan parsial Cholik dan Lutan, 1996:80. 3 Senam; Pola gerak yang dominan, pengembangan gerak yang mencakup: rotasi, gerak lokomotor, gerak nonlokomotor dan statis. 4 Renang; belajar gerak kaki, gerak tangan, pengambilan nafas dan kombinasi Cholik dan Lutan ,1996:66 Secara lengkap alur kegiatan pelajaran untuk kelas A, B, C dan D disajikan pada Lampiran 8, 9, 10 dan 11, yang dalam pelaksanannya, pengaturan waktunya diatur sesuai dengan porsinya. 1 Penenangan Penenangan atau cooling down dimaksudkan agar anak dapat kembali kepada kondisi semula, menghilangkan komplikasi ketegangan dan pemberdayaan keterampilan yang baru dipelajari Pangrazi, 1995:200. Bentuk pelajaran penenangan untuk menurunkan kondisi tubuh, permainan sederhana yang menggembirakan, dapat pula dengan koreksi dan arahan perbaikan secara umum dari gurunya. Kegiatan penenangan menggunakan waktu antara 7 tujuh sampai dengan 10 sepuluh menit di akhir pelajaran.

2.1.2.3 Gaya Mengajar

Dokumen yang terkait

Gambaran Strategi Self Regulated Learning Siswa Sekolah Menengah Pertama di Masyarakat Pesisir Percut Sei Tuan

2 53 133

PENGARUH GAYA MENGAJAR DAN KEMAMPUAN KOORDINASI TERHADAP HASIL BELAJAR SHOOTING BOLA BASKET SISWA SMA NEGERI 1 GUNUNGSITOLI.

0 2 36

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN DENGAN METODE MASSED PRACTICE DAN DISTRIBUTED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN DRIBBLE BOLA BASKET SISWA PUTRA EKSTRAKURIKULER BOLA BASKET SMA NEGERI I WIDODAREN NGAWI TAHUN 2010 2011

0 2 50

PENGARUH PEMBELAJARAN EKSPLORATIF TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN, KEMAMPUAN KOMUNIKASI, DAN KARAKTER MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA.

1 1 51

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA.

0 1 74

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERMAIN DAN LATIHAN TERHADAP KECAKAPAN BERMAIN BOLA BASKET PADA SISWA PUTRA EKSTRAKURIKULER BOLA BASKET SMP NEGERI 1 SURAKARTA.

0 0 17

PERBEDAAN PENGARUH MODIFIKASI PERALATAN DAN KOORDINASI MATA-TANGAN TERHADAP KEMAMPUAN TEMBAKAN BEBAS BOLA BASKET PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI 25 SURAKARTA TAHUN 2010/2011.

1 12 78

Pengaruh metode pembelajaran dan kemampuan gerak dasar terhadap keterampilan servis bola voli NURDIN

0 0 74

Pengaruh Metode Latihan dan Koordinasi terhadap Peningkatan Keterampilan Passing Bolavoli Ekstrakurikuler Sekolah Menengah Atas.

0 0 2

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN DAN KOORDINASI MATA –TANGAN TERHADAP KEMAMPUAN SHOTHING BOLA BASKET PADA MAHASISWA PENJASKESREK IKIP PGRI PONTIANAK

0 0 9