PERBEDAAN PENGARUH MODIFIKASI PERALATAN DAN KOORDINASI MATA-TANGAN TERHADAP KEMAMPUAN TEMBAKAN BEBAS BOLA BASKET PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI 25 SURAKARTA TAHUN 2010/2011.

(1)

i

PERBEDAAN PENGARUH MODIFIKASI PERALATAN DAN KOORDINASI MATA-TANGAN TERHADAP KEMAMPUAN TEMBAKAN BEBAS BOLA BASKET PADA SISWA PUTRA

KELAS VIII SMP NEGERI 25 SURAKARTA TAHUN 2010/2011

SKRIPSI

Oleh:

SIGIT DWI PRASETYA K.5606052

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011 commit to user


(2)

ii

PERBEDAAN PENGARUH MODIFIKASI PERALATAN DAN KOORDINASI MATA-TANGAN TERHADAP KEMAMPUAN TEMBAKAN BEBAS BOLA BASKET PADA SISWA PUTRA

KELAS VIII SMP NEGERI 25 SURAKARTA TAHUN 2010/2011

Oleh:

SIGIT DWI PRASETYA K.5606052

Skripsi

Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga

Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011 commit to user


(3)

iii

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Surakarta, September 2011

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Ismaryati, M.Kes. Slamet Riyadi, S.Pd., M.Or. NIP. 19630505 198903 2 001 NIP. 19701102 200501 1 002


(4)

iv

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar sarjana pendidikan.

Pada hari : Tanggal : Tim Penguji Skripsi :

(Nama Terang) (Tanda Tangan) Ketua : Drs. Agustiyanta, M. Pd

Sekretaris : Hendrig Joko Prasetyo, S. Pd., M. Or Anggota I : Dra. Ismaryati, M.Kes

Anggota II : Slamet Riyadi, S.Pd., M.Or

Disahkan oleh :

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Dekan,

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP. 19600727198702 1 001


(5)

v ABSTRAK

Sigit Dwi Prasetya. PERBEDAN PENGARUH PEMBELAJARAN DAN KOORDINASI MATA-TANGAN TERHADAP KEMAMPUAN TEMBAKAN BEBAS BOLA BASKET. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2011.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: (1) Perbedaan pengaruh pembelajaran tembakan bebas dengan ketinggian ring basket tetap dan modifikasi ketinggian ring basket terhadap kemampuan tembakan bebas bola basket pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 25 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011. (2) Perbedaan kemampuan tembakan bebas antara siswa yang memiliki koordinasi mata-tangan tinggi dengan siswa yang memiliki koordinasi mata-tangan rendah pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 25 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011. (3) Ada tidaknya interaksi antara pembelajaran tembakan bebas bola basket dan koordinasi mata-tangan terhadap kemampuan tembakan bebas bola basket pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 25 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Populasi dalam penelitian siswa putra kelas VIII SMP Negeri 25 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011 berjumlah 110 orang yang terbagi enam kelas. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Sampel yang digunakan berdasarkan koordinasi mata-tangan yaitu: 20 siswa dengan kategori koordinasi mata-tangan tinggi dan 20 siswa dengan kategori koordinasi mata-tangan rendah. Teknik pengumpulan data dengan tes dan pengukuran, yaitu untuk mengukur koordinasi mata-tangan dengan tes lempar tangkap bola tenis. Untuk mengukur kemampuan tembakan bebas bola basket dengan tes tembakan hukuman dalam permainan bola basket. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis varians 2 X 2 dilanjutkan dengan Newman-Keuls.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan sebagi berikut: (1) Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara pembelajaran tembakan bebas dengan ketinggian ring basket tetap dan modifikasi ketinggian ring basket terhadap kemampuan tembakan bebas bola basket pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri commit to user


(6)

vi

25 Surakarta tahun pelajaran 2010/201. Dari hasil analisis data menunjukkan Fo = 6.01 > Ft 4.11. (2) Ada perbedaan kemampuan tembakan bebas antara siswa yang memiliki koordinasi mata-tangan tinggi dengan siswa yang memiliki koordinasi mata-tangan rendah pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 25 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011. Dari hasil analisis data menunjukkan Fo = 4.51 > Ft 4.11. (3) Tidak ada interaksi antara pembelajaran tembakan bebas bola basket dan koordinasi mata-tangan terhadap kemampuan tembakan bebas pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 25 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011. Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa Fhitung = 1.31 > Ftabel = 4,11. Tinggi rendahnya

koordinasi mata-tangan yang dimiliki siswa putra kelas VIII SMP Negeri 25 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011 tidak berpengaruh dalam pembelajaran tembakan bebas bola basket.


(7)

vii MOTTO

Dalam kehidupan ini kita tidak dapat selalu melakukan hal yang besar. Tetapi kita dapat melakukan banyak hal kecil dengan cinta yang besar.

(Bunda Theresa)

Sukses adalah sebuah perjalanan, bukan tujuan akhir (Ben Sweetland)

Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku. (Filipi 4 : 13)

Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati

dan pikiranmu. (Filipi 4 : 6-7)

Ketika kita melakukan bagian kita dengan setia, maka Allah akan melakukan bagian-Nya dengan sempurna

(Penulis)


(8)

viii

PERSEMBAHAN

Karya ini penulis persembahkan kepada:

Tuhan Yesus Kristus, atas segala berkat-Nya yang mengalir dalam hidupku dan penyertaan-Nya dalam setiap langkahku .

Bapak dan Ibu, atas segala ketulusan kasih sayang, pengorbanan dan do’a yang tak pernah putus.

Gertruida Yosianna Meka, terimakasih telah mengajariku memahami tentang arti perjuangan, ketekunan, kesabaran, kesetiaan dan kasih sayang.

Kakak dan Adikku, Santi, Indri dan Doni atas dukungannya. Teman-teman POK Penkepor’06

Almamater


(9)

ix

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah Nya, sehingga dapat diselesaikan

penulisan skripsi ini.

Disadari bahwa penulisan skripsi ini banyak mengalami hambatan, tetapi berkat bantuan dari beberapa pihak maka hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu dalam kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. H. Mulyono, M.M., Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Drs. H. Agustyanto, M.Pd., Ketua Program Pendidikan Kepelatihan Olahraga

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta . 4. Dra. Ismaryati, M.Kes., sebagai Pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.

5. Slamet Riyadi, S.Pd., M.Or., sebagai Pembimbing II yang telah memberikan motivasi dan arahan dalam penyusunan skripsi.

6. Bapak dan Ibu Dosen FKIP JPOK Surakarta yang secara tulus memberikan ilmu dan masukan-masukan kepada penulis.

7. Kepala SMP Negeri 25 Surakarta yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian di sekolah yang dipimpin.

8. Siswa putra kelas VIII SMP Negeri 25 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011 yang telah bersedia menjadi sampel penelitian.

9. Tim Penguji Skripsi yang telah menyediakan waktu, pikiran dan tenaga untuk menguji penulis, sehingga penulis dapat melaksanakan ujian skripsi dengan baik;


(10)

x

10.Rekan-rekan POK Penkepor 06’ yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang membantu dan memberikan warna selama menjadi mahasiswa dan dalam menyusun skripsi ini;

11.Berbagai pihak yang telah membantu penulis, yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap semogra skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi para pembaca, khususnya tembakan bebas bola basket

Surakarta, September 2011

Penulis


(11)

xi DAFTAR ISI Halaman JUDUL ...……… PENGAJUAN ...………. PERSETUJUAN ...……… PENGESAHAN...……….

ABSTRAK ...……….

MOTTO ...……….. PERSEMBAHAN ...………. KATA PENGANTAR ...……….. DAFTAR ISI ...……… DAFTAR GAMBAR ...………. DAFTAR GRAFIK……… DAFTAR TABEL ...……… DAFTAR LAMPIRAN ...………

BAB I PENDAHULUAN ………

A. Latar Belakang Masalah ……….

B. Identifikasi Masalah………

C. Pembatasan Masalah………

D. Perumusan Masalah……….

E. Tujuan Penelitian……….

F. Manfaat Penelitian……… BAB II LANDASAN TEORI ………..

A. Tinjauan Pustaka ...………..

1.Bola Basket………..

a. Permainan Bola Basket………

b. Teknik Dasar Permainan Bola Basket………

2.Tembakan Bola Basket……….

a. Tembakan Bebas Bola Basket………

b. Pelaksanaan Tembakan Bebas Bola Basket………

i ii iii iv v vii viii ix xi xiv xv xvi xvii 1 1 5 6 7 7 8 9 9 9 9 10 12 12 13 commit to user


(12)

xii

c. Kesalahan dalam Tembakan Bebas………

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tembakan Bebas Bola Basket………. 3. Modifikasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani………

a. Hakikat Pembelajaran………

b. Modifikasi Pembelajaran………

4.Pembelajaran Tembakan Bebas Bola Basket dengan Ketinggian Ring Basket Tetap………. a. Hakikat Pembelajaran Tembakan Bebas dengan

Ketinggian Ring Basket Tetap……… b. Pelaksanaan Pembelajaran Tembakan Bebas Bola

Basket dengan Ketinggian Ring Basket Tetap………….. c. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Tembakan

Bebas Bola Basket dengan Ketinggian Ring Basket Tetap………. 5.Pembelajaran Tembakan Bebas Bola Basket dengan Modifikasi Ketinggian Ring Basket………. a. Hakikat Pembelajaran Tembakan Bebas Bola Basket

dengan Modifikasi Ketinggian Ring Basket……….. b. Pelaksanaan Pembelajaran Tembakan Bebas Bola

Basket dengan Modifikasi Ketinggian Ring Basket…….. c. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Tembakan

Bebas Bola Basket dengan Modifikasi Ketinggian Ring Basket……….

6.Koordinasi………

a. Koordinasi Mata-Tangan……… b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Koordinasi…………. c. Peranan Koordinasi Mata-Tangan terhadap Kemampuan Tembakan Bebas Bola Basket……… B. Penelitian yang Relevan……….. 16 17 18 18 21 22 22 24 25 26 26 27 28 29 29 30 31 32 commit to user


(13)

xiii

C. Kerangka Pemikiran ...………. D. Perumusan Hipotesis ...……….……….. BAB III METODE PENELITIAN ...……….……… A. Tempat dan Waktu Penelitian ....……….. B. Populasi dan Sampel………. C. Variabel Penelitian………

D. Teknik Pengumpulan Data……… E. Rancangan Penelitian………

F. Teknik Analisis Data……….

BAB IV HASIL PENELITIAN ...……….

A. Deskripsi Data ...………..

B. Mencari Reliabilitas………

C. Uji Prasyarat Analisis………

1. Uji Normalitas ………

2. Uji Homogenitas ………

D. Pengujian Hipotesis……….

1. Pengujian Hipotesis Pertama……… 2. Pengujian Hipotesis Kedua……….. 3. Pengujian Hipotesis Ketiga………. E. Pembahasan Hasil Penelitian………..

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ...……….……….. A. Simpulan………. B. Implikasi ...……… C. Saran ...……….. DAFTAR PUSTAKA ......……… LAMPIRAN...………. 33 37 38 38 38 39 40 40 41 47 47 49 50 50 51 51 53 53 54 54 60 60 60 61 62 65


(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Rancangan Peneltian Anava Dua Jalur Dengan Design Rancangan

Faktorial 2 X 2……….. Tabel 2. Ringkasan Anava Untuk Eksperimen Factorial 2 X 2……….. Tabel 3. Ringkasan Angka - Angka Statistik Deskriptif Data Kemampuan

Tembakan Bebas Bola Basket Menurut Kelompok Penelitian………. Tabel 4. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Data Tes Koordinasi Mata-Tangan,

Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan Tembakan Bebas Bola Basket Tabel 5. Range Kategori Reliabilitas……….………. Tabel 6. Hasil Uji Normalitas dengan Lilliefors………. Tabel 7. Hasil Uji Homogenitas dengan Uji Bartlet……… Tabel 8. Ringkasan Nilai Rerata Kemampuan Tembakan Bebas Bola Basket

Berdasarkan Pembelajaran dan Tingkat Koordinasi Mata-Tangan Sebelum dan Sesudah Diberi Perlakuan……… Tabel 9. Ringkasan Keseluruhan Hasil Analisis Variansi Dua Faktor………… Tabel 10. Ringkasan Hasil Uji Rentang Newman Keuls……….. Tabel 11. Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kelompok A1 dan Kelompok A2….. Tabel 12. Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kelompok B1 dan Kelompok B2….. Tabel 13. Pengaruh Sederhana, Pengaruh Utama dan Interaksi Faktor Utama

Terhadap Peningkatan Kemampuan Tembakan Bebas Bola Basket…

40 43 47 49 50 50 51

52 52 52 54 55 58


(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Lapangan Permainan Bola Basket……….

Gambar 2. Fase Persiapan Tembakan Bebas……….. Gambar 3. Fase Pelaksanaan Tembakan Bebas…….………. Gambar 4. Fase Follow-through Tembakan Bebas……….. Gambar 5. Daerah Bersyarat Tembakan Hukuman Bola Basket……… Gambar 6. Ilustrasi Pembelajaran Tembakan Bebas Bola Baskete

dengan Modifikasi Ketinggian Ring Basket……… Gambar 7. Tes dan Pengukuran Koordiansi Mata-Tangan………. Gambar 8. Lapangan Tes Tembakan Bebas Bola Basket………

Gambar 9. Tes Kemampuan Tembakan Bebas (Shooting) Bola Basket.

10 14 15 15 24 28 88 90 90


(16)

xvi

DAFTAR GRAFIK

Halaman Grafik 1. Nilai Rata-Rata Kemampuan Tembakan Bebas Bola Basket Berdasarkan Tiap Kelompok Perlakuan dan Tingkat Koordinasi Mata-Tangan………... Grafik 2. Nilai Rata-Rata Peningkatan Kemampuan Tembakan Bebas Bola Basket Antara Kelompok Perlakuan………….………. Grafik 3. Peningkatan Pembelajaran Tembakan Bebas Bola Basket dengan Ketinggian Ring Basket Tetap dan Modifikasi Ketinggian Ring… Grafik 4. Peningkatan Pembelajaran Tembakan Bebas Bola Basket Koordinasi Mata-Tangan Tinggi dan Koordinasi Mata-Tangan

Rendah ………

Grafik 5. Interaksi Pembelajaran Tembakan Bebas dan Koordinasi Mata-

Tangan……….

48 49 54

55 59


(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Hasil Tes Koordinasi Mata-Tangan dengan Lempar Tangkap

Bola Tenis.………... Lampiran 2. Pengelompokan Koordinasi Mata-Tangan Setelah DiRangking.. Lampiran 3. Hasil Tes Awal Kemampuan Tembakan Bebas Bola Basket... Lampiran 4. Hasil Tes Akhir Kemampuan Tembakan Bebas Bola Basket…. Lampiran 5. Uji Reliabilitas Dengan Anava………... Lampiran 6. Uji Normalitas... Lampiran 7. Uji Homogenitas... Lampiran 8. Rekapitulasi Data Tes Awal, Tes Akhir dan Nilai Peningkatan

Kemampuan Tembakan Bebas Bola Basket Pada Siswa Putra Kelas VIII SMP Negeri 25 Surakarta ... Lampiran 9. Uji Rata-Rata Rentang Newman-Keuls... Lampiran 10. Petunjuk Tes dan Pengukuran Koordinasi Mata-Tangan... Lampiran 11. Petunjuk Pelaksanaan Tes dan Pengukuran Kemampuan Tembakan Bebas Bola Basket ... Lampiran 12. Gambar Lapangan Bola Basket ... Lampiran 13. Rencana Penelitian ... Lampiran 14. Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian ... Lampiran 15. Program Pembelajaran Latihan Tembakan Bebas...

66 67 68 69 70 79 81

82 85 86 89 91 92 95 98


(18)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan jasmani merupakan mata pelajaran yang tidak dapat dipisahkan dari pembelajaran di sekolah secara keseluruhan. Karena banyak manfaat yang diperoleh melalui pembelajaran pendidikan jasmani. H.J.S. Husdarta (2009: 14-16) menyatakan, “Secara umum manfaat pendidikan di sekolah mencakup antara lain: (1) memenuhi kebutuhan anak akan gerak, (2) mengenalkan anak pada lingkungan dan potensi dirinya, (3) menanamkan dasar-dasar keterampilan yang berguna, (4) menyalurkan energi yang berlebihan dan, (5) merupakan proses pendidikan secara serempak baik fisik, mental maupun

emosional”.

Banyak manfaat yang diperoleh siswa melalui pembelajaran pendidikan jasmani. Manfaat yang diperoleh melalui pembelajaran pendidikan jasmani di antaranya: memenuhi kebutuhan gerak, mengenalkan lingkungan dan potensinya, menanamkan dasar-dasar keterampilan yang berguna, untuk menyalurkan energi dan sebagai proses pendidikan secara serempak baik fisik, mental maupun emosional. Untuk mencapai manfaat tersebut, maka dalam pendidikan jasmani telah ditentukan macam-macam cabang olahraga yang harus diajarkan bagi siswa sekolah menurut jenjang pendidikannya masing-masing. Ini artinya, materi pendidikan jasmani antara jenjang sekolah paling rendah (Taman Kanak-Kanak) sampai dengan jenjang pendidikan menengah atas (SMA/SMK) berbeda-beda.

Ditinjau dari belajar gerak, siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) merupakan masa adolensi yaitu, suatu masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Karena usia SMP merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa, maka materi pendidikan jasmnai telah diatur dalam kurikulum Penjas berdasarkan karakteristik siswa SMP. Menurut Kurikulum Pendidikan Jasmani SMP (2004: 19-20) bahwa, “Materi pokok pendidikan

jasmani dapat diklasifikasikan menjadi enam aspek yaitu: “(1) permainan dan


(19)

olahraga, (2) aktivitas pengembangan, (3) uji diri/senam, (4) aktivitas ritmik, (5)

akuatik (aktivitas air) dan (6) aktivitas luar sekolah”.

Bola basket merupakan cabang olahraga permainan yang terangkum dalam materi pokok permainan dan olahraga yang diajarkan bagi siswa SMP. Dalam membelajarkan permainan bola basket bagi siswa SMP diajarkan macam-macam teknik dasar permainan bola basket. Dengan diajarkannya macam-macam teknik dasar permainan bola basket dimaksudkan agar siswa memiliki keterampilan bermain bola basket. Macam-macam teknik dasar bola basket yang diajarkan dalam pendidikan jasmani meliputi: (1) melempar dan menangkap (passing dan catching), (2) dribble (menggiring bola), (3) menembak (shooting), (4) pivot atau olah kaki dan, (5) rebound.

Menembak atau shooting merupakan salah satu teknik dasar bola basket yang diajarkan pada siswa SMP. Dengan diajarkannya teknik dasar menembak diharapkan para siswa memiliki keterampilan menembak, karena memiliki keterampilan menembak dapat mempengaruhi keseluruhan jalannya permainan. Dapat dikatakan, menang atau kalahnya suatu tim apabila tim tersebut lebih banyak memasukkan bola ke dalam ring lawan. Untuk mencetak angka dalam permainan bola basket dapat dilakukan dengan beberapa cara, salah satu di antaranya tembakan bebas. Soebagio Hartoko (1994: 222) menyatakan,

“Tembakan bebas merupakan kesempatan yang diberikan kepada seorang pemain

untuk mencetak satu angka dari tembakan tanpa rintangan untuk gol dari posisi

secara langsung di belakang garis tembakan bebas”.

Berdasarkan cara melakukan tembakan bebas bola basket dapat dilakukan dengan satu tangan atau dua tangan. Sedangkan dalam pelaksanaannya dapat dilakukan dari depan dada, dari atas kepala, dengan melompat atau tanpa melompat. Hal ini bergantung dari kebiasaan pemain dalam melakukan tembakan bebas.

Ditinjau dari pelaksanaan pembelajaran permainan bola basket di sekolah, tembakan bebas bola basket pada umumnya sangat digemari siswa sekolah. Hal ini dapat dilihat saat pembelajaran belum dimulai para siswa berlomba melakukan tembakan bebas. Dari tembakan bebas yang dilakukan ada beberapa siswa yang commit to user


(20)

mampu melakukan tembakan bebas dengan baik, tetapi ada juga yang mengalami kesulitan. Seringkali tembakannya gagal atau tidak sampai pada ring basket. Hal ini disebabkan karena ring basket yang cukup tinggi dan bola yang cukup berat.

Menurut Abdul Rohim (2008: 7) bahwa, “Simpay/ring basket mempunyai garis

tengah 45 cm diletakkan 3.03 meter di atas lantai dan sama jauh dari kedua tepi

vertikal papan pantul”.

Kesulitan yang dialami siswa dalam melakukan tembakan bebas pada umumnya karena ring basket yang cukup tinggi. Upaya mengatasi kesulitan siswa dalam melakukan tembakan bebas, maka perlu dicarikan solusi yang tepat. Salah satu solusi untuk mengatasi kesulitan siswa dalam melakukan tembakan bebas bola basket yaitu, dengan menurunkan ketinggian ring basket. Ring basket yang diturunkan dari ketinggian sebenarnya merupakan bentuk modifikasi peralatan pembelajaran keterampilan. Rusli Lutan dan Adang Suherman (2000: 75)

berpendapat, “Lakukan modifikasi peralatan, apabila peralatan diduga sebagai penghambat keberhasilan”.

Memodifikasi peralatan ketinggian ring basket merupakan salah satu cara untuk mengatasi kesulitan dalam pembelajaran tembakan bebas bola basket. Modifikasi ketinggian ring basket yang dimaksud yaitu, ketinggian ring basket diturunkan misalnya pada ketinggian 2 meter, kemudian secara bertahap ditingkatkan hingga mencapai ketinggian yang sebenarnya yaitu 3.03 meter.

Membelajarkan tembakan bebas bola basket sesuai dengan karakteristik keterampilan yang sebenarnya sangat penting agar siswa memiliki keterampilan tembakan bebas dengan baik. Disisi lain, siswa yang mengalami kesulitan tembakan bebas karena ring basket yang cukup tinggi, maka dapat dilakukan dengan cara memodifikasi ketinggian ring basket. Namun kemampuan tembakan bebas bola basket tidak hanya dipengaruhi oleh cara guru dalam membelajarkan keterampilan, tetapi faktor individu (siswa) merupakan faktor yang dominan yang sangat berpengaruh berhasil dan tidaknya suatu keterampilan dikuasai. Faktor individu (siswa) ini sangat kompleks, misalnya semangat belajar, penguasaan teknik menembak, kemampuan fisik yang baik, kesungguhan belajar, mental dan lain sebagainya. commit to user


(21)

Kemampuan fisik merupakan salah satu faktor yang tidak dapat dipisahkan untuk menguasai suatu keterampilan olahraga. Sudjarwo (1993: 41)

menyatakan, “Mempelajari teknik dalam cabang olahraga tertentu tidak mungkin

dilakukan sebelum atlet atau siswa memiliki kemampuan fisik yang menunjang

gerakan teknik tersebut”. Koordinasi mata-tangan merupakan salah satu

komponen kondisi fisik yang dapat mendukung tembakan bebas bola basket. Koordinasi mata-tangan berperan dalam tembakan bebas bola basket terutama untuk melihat ring basket, untuk selanjutnya menolakkan bola ke ring basket. Agar tembakan bebas tepat ke dalam ring basket, maka dibutuhkan kecermatan pandangan dan keakuratan lengan untuk menolakkan bola ke arah ring basket. Apakah benar siswa yang memiliki koordinasi mata-tangan yang baik, kemampuan tembakan bebasnya juga baik. Demikian juga sebaliknya, apakah siswa yang koordinasi mata-tangannya buruk kemampuan tembakan bebasnya juga buruk. Nampaknya hal ini perlu dipertanyakan lagi, karena keberhasilan tembakan bebas bola basket tidak hanya dipengaruhi koordinasi mata-tangan, tetapi masih ada faktor lainnya, seperti power, kekuatan, mental, proporsi tubuh yang ideal dan lain sebagainya.

Berdasarkan uraian yang dikemukakan di atas menujukkan bahwa, dalam membelajarkan tembakan bebas bola basket dapat dilakukan dengan ketinggian ring basket tetapi dan dapat juga dengan memodifikasi ketinggian ring basket. Disisi lain, kemampuan tembakan bebas bola basket perlu dukungan kemampuan kondisi fisik yang baik, di antaranya koordinasi tangan. Koordinasi mata-tangan berperan dalam tembakan bebas bola basket terutama pada saat penembak melihat ring basket, untuk selanjutnya melepaskan bola ke arah ring bakset. Kemampuan penembak merangkaikan bagian-bagian tubuh yang terlibat dalam gerakan tembakan bebas dan mengarahkan bola ke ring basket dipengaruhi oleh tingkat koordinasi mata-tangan yang dimilikinya.

Berdasarkan hal tersebut muncul masalah, bagaimanakah pengaruh pembelajaran tembakan bebas dengan ketinggian ring basket tetap dan modifikasi ketinggian ring basket serta pengaruh koordinasi mata-tangan terhadap kemampuan tembakan bebas bola basket. Untuk mengetahui hal tersebut maka commit to user


(22)

perlu dikaji dan diteliti secara lebih mendalam baik secara teori maupun praktek melalui penelitian eksperimen.

Penelitian eksperimen dilaksanakan pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 25 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011. Selama ini pembelajaran tembakan bebas bola basket di SMP Negeri 25 Surakarta dilakukan secara langsung, yaitu siswa melakukan tembakan bebas dari batas garis tembakan bebas. Apabila siswa mengalami kesulitan dilakukan dari jarak tembak yang lebih dekat, itu pun hasilnya belum maksimal. Selain itu, kemampuan koordinasi mata-tangan siswa putra kelas VIII SMP Negeri 25 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011 belum diketahui. Selama ini komponen-komponen kondisi fisik yang mendukung tembakan bebas bola basket belum pernah ditingkatkan. Seharusnya untuk mengatasi kesulitan tembakan bebas harus dicarikan solusi yang tepat dan didukung kemampuan kondisi fisik yang baik termasuk koordinasi mata-tangan.

Memberikan bentuk pembelajaran yang tepat sangat penting dalam upaya meningkatkan kemampuan tembakan bebas. Selain itu, faktor-faktor yang mendukung kemampuan kondisi fisik juga harus ditingkatkan melalui latihan yang tepat. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pembelajaran tembakan bebas dengan koordinasi mata-tangan terhadap kemampuan tembakan bebas bola

basket, maka perlu dilakukan penelitian dengan judul, “Perbedaan Pengaruh

Modifikasi Peralatan dan Koordinasi Mata-Tangan Terhadap Kemampuan

Tembakan Bebas Bola Basket”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Pembelajaran tembakan bebas yang dilaksanakan pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 25 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011 belum menunjukkan hasil yang maksimal.

2. Siswa putra kelas VIII SMP Negeri 25 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011 mengalami kesulitan dalam melakukan tembakan bebas bola basket. commit to user


(23)

3. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam pembelajaran tembakan bebas bola basekt pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 25 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011 belum diperoleh solusi yang tepat.

4. Belum diketahui besarnya pengaruh koordinasi mata-tangan terhadap kemampuan tembakan bebas bola basket.

5. Belum diketahui besarnya pengaruh ketinggian ring basket tetap dan modifikasi ketinggian ring basket terhadap kemampuan tembakan bebas bola basket.

6. Belum diketahui ada tidaknya perbedaan pengaruh pembelajaran tembakan bebas yang lebih baik pengaruhnya antara ketinggian ring basket tetap dan modifikasi ketinggian ring basket.

C. Pembatasan Masalah

Banyaknya masalah yang dapat diidentifikasi, maka perlu dibatasi agar tidak menyimpang dari permasalahan penelitian. Pembatasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Pengaruh pembelajaran tembakan bebas dengan ketinggian ring basket tetap 3.03 meter terhadap kemampuan tembakan bebas bola basket.

2. Pengaruh pembelajaran tembakan bebas dengan modifikasi ketinggian ring basket dari ketinggian 2 meter dan ditingkatkan 15 centimeter setiap tiga kali latihan terhadap kemampuan tembakan bebas bola basket.

3. Pengaruh koordinasi mata-tangan tinggi dan koordinasi mata-tangan rendah terhadap kemampuan tembakan bebas bola basket.

4. Perbedaan pengaruh pembelajaran tembakan bebas antara ketinggian ring basket tetap dan modifikasi ketinggian ring basket terhadap kemampuan tembakan bebas bola basket.


(24)

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Adakah perbedaan pengaruh pembelajaran tembakan bebas dengan ketinggian ring basket tetap dan modifikasi ketinggian ring basket terhadap kemampuan tembakan bebas bola basket pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 25 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011?

2. Adakah perbedaan kemampuan tembakan bebas bola basket antara siswa yang memiliki koordinasi mata-tangan tinggi dengan siswa yang memiliki koordinasi mata-tangan rendah pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 25 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011?

3. Adakah interaksi antara pembelajaran tembakan bebas bola basket dan koordinasi mata-tangan terhadap kemampuan tembakan bebas bola basket pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 25 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui:

1. Perbedaan pengaruh pembelajaran tembakan bebas dengan ketinggian ring basket tetap dan modifikasi ketinggian ring basket terhadap kemampuan tembakan bebas bola basket pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 25 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011.

2. Perbedaan kemampuan tembakan bebas antara siswa yang memiliki koordinasi tangan tinggi dengan siswa yang memiliki koordinasi mata-tangan rendah pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 25 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011.


(25)

3. Ada tidaknya interaksi antara pembelajaran tembakan bebas bola basket dan koordinasi mata-tangan terhadap kemampuan tembakan bebas bola basket pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 25 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011.

F. Manfaat Penelitian

Masalah dalam penelitian ini penting untuk diteliti dengan harapan dapat memberi manfaat antara lain:

1. Dapat meningkatkan kemampuan tembakan bebas bagi siswa yang dijadikan sampel penelitian.

2. Dapat dijadikan sebagai masukan dan pedoman bagi guru Penjasorkes di SMP Negeri 25 Surakarta pentingnya modifikasi peralatan pembelajaran yang tepat agar diperoleh hasil belajar yang maksimal.

3. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi penelitian tentang karya ilmiah untuk dapat dikembangkan lebih lanjut.


(26)

BAB II

LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka

1. Bola Basket a. Permainan Bola Basket

Bola basket merupakan olahraga permainan yang pelaksanaan permainannya dilakukan dua regu atau tim. Masing-masing regu atau tim terdiri lima orang pemain. Berkaitan dengan permainan bola basket, Agus Mukholid (2004: 41) menyatakan:

Bola basket adalah suatu permainan yang dimainkan oleh dua regu, masing-masing regu terdiri dari lima orang pemain. Tujuan permainan ini adalah membuat nilai sebanyak-banyaknya dengan memasukkan bola ke basket (keranjang) lawan dan mencegah pemain lawan untuk membuat nilai. Dalam memainkan bola tiap pemain boleh mendorong bola, memukul bola dengan telapak tangan terbuka, melemparkan, menggelindingkan atau menggiring bola ke segala arah dalam lapangan permainan.

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, prinsip dari permainan bola basket yaitu, memainkan bola mendorong bola, memukul bola dengan telapak tangan terbuka, melemparkan, menggelindingkan atau menggiring bola ke segala arah dalam lapangan permainan. Wissel Hal (2000: 2) menyatakan, “Permainan bola basket diberikan hanya dengan passing (operan) dengan tangan atau dengan mendribblenya (batting, pushing atau tapping) beberapa kali pada lantai tanpa menyentuhnya dengan satu tangan atau dua tangan secara bersamaan”. Sedangkan tujuan dari masing-masing regu membuat nilai sebanyak-banyaknya dengan memasukkan bola ke basket (keranjang) lawan dan mencegah pemain lawan untuk membuat nilai.

Permainan bola basket dimainkan di atas lantai yang rata dan lapangan berbentuk persegi panjang. Pada kedua garis lebar lapangan di tengah masing-masing dipasang ring atau basket. Masing-masing-masing regu yang sedang bermain atau bertanding menempati separuh lapangan saling berhadapan. Permainan bola commit to user


(27)

basket dipimpin oleh dua orang wasit dan dibantu oleh petugas meja, yang bertugas mencatat angka dan semua kejadian pelanggaran atau kesalahan baik yang dilakukan oleh pemain maupun pelatih. Permainan bola basket dilakukan dilakukan dalam dua babak. Antara babak pertama dengan babak kedua diberi waktu istirahat dan setelah istirahat dilakukan pertukaran tempat. Regu yang dinyatakan menang adalah regu yang sampai akhir pertandingan lebih banyak memasukkan bola ke dalam ring basket. Berikut ini disajikan ilustrasi lapangan permainan bola basket sebagai berikut:

Gambar 1. Lapangan Permainan Bola Basket (Slamet Widodo, 2005: 21)

b. Teknik Dasar Permainan Bola Basket

Memasukkan bola ke keranjang (ring basket) lawan sebanyak-banyaknya adalah tujuan dari permainan bola basket. Dengan memasukkan bola sebanyak-banyaknya ke dalam ring basket lawan sampai akhir pertandingan, maka dapat memenangkan perandingan. Agar suatu tim dapat memenangkan pertandingan, maka setiap pemain harus menguasai teknik dasar bermain bola basket. A. Sarumpaet, Zulfar Djaset, Parno dan Imam Sadikun (1992: 223) menyatakan,

“Keterampilan dapat dicapai sampai tingkat tinggi apabila gerak dasarnya baik.

Oleh karena itu, gerak (teknik) dasar perlu dilakukan cara-cara yang benar, agar

keterampilan dapat ditingkatkan”. Sedangkan Wissel Hal (2000: 5) berpendapat,


(28)

“Meskipun bola basket adalah permainan tim, namun penguasaan teknik dasar

individual sangatlah penting sebelum bermain di dalam tim”.

Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat disimpulkan, menguasai teknik dasar bermain bola basket merupakan faktor yang fundamental dan harus dikuasai oleh setiap pemain bola basket. Penguasaan teknik dasar bola basket yang dimiliki setiap pemain, pada prinsipnya mempunyai tujuan untuk kepentingnya tim yaitu untuk mencapai kemenangan. Untuk mencapai kemenangan suatu tim, maka teknik dasar bola basket harus dilatihkan dengan baik dan benar. Slamet Widodo (2005: 22) menyatakan, “Teknik bermain bola basket dapat diartikan sebagai cara memainkan bola basket dengan efektif dan efisien sesuai dengan peraturan permainan yang berlaku. Teknik dasar yang harus dimiliki pemain bola basket antara lain: lempar atau operan (passing), menangkap (catching), menembak (shooting) dan menggiring (dribbling)”. Menurut Soebagio Hartoko (1993: 22-25) teknik dasar permainan bola basket terdiri dari: "(1) operan, (2) menangkap, (3) menembak, (4) menggiring, (5) olah kaki, (6) gerakan berporos, (7) melompat/meloncat, (8) gerak tipu". Menurut Wissel Hal (2000:15) bahwa,

Shooting, passing, dribbling, rebounding, defending bergerak dengan bola dan

bergerak tanpa bola adalah teknik dasar yang harus dikuasai”

Berdasarkan tiga pendapat tersebut dapat disimpulkan, teknik dasar permainan bola terdiri dua macam yaitu, teknik dasar tanpa bola dan teknik dasar dengan bola. Teknik dasar dengan bola meliputi: lempar atau operan (passing), menangkap (catching), menembak (shooting) dan menggiring (dribbling). Teknik dasar tanpa bola terdiri: olah kaki, gerakan berporos, melompat/meloncat dan gerak tipu. Teknik dasar dengan bola dan tanpa bola merupakan komponen-komponen dalam permainan bola basket yang saling mendukung terhadap keterampilan bermain bola basket. Kedua teknik dasar tersebut saling berkaitan satu dengan lainnya menurut kebutuhan dalam permainan. Untuk menguasai macam-macam teknik dasar bola basket harus dilakukan latihan secara sistematis dan kontinyu berdasarkan prinsip-prinsip latihan yang benar.


(29)

2. Tembakan Bola Basket

a. Tembakan Bebas Bola Basket

Tembakan bebas merupakan salah satu jenis tembakan hukuman dalam permainan bola basket. Melalui tembakan bebas, maka mempunyai peluang untuk mencetak angka. A. Sarumpaet, Zulfar Djaset, Parno dan Imam Sadikun. (1992:209) menyatakan:

Tembakan bebas merupakan hadiah yang diberikan kepada seorang pemain untuk mendapatkan 1 angka. Hadiah ini diberikan sebagai akibat diganggunya dengan kasar (persinggungan) oleh pemain lawan terhadap usaha tembakan lapangan. Bila terjadi kesalahan perorangan dan perlu diberikan tembakan bebas, pemain yang dirugikan tersebut diberikan kesempatan untuk melakukan tembakan bebas sebanyak dua kali.

Pendapat tersebut menunjukkan, tembakan bebas dilakukan jika pemain mendapat pelanggaran yang kasar saat akan melakukan tembakan. Melalui tembakan bebas pemain mendapat kesempatan mendapatkan nilai atau point 1 angka. Pemain yang mendapat kesempatan tembakan bebas diberikan dua kali kesempatan. Agar tembakan bebas berhasil dengan baik, maka pemain yang mendapat kesempatan melakukan tembakan bebas harus dapat memanfaatkan secara maksimal. Wissel Hal (2000: 51) menyatakan, “Sukses dalam melakukan tembakan bebas memerlukan keahlian, kebiasaan, konsentrasi dan keyakinan. Kebiasaan, rileks dan irama mendukung konsentrasi dan keyakinan”.

Keberhasilan tembakan bebas harus didukung keahlian dan kebiasaan serta memiliki konsentrasi dan keyakinan yang baik. Jon Oliver (2007: 30)

menyatakan, “Setiap melakukan free throw, para penembak bebas berhasil

umumnya melakukan konsentrasi/persiapan pra tembak. Persiapan ini membantu fisik dan mental memusatkan perhatian untuk melakukan free throw yang mulus

dan lancar”.

Memiliki berkonsentrasi penuh sangat penting dalam melakukan tembakan bebas. Untuk membantu konsentrasi saat melakukan tembakan bebas dapat dilakukan dengan beberapa cara misalnya, tarik nafas panjang, dengan kata-kata


(30)

penyemangat atau memantulkan bola bebarapa kali. Nancy Liebermen dan Robin Robert (1997: 102) menyatakan:

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat melakukan shooting agar berhasil dengan baik antara lain:

1) Menarik napas yang dalam, meregangkan otot-otot supaya rileks. 2) Mendribble bola beberapa kali sebelum anda menembak untuk

memperoleh irama.

3) Teknik secara konsisten, setiap tembakan harus dilakukan dengan gerakan yang sama. Pinalti merupakan satu kesatuan irama, kebiasaan dan mekanis. Menjaga keseimbangan tubuh. Arahkan lemparan dengan memfokuskan pandangan ke sasaran sampai proses tembakan selesai.

4) Berdiri dengan sikap yang benar. Kebanyakan lapangan tertutup memiliki tanda ditengah-tengah garis fouls. Tempatkan kaki di tanda itu. Sejajarkan kaki kanan apabila penembak tangan kanan, demikian pula sebaliknya.

5) Berpikir positip dan percaya diri dan yakinkan akan berhasil.

Ada lima hal yang harus diperhatikan dalam melakukan tembakan bebas yaitu, harus rileks, berkonsentrasi dengan cara memantul-mantulkan bola beberapa kali, memiliki teknik menembak yang baik, berdiri dengan sikap yang benar serta memiliki pikiran yang positif dan memiliki keyakinan yang tinggi agar bola masuk dengan baik. Mental yang baik, konsentrasi dan keyakinan sangat penting untuk dimiliki agar tembakan berhasil dengan baik.

b. Pelaksanaan Tembakan Bebas Bola Basket

Menguasai teknik menembak yang benar sangat penting agar tembakan bebas yang dilakukan berhasil dengan baik. Keberhasilan seorang pemain melakukan tembakan bebas sangat bergantung dari kebiasaan pemain itu sendiri. Wissel Hal (2000: 31) menyatakan:

Kebiasaan juga membuat anda bisa rileks, konsentrrasi dan melakukan lemparan dengan irama. Yang paling penting kebiasaan akan membangun kepercayaan diri. Kebiasaan dapat berupa cara melakukan dribble, menguji mekanisme, menggunakan gambar (visualisasi) untuk lebih mencermati gerakan, dan menarik napas sebelumnya supaya rileks. Cobalah dengan kebiasaan ini, jangan pernah mengubah-ubahnya.

Pendapat tersebut menunjukkan, mempunyai kebiasaan tembakan bebas sangat penting, karena akan dapat mempengaruhi keberhasilan tembakan yang commit to user


(31)

dilakukan. Untuk melakukan tembakan bebas dapat dilakukan dengan satu tangan atau dua tangan, tergantung dari kebiasaan pemain itu sendiri. Seperti dijelaskan

dalam materi PLPG (2010: 170) bahwa, “Ada dua macam cara dalam melakukan

shooting yaitu: (1) one hand shoot (tembakan satu tangan) dan, (2) two hand shoot

(tembakan dua tangan)”.

Untuk menunjang keberhasilan tembakan bebas, maka ada beberapa tahap atau fase yang harus diperhatikan. Wissel Hal (2000: 53) fase tembakan bebas sebagai berikut:

1) Fase persiapan:

a) Penegasan yang positif

b) Letakkan kaki untuk menembak di luar tanda c) Lakukan dengan rutin

d) Sikap yang seimbang

e) Tangan yang tidak menembak di bawah bola f) Ibu jari rileks

g) Siku masuk ke dalam

h) Bola antara telinga dan bahu i) Bahu rileks

j) Napas dalam, rileks

k) Visualkan tambahan yang berhasil l) Konsentrasikan pada target

Gambar 2. Fase Persiapan Tembakan Bebas (Wissel Hal , 2000: 53)

2) Fase pelaksanaan a) Lihat target

b) Ucapkan kata-kata kunci secara berirama c) Rentangkan kaki, punggung, bahu commit to user


(32)

d) Rentangkan siku

e) Lenturkan pinggang dan jari-jari ke depan f) Lepaskan jari telunjuk

g) Tangan penyeimbang pada bola sampai terlepas

Gambar 3. Fase Pelaksanaan Tembakan Bebas (Wissel Hal, 2000: 53)

3) Fase Follow-Through a) Lihat target b) Lengan terentang

c) Jari telunjuk menunjuk pada target d) Telapak tangan ke bawah saat shooting e) Seimbang dengan telapak tangan ke atas

f) Posisi lengan tetap di atas bola masuk ke dalam ring

Gambar 4. Fase Follow-Through Tembakan Bebas (Wissel Hal, 2000: 53)


(33)

Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, fase pelaksanaan tembakan bebas bola basket terdiri tiga tahapan yaitu, fase persiapan, fase pelaksanaan dan fase follow-throuh. Ketiga fase tersebut harus dirangkaikan secara harmonis, luwes dan lancar dalam satu pola gerakan yang utuh.

c. Kesalahan dalam Tembakan Bebas

Tembakan bebas merupakan suatu keterampilan yang sulit dan kompleks. Keberhasilan dalam melakukan tembakan dipengaruhi oleh banyak faktor baik dari dalam pemain atau dari luar pemain. Kesalahaan saat melakukan tembakan akan mengakibatkan bola tidak masuk pada ring. Wissel Hal (2000: 54) menyatakan:

Kesalahan-kesalahan yang paling umum dalam melakukan tembakan bebas antara lain:

1) Secara berulangkali mengubah kebiasaan free throw atau hanya iseng. 2) Merasa tertekan sebelum dan saat free throw.

3) Menggunakan irama menembak yang lebih tidak seimbang atau lebih lambat pada saat melempar bebas dibandingkan menembak dari lapangan.

4) Kurang yakin dan mudah terganggu, khususnya oleh pikiran dan komentar-komentar negatif.

5) Lemparan bebas pendek karena melangkah menjauh dari garis untuk kembali bertahan.

Kesalahan-kesalahan yang sering terjadi saat melakukan tembakan bebas hendaknya diperhatikan dan dihindari oleh seorang penembak. Lebih lanjut Wissel Hal (2000: 54) mengemukakan cara-cara untuk memperbaiki kesalah-kesalahan dalam tembakan bebas sebagai berikut:

1) Biasakan metode free throw.

2) Tarik napas dalam-dalam untuk melepaskan semua yang ada dalam pikiran dan tubuh sampai benar-benar merasakan santai. Lemaskan bahu dan lentur. Lakukan hal yang sama pada lengan, tangan dan jari-jari.

3) Katakan kata sandi dalam irama yang seimbang sesuai arah tembakan, atur waktu dari saat mulai menembak hingga saat bola dilepaskan. 4) Konsentrasilah ketika mendengar pernyataan negatif atau terlintas

pikiran negatif dari diri sendiri. Hilangkan pikiran negatif dengan segera dan dan gantikan dengan keyakinan positif.

5) Lebihkanlah fase followthrough dengan menjaga lengan di atas dan tetap pada garis tersebut sampai bola mencapai ring.


(34)

Berhasil dan tidaknya sebuah tembakan bebas sangat bergantung dari kemampuan penembak. Kesalahan-kesalahan seperti di atas harus dihindari pada saat melakukan tembakan bebas. Jika pada saat melakukan tembakan bebas tidak melakukan kesalahan, maka mempunyai peluang yang besar tembakannya akan berhasil.

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tembakan Bebas Bola Basket

Tembakan bebas bola basket merupakan keterampilan yang sulit dan memiliki unsur gerakan yang kompleks. Keberhasilan tembakan bebas bola basket dipengaruhi oleh banyak faktor. Untuk menunjang keberhasilan tembakan bebas, seorang penembak harus betul-betul dalam kondisi yang siap, memiliki ketenangan dan konsentrasi yang baik. Wissel Hal (2000: 51) menyatakan,

“Ketika melakukan tembakan bebas diperlukan konsentrasi, ketenangan, keyakinan dan percaya diri serta teknik yang baik”. Menurut Jon Oliver (2004:

30) bahwa,

Setiap melakukan free throw para penembak bebas yang berhasil umumnya melakukan konsentrasi/persiapan pratembak. Persiapan ini membantu fisik dan mental memusatkan perhatian untuk melakukan free throw yang mulus dan lancar. Untuk melatih konsentrasi sebelum melakukan free throw pertama-tama ketahuilah elemen-elemen atau gerakan-gerakan sederhana yang memungkikan membantumu memusatkan perhatian, seperti menarik napas panjang, menggunakan

kata-kata penyemangat seperti “fokus”, “percaya diri”, “rileks”, atau

memantulkan bola beberapa kali.

Hal senada dikemukakan Nancy Liebermen dan Robin Robert (1997: 102) bahwa, ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat melakukan shooting agar berhasil dengan baik antara lain:

1) Menarik napas yang dalam, meregangkan otot-otot supaya rileks. 2) Mendribble bola beberapa kali sebelum anda menembak untuk

memperoleh irama.

3) Teknik secara konsisten, setiap tembakan harus dilakukan dengan gerakan yang sama. Pinalti merupakan satu kesatuan irama, kebiasaan dan mekanis. Menjaga keseimbangan tubuh. Arahkan lemparan dengan memfokuskan pandangan ke sasaran sampai proses tembakan selesai.


(35)

4) Berdiri dengan sikap yang benar. Kebanyakan lapangan tertutup memiliki tanda ditengah-tengah garis fouls. Tempatkan kaki di tanda itu. Sejajarkan kaki kanan apabila penembak tangan kanan, demikian pula sebaliknya.

5) Berpikir positip dan percaya diri dan yakinkan akan berhasil.

Pendapat tiga pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, keberhasilan tembakan bebas bola basket dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan tembakan bebas bola basket di antaranya harus rileks, berkonsentrasi dengan cara memantul-mantulkan bola beberapa kali, memiliki teknik menembak yang baik, berdiri dengan sikap yang benar serta memiliki pikiran yang positif dan memiliki keyakinan yang tinggi agar bola masuk dengan baik. Mental yang baik, konsentrasi dan keyakinan sangat penting untuk dimiliki agar tembakan berhasil dengan baik.

3. Modifikasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani

a. Hakikat Pembelajaran

Pembelajaran dewasa ini mengalami perubahan dan perkembangan. Pembelajaran tidak hanya sekedar guru menyampaikan ilmu pengetahuan atau keterampilan kepada siswa, tetapi pembelajaran sekarang ini merupakan suatu proses agar siswa belajar sesuai dengan kemampuannya. Pembelajaran sekarang ini lebih berorientasi bagaimana seorang guru menciptakan lingkungan belajar yang baik, seperti penataan lingkungan, menyediakan alat dan sumber pembelajaran dan hal-hal lain yang memungkinkan siswa merasa senang, sehingga dapat berkembang secara optimal sesuai dengan bakat, minat dan potensi yang dimiliki. Berkaitan dengan pembelajaran M. Sobry Sutikno (2009:

32) menyatakan, “Pembelajaran adalah segala upaya yang dilakukan guru (pendidik) agar terjadi proses belajar pada diri siswa”. Menurut Benny A. Pribadi

(2009: 11) bahwa, “Pembelajaran sebagai rangkaian peristiwa atau kegiatan yang

disampaikan secara terstruktur dan terencana dengan menggunakan sebuah atau

beberapa media”. Menurut UUSPN No. 20 tahun 2003 yang dikutip Syaiful


(36)

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berfikir yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran.

Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, di dalam kegiatan pembelajaran ada dua kegiatan memilih, menetapkan dan mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Pembelajaran lebih menekankan pada cara-cara untuk mencapai tujuan dan berkaitan dengan bagaimana cara mengorganisasikan materi pelajaran dan mengelola pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran seorang guru harus memahami hakikat materi pelajaran yang diajarkannya sebagai suatu pelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir siswa dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa untuk belajar dengan perencanaan yang matang. Dalam proses pembelajaran inilah, peran guru dan siswa telah mengalami perubahan. Lebih lanjut M. Sobry Sutikno (2009: 33-34) menyatakan:

1) Peran guru telah berubah dari:

a) Sebagai penyampai pengetahuan, sumber utama informasi, ahli materi dan sumber segala jawaban, menjadi sebagai fasilitator pembelajaran, pelatih, kolabolator dan mitra belajar.

b) Dari mengendalikan dan mengarahkan semua aspek pembelajaran, menjadi lebih banyak memberikan alternatif dan tanggung jawab kepada setiap siswa dalam proses pembelajaran.

2) Peran siswa dalam pembelajaran telah mengalami perubahan, yaitu: a) Dari penerima informasi yang pasif menjadi partisipan aktif dalam

proses pembelajaran.

b) Dari mengungkapkan kembali pengetahuan menjadi menghasilkan dan berbagi pengetahuan.

c) Dari pembelajaran sebagai aktivitas individual menjadi pembelajaran berkolaboratif dengan siswa lain.

Dalam kegiatan proses pembelajaran siswa lebih dominan atau berperan aktif. Siswa harus selalu berpartisipasi aktif, menghasilkan berbagai macam pengatahuan dan harus mampu bekerjasama dengan siswa lainnya. Sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator, memanage berbagai sumber dan fasilitas untuk


(37)

dipelajari siswa. Menurut Wina Sanjaya (2006: 79) karakteristik penting dari istilah pembelajaran yaitu:

1) Pembelajaran berarti membelajarkan siswa.

Dalam konteks pembelajaran, tujuan utama mengajar adalah membelajarkan siswa. Oleh sebab itu, kriteria keberhasilan proses pembelajaran tidak diukur dari sejauh mana siswa telah menguasai materi pelajaran, tetapi diukur sejauh mana siswa telah melakukan proses belajar. Dengan demikian guru tidaklah berperan hanya sebagai sumber belajar, tetapi berperan sebagai orang yang membimbing dan memfasilitasi agar siswa mau dan mampu belajar. Inilah makna proses pembelajaran berpusat pada siswa (student oriented). Siswa tidak dianggap sebagai objek belajar yang dapat diatur dan dibatasi oleh kemauan guru, melainkan siswa ditempatkan sebagai subjek yang belajar sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan yang dimilikinya. Oleh sebab itu, materi apa yang seharusnya dipelajari dan bagaimana cara mempelajarinya tidak semata-mata ditentukan oleh keinginan guru, tetapi memperhatikan setiap perbedaan.

2) Proses pembelajaran berlangsung di mana saja

Sesuai dengan karakteristik pembelajaran yang berorientasi kepada siswa, maka proses pembelajaran bisa terjadi dimana saja. Kelas bukanlah satu-satunya tempat belajar siswa. Siswa dapat memanfaatkan berbagai tempat belajar sesuai dengan kebutuhan dan sifat materi pelajaran.

3) Pembelajaran berorientasi pada pencapaian tujuan

Tujuan pembelajaran bukanlah penguasaan materi pelajaran, akan tetapi proses untuk mengubah tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang dicapai. Oleh karena itulah penguasaan materi pelajaran bukanlah akhir dari proses pengajaran, tetapi hanya sebagai tujuan antara pembentukan tingkah laku yang lebih luas. Artinya, sejauh mana materi pelajaran yang dikuasai dapat membentuk pola perilaku siswa sendiri. Untuk itulah metode dan strategi yang digunakan guru tidak hanya sekedar metode ceramah, tetapi menggunakan berbagai metode, seperti diskusi, penugasan, kunjungan ke objek-objek tertentu dan lain sebagainya.

Berdasarkan pengertian pembelajaran dan karakteristik pembelajaran dapat disimpulkan, pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu peserta didik mempelajari suatu kemampuan atau nilai yang baru dalam suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan dan evaluasi dalam konteks kegiatan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran itu dikembangkan melalui pola pembelajaran yang menggambarkan kedudukan serta peran pendidik dan peserta didik dalam proses pembelajaran. commit to user


(38)

Pendidik sebagai sumber belajar, penentu metode belajar, dan juga penilai kemajuan belajar.

b. Modifikasi Pembelajaran

Penyelenggaraan program pendidikan jasmani hendaknya mencerminkan

karakteristik program pendidikan jasmani itu sendiri, yaitu “Developmentally

Appropiate Practice” (DAP). Artinya, tugas ajar yang diberikan harus memperhatikan perubahan kemampuan anak dan dapat membantu mendorong perubahan tersebut. Dengan demikian tugas ajar tersebut harus sesuai dengan tingkat perkembangan anak didik yang sedang belajar. Tugas ajar yang sesuai ini harus mampu mengakomodasi setiap perubahan dan perbedaan karakteristik setiap individu serta mendorongnya ke arah perubahan yang lebih baik.

Modifikasi merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan oleh guru agar pembelajaran mencerminkan DAP. Oleh karena itu, DAP termasuk di dalamnya “body scaling” atau ukuran tubuh siswa, harus selalu dijadikan prinsip utama dalam memodifikasi pembelajaran. Toho Cholik dan Rusli Lutan (2001:

11) menyatakan, “Penerapan pendidikan jasmani secara menyeluruh dengan

bentuk-bentuk kegiatan yang dimodifikasi tampaknya akan menjadi pendekatan alternatif pengajaran pendidikan jasmani yang sesuai dan perlu dipertimbangkan pada masa sekarang dan masa mendatang di Indonesia”. Sedangkan Yoyo

Bahagia dan Adang Suherman (2000: 1) menyatakan, “Esensi modifikasi adalah

menganalisa sekaligus mengembangkan materi pelajaran dengan cara meruntunkannya dalam bentuk aktivitas belajar yang potensial dapat memperlancar siswa dalam belajarnya. Cara ini dimaksudkan untuk menuntun, mengarahkan dan membelajarkan siswa dari yang tadinya tidak bisa menjadi bisa, dari tingkat yang tadinya lebih rendah menjadi memiliki tingkat yang lebih

tinggi”.

Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukkan bahwa, modifikasi merupakan salah satu alternatif untuk membelajarkan pendidikan jasmnai di indonesia. Modifikasi pada prinsipnya merupakan suatu cara mengajar yang berorientasi pada keadaan siswa (body scaling), yaitu kemampuan atau keadaan commit to user


(39)

siswa merupakan faktor utama yang harus diperhatikan dalam proses belajar mengajar keterampilan. Selain itu, modifikasi merupakan cara membelajarkan pendidikan jasmani dari cara yang sederhana atau mudah yang disesuaikan kondisi siswa agar terjadi perubahan-perubahan pada diri siswa sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Lebih lanjut Yoyo Bahagia dan Adang Suherman

(2000: 2) menyatakan, “Aspek analisa modifikasi pembelajaran meliputi: (1)

modifikasi tujuan pembelajaran, (2) modifikasi materi pembelajaran, (3) modifikasi kondisi lingkungan pembelajaran, (4) modifikasi evaluasi pembelajaran.”

Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, aspek yang dapat dimodifikasi dalam pembelajaran penjas mencakup empat (4) aspek yang meliputi modifikasi tujuan pembelajaran, modifikasi materi pembelajaran, modifikasi kondisi lingkungan pembelajaran dan, modifikasi evaluasi pembelajaran. Dari aspek-aspek yang dapat dimodifikasi dalam pembelajaran penjas, maka seorang guru dapat menentukan modifikasi apa yang akan dilakukan dalam pembelajaran menurut kebutuhan dan tujuan yang hendak dicapai.

4. Pembelajaran Tembakan Bebas dengan Ketinggian Ring Basket Tetap

a. Hakikat Pembelajaran Tembakan Bebas dengan Ketinggian Ring Basket Tetap

Pembelajaran tembakan bebas dengan ketinggian ring basket tetap merupakan cara pembelajaran tembakan bebas dengan ketinggian ring basket sebenarnya. Ketinggian ring basket menurut Abdul Rohim (2008: 7) bahwa,

“Simpay/ring basket mempunyai garis tengah 45 cm diletakkan 3.03 meter di atas

lantai dan sama jauh dari kedua tepi vertikal papan pantul”.

Berdasarkan hal tersebut, maka pelaksanaan pembelajaran tembakan bebas dengan ketinggian ring basket tetap yaitu, siswa melakukan tembakan bebas dari daerah tembakan bebas, seperti tembakan hukuman dalam pertandingan permainan bola basket. Siswa melakukan tembakan secara langsung dan commit to user


(40)

dilakukan berulang kali. Dalam pembelajaran tembakan bebas dengan ketinggian ring basket, seorang guru dapat secara langsung melakukan kontrol dan mencermati proses pembelajaran. Adang Suherman dan Agus Mahendra (2001: 144) menyatakan, “Pengajaran langsung biasanya memandang bahwa guru melakukan kontrol yang penuh terhadap apa yang siswa pelajari dan bagaimana

prosesnya berlangsung”.

Ditinjau dari hukum belajar gerak bahwa, pembelajaran tembakan bebas dengan ketinggian ring basket tetap didasarkan pada hukum kesiapan. Sugiyanto

dan Agus Kristiyanto (1998: 2) menyatakan, “Hukum kesiapan (law of readiness)

yaitu, belajar akan berlangsung sangat efektif jika pelaku belajar berada dalam

suatu kesiapan untuk memberikan respon”.

Pembelajaran akan berlangsung secara efektif bila siswa telah siap memberikan respon untuk beradaptasi dengan stimulusnya. Ketinggian ring basket bukan merupakan kendala dalam pembelajaran tembakan bebas bola basket. Pembelajaran tembakan bebas dengan ketinggian ring basket tetap, semua siswa dianggap telah siap dengan ketinggian ring dan telah siap untuk memberikan respon. Siswa dianggap telah memiliki kesiapan baik fisik, biologis, psikologis dan latar belakang pengetahuan atau pengalaman bermain bola basket. Karena tingkat kesiapan dan latar belakang yang dimiliki siswa akan mempengaruhi terhadap hasil belajar. Sebagai contoh di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) pernah diajarkan tembakan bebas, atau di lingkungan rumahnya ada klub bola basket dan ikut di dalammnya. Kondisi semacam ini merupakan tahap kesiapan dan memiliki pengalaman atau latar belakang keterampilan yang baik, sehingga akan lebih mudah mengikuti tugas ajar yang sama.

Pengalaman belajar sangat berperan penting untuk menunjang pencapaian tujuan pembelajaran tembakan bebas menggunakan ketinggian ring basket tetap. Pengalaman yang dimiliki sebelumnya akan menunjang pelaksanaan tugas yang diberikan guru. Jika tugas gerak yang diberikan sama dengan pengalaman sebelumnya, maka siswa akan lebih mudah untuk melaksanakannya. Pengalaman belajar sebelumnya dapat dijadikan sebagai modal untuk mempelajari lebih lanjut commit to user


(41)

terhadap keterampilan gerak yang sama. Seperti dikemukakan Rusli Lutan &

Adang Suherman (2000: 29) bahwa, “Pengalaman belajar adalah seperangkat

kejadian yang berisikan aktivitas dan kondisi belajar untuk memberi struktur terhadap pengalaman siswa dan kejadian tersebut terkait untuk pencapaian

tujuan”. Pendapat lain dikemukakan Sugiyanto (1998: 361) bahwa, “Keterampilan

gerak akan meningkat menyertai proses belajar. Makin sering melakukan gerakan, pelajar semakin terbiasa dengan stimulus dan respon gerakan yang dilakukan. Dengan makin terbiasa dengan stimulus yang sejenis, maka kecepatan untuk

merespon terhadap stimulus jenis yang sama akan menjadi semakin cepat”.

b. Pelaksanaan Pembelajaran Tembakan Bebas Bola Basket dengan Ketinggian Ring Basket Tetap

Pelaksanaan pembelajaran tembakan bebas dengan ketinggian ring basket tetap yaitu, siswa melakukan tembakan bebas dari garis tembakan bebas secara berulang-ulang sesuai dengan program yang telah dijadwalkan. Menurut Abdul

Rohim (2008: 5) menyatakan, “Garis tembakan hukuman pada lapangan bola

basket terdapat di daerah bersyarat. Daerah bersyarat itu dibatasi oleh garis akhir, garis tembakan hukuman dan garis-garis yang bertolak dari garis akhir menuju

ujung garis tembakan hukuman”. Lebih jelasnya berikut ini disajikan ilustrasi

gambar daerah bersyarat tembakan bebas bol abasket sebagai berikut:

Gambar 5. Daerah Bersyarat Tembakan Hukuman Bola Basket (Abdul Rohim, 2008: 5)

Dari daerah bersyarat tembakan hukuman tersebut, siswa diberi kebebasan melakukan tembakan bebas baik dengan satu tangan, dua tangan atau dilakukan dari atas kepala, dari depan dada tergantung kebiasaan siswa dengan ketinggian commit to user


(42)

ring basket 3.03 meter. Hal yang penting dan harus diperhatikan, seorang guru harus menjelaskan teknik gerakan tembakan bebas yang baik dan benar serta memberikan contoh gerakan tembakan bebas.

Pembelajaran tembakan bebas dengan ketinggian ring basket tetap, guru dapat menciptakan kondisi pembelajaran yang bervariasi, misalnya siswa melakukan secara sendiri-sendiri atau dilakukan secara berkelompok dan berkompetetif. Maksudnya, dari masing-masing kelompok berusaha memasukkan bola sebanyak-banyaknya. Kondisi pembelajaran ini sangat penting untuk diperhatikan agar siswa terhindar dari rasa bosan dan jenuh dalam melaksanakan tugas ajar. Dengan adanya unsur kompetetif, maka masing-masing kelompok akan berusaha bersaing untuk memenangkan atau memasukkan bola ke dalam ring basket sebanyak-banyaknya.

c. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Tembakan Bebas dengan Ketinggian Ring Basket Tetap

Perlu disadari bahwa setiap bentuk pembelajaran tentu memiliki kelebihan dan kelemahan. Demikian halnya pembelajaran tembakan bebas dengan ketinggian ring basket tetap juga memiliki kelebihan dan kelemahan. Berdasarkan pelaksanaan pembelajaran tembakan bebas dengan ketinggian ring basket tetap dapat diidentifikasi kelebihan dan kelemahannya. Kelebihan pembelajaran tembakan bebas dengan ketinggian ring basket tetap antara lain:

1) Siswa akan lebih cepat beradaptasi terhadap ketinggian ring basket, sehingga kendala ketinggi ring basket lama kelamaan dapat teratasi.

2) Siswa akan terbiasa dengan ketinggian ring basket, sehingga akan meningkatan kepekaannya melakukan gerakan tembakan bebas.

3) Dengan kemampuan beradaptasi dan kepekaan terhadap gerakan, siswa dapat melakukan tembakan bebas menjadi lebih baik.

Kelemahan pembelajaran tembakan bebas dengan ketinggian ring basket tetap antara lain:

1) Orientasi siswa lebih cenderung pada kekuatan lengan agar bola sampai pada ring basket dan teknik menembak terabaikan. commit to user


(43)

2) Peluang bola masuk lebih kecil.

3) Bagi siswa yang belum siap (kekuatan belum memadai) akan mengalami kesulitan melakukan tembakan bebas dengan ketinggian ring basket tetap, sehingga hasilnya kurang baik.

4) Siswa akan cepat lelah karena perhatian siswa lebih condong pada kekuatan lengan agar bola sampai pada ring basket.

5. Pembelajaran Tembakan Bebas Bola Basket dengan Modifikasi Ketinggian Ring Basket

a. Hakikat Pembelajaran Tembakan Bebas Bola Basket dengan Modifikasi Ketinggian Ring Basket

Pembelajaran tembakan bebas bola basket dengan modifikasi ketinggian ring basket yaitu, dilakukan dari cara yang mudah kemudian secara bertahap ditingkatkan ke gerakan yang lebih sulit dan kompleks. Karena dalam memodifikasi pembelajaran pendidikan jasmani dapat dilakukan dari berbagai

aspek. Menurut H.J.S. Husdarta (2009: 180) bahwa, “Komponen-komponen

penting dalam pembelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan yang dapat

dimodifikasi meliputi: “(1) Ukuran berat, bentuk peralatan yang dipergunakan, (2)

Lapangan permainan, (3) Waktu bermain atau lamanya permainan, (4) Peraturan

permainan, dan (5) Jumlah pemain”.

Berdasarkan pendapat tersebut, pembelajaran tembakan bebas bola basket dengan modifikasi ketinggian ring basket termasuk modifikasi ukuran, berat atau bentuk peralatan yang digunakan. Ditinjau dari modifikasi pembelajaran, modifikasi ketinggi ring basket termasuk modifikasi lingkungan belajar. Yoyo

Bahagia, Ucup Yusuf dan Adang Suherman (2000: 4) menyatakan, “Modifikasi

lingkungan pembelajaran ini menyangkut banyak aspek. Hal ini didasarkan pada keadaan kondisi lingkungan yang digunakan dalam proses belajar mengajar

keterampilan. Modifikasi kondisi lingkungan pembelajaran meliputi: “(1)

peralatan, (2) penataan ruang gerak dalam berlatih, (3) jumlah siswa yang terlibat


(44)

Modifikasi ketinggian ring basket yang dimaksud yaitu, menata ring basket lebih rendah dari ketinggian yang sebenarnya. Dari ketinggian ring basket sebenarnya 3.03 meter dari lantai diturunkan lebih rendah menurut kebutuhan. Misalnya ring basket diturunkan pada ketinggian 2 meter. Hal ini karena, ketinggian ring basket 3.03 meter siswa merasa sulit untuk melakukan tembakan bebas. Sehingga dengan ring diturukan 2 meter dari lantai diharapkan siswa lebih mudah melakukan tembakan bebas. H.J.S. Husdarta (2009: 179) menyatakan:

Alasan utama perlunya modifikasi adalah:

1) Anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil, kematangan fisik dan mental anak belum selengkap orang dewasa.

2) Pendekatan pembelajaran pendidikan jasmani selama ini kurang efektif, hanya bersifat lateral dan monoton.

3) Fasilitas pembelajaran pndidikan jasmani yang ada sekarang hampir semuanya didesain untuk orang dewasa.

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, memodifikasi pembelajaran keterampilan sangat penting bagi anak-anak (siswa). Karena dalam membelajarkan keterampilan yang sulit bagi anak-anak harus dilakukan dari cara yang mudah. Untuk selanjutnya ditingkatkan ke gerakan yang sulit dan kompleks.

Sugiyanto (1996: 31) menyatakan, “Pertimbangan menentukan urutan materi

belajar keterampilan didasarkan pada (1) tingkat kesulitan gerakan, (2) tingkat kompleksitas gerakan, (3) intensitas penggunaan daya fisik dan, (4) kemungkinan

menimbulkan transfer positif”.

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, pembelajaran tembakan bebas dengan memodifikasi ketinggian ring basket merupakan cara belajar keterampilan yang dilakukan dari cara yang mudah, kemudian pembelajaran ditingkatkan secara bertahap ke tingkat yang lebih sulit atau kompleks. Hal ini dimaksudkan agar siswa memiliki keterampilan awal yang memadai. Jika pada akhirnya ditingkatkan pada keterampilan yang lebih sulit dan kompleks siswa akan lebih mudah dan cepat beradaptasi.


(45)

b. Pelaksanaan Pembelajaran Tembakan Bebas Bola Basket dengan Modifikasi Ketinggian Ring Basket

Langkah pertama dalam pembelajaran tembakan bebas dengan modifikasi ketinggian ring basket yaitu, guru menjelaskan maksud dan tujuan dari modifikasi ketinggian ring basket. Ketinggian ring basket diturunkan menjadi 200 cm dari lantai. Diharapkan pada ketinggian 200 cm dari lantai para siswa dengan mudah melakukan tembakan bebas dan bolanya masuk. Selanjutnya guru menjelaskan teknik tembakan bebas bola basket dari fase persiapan, fase pelaksanaan dan fase gerak lanjut dan memberikan contoh gerakan tembakan bebas. Untuk lebih jelasnya berikut ini disajikan ilustrasi pembelajaran tembakan bebas bola basket dengan modifikasi ketinggian ring basket sebagai berikut:

Gambar 6. Ilustrasi Pembelajaran Tembakan Bebas dengan Modifikasi Ketinggian Ring Basket

c. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Tembakan Bebas Bola Basket dengan Modifikasi Ketinggian Ring Basket

Modifikasi pembelajaran pendidikan jasmani dapat dilakukan dari beberapa macam cara menurut kebutuhan. Seorang guru Penjas harus kreatif dan inovatif dalam menciptakan pembelajaran. Setiap kesulitan yang dihadapi siswa harus segera dicarikan solusi yang tepat agar diperoleh hasil belajar yang optimal. Demikian halnya dalam pembelajaran tembakan bebas bola basket, jika siswa merasa sulit melakukan tembakan bebas karena ring basket yang cukup tinggi, maka dapat dimodifikasi dengan cara ring basket diturunkan. Jika pada ring

Tinggi ring 2 m


(46)

basket yang rendah siswa mampu melakukan tembakan bebas, selanjutnya ditingkatkan secara bertahap sesuai dengan program pembelajaran yang telah dijadwalkan.

Berdasarkan modifikasi ketinggian ring basket tersebut, pembelajaran ini dapat diidentifikasi kelebihan dan kelemahannya. Kelebihan pembelajaran tembakan bebas bola basket dengan modifikasi ketinggian ring basket antara lain: 1) Siswa menjadi lebih senang dan sangat tertarik karena ring basket yang cukup

rendah, sehingga merasa lebih mudah untuk melakukan tembakan bebas. 2) Peluang bola masuk ke dalam ring basket lebih besar.

3) Kesulitan siswa dalam melakukan tembakan bebas dapat teratasi.

4) Secara tidak langsung siswa mampu beradaptasi melakukan tembakan bebas pada ketinggian ring sebenarnya, karena ring basket dinaikkan secara bertahap.

Kelemahan pembelajaran tembakan bebas bola basket dengan modifikasi ketinggian ring basket antara lain:

1) Siswa merasa lebih bisa karena ring basket cukup rendah, sehingga teknik menembak sering terabaikan.

2) Teknik menembak yang diabaikan akan berakibat pola gerakan tembakan bebas salah

6. Koordinasi a. Koordinasi Mata-Tangan

Koordinasi merupakan suatu kemampuan biomotorik yang sangat kompleks. Koordinasi merupakan wujud keharmonisan dari kerja otot pada saat melakukan aktivitas atau kegiatan olahraga. Rusli Lutan dan Adang Suherman

(2000: 172) Menyatakan, “Koordinasi merupakan keharmonisan kerja antara

kelompok otot selama melakukan tugas gerak yang menunjukkan tingkat keterampilan. Menurut Ismaryati (2006: 53-54) bahwa, “Koordinasi merupakan hubungan yang harmonis dari hubungan saling berpengaruh di antara kelompok-kelompok otot selama melakukan kerja, yang ditunjukkan dengan tingkat commit to user


(47)

keterampilan. Menurut Mulyono Biyakto Atmojo. (2001: 58) berpendapat,

“Koordinasi adalah kemampuan untuk secara bersamaan melakukan berbagai tugas gerak secara mulus dan akurat (tepat)”. Sedangkan Brian J. Sharkey (2003:

169) menyatakan, “Koordinasi mengimplikasikan hubungan yang harmonis, penyatuan atau aliran gerak yang halus dalam melakukan pekerjaan”.

Berdasarkan pengertian koordinasi yang dikemukakan empat ahli tersebut dapat disimpulkan, keharmonisan kerja sekelompok otot secara mulus dan akurat pada saat melakukan aktivitas yang ditunjukkan dengan tingkat keterampilan yang tinggi. Bertolak pengertian koordinasi tersebut di atas dapat dirumuskan pengertian koordinasi mata-tangan yaitu, keharmonisan kerja kelompok otot lengan dan indera penglihatan pada saat melakukan aktivitas, yaitu mata sebagai indera penglihat untuk mengintegrasikan rangsangan yang diterima dan tangan sebagai fungsi penggerak utama untuk melakukan gerakan sesuai yang diinginkan. Sadoso Sumosardjuno (1994: 125) menyatakan, “Koordinasi mata -tangan adalah suatu integrasi antara mata sebagai pemegang fungsi utama, dan

tangan sebagai pemegang fungsi yang melakukan suatu gerakan tertentu”.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Koordinasi

Tingkat koordinasi atau baik tidaknya koordinasi gerak seseorang tercermin dalam kemampuannya untuk melakukan suatu gerakan secara mulus, tepat (precise) dan efisien. Seseorang yang memiliki koordinasi yang baik tidak hanya mampu melakukan suatu keterampilan secara sempurna, tetapi juga mudah dan cepat dapat melakukan keterampilan-keterampilan yang baru.

Untuk memperoleh kemampuan koordinasi yang baik dibutuhkan latihan secara teratur dengan bentuk latihan yang tepat. Selain itu, kemampuan koordinasi yang dimiliki seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor. Harsono (1988: 221)

menyatakan, “Kecepatan, kekuatan, daya tahan, kelentukan, kinesthetic sense, balance, dan ritme, semua menyumbang dan berpadu di dalam koordinasi gerak, oleh karena satu sama lainnya mempunyai hubungan yang erat. Kalau salah satu unsur tidak ada, atau kurang berkembang, maka hal ini akan berpengaruh terhadap


(48)

di dalamnya terdapat beberapa unsur kondisi fisik yang saling berkaitan.

Sugiyanto dan Sudjarwo (1992: 227) menyatakan, “Syarat-syarat kualitas

koordinasi adalah kualitas persepsi selama melakukan gerakan, kualitas penyesuaian gerak dalam dimensi waktu dan jarak, kualitas pemahaman gerak, kualitas pengorganisasian syaraf dan otot”. Pendapat lain dikemukakan Menurut Suharno HP. (1993:62) dalam usaha untuk pencapaian prestasi, koordinasi dipengaruhi oleh:

1) Pengaturan syaraf pusat dan tepi, hal ini berdasarkan pembawaan atlet dan hasil dari latihan.

2) Tergantung tonus dan elastisitas dari otot yang melakukan gerakan. 3) Baik tidaknya keseimbangan, kelincahan, dan kelentukan atlet. 4) Baik dan tidaknya koordinasi kerja syaraf, otot dan indera.

Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukkan bahwa, faktor-faktor yang mempengaruhi koordinasi sangat kompleks. Faktor pembawaan dan kemampuan kondisi fisik khususnya kelincahan, kelentukan, keseimbangan, kekuatan, daya tahan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan koordinasi yang dimiliki seseorang. Dengan kata lain, jika kelincahan, kelentukan, keseimbangan, kekuatan dan daya tahan baik, maka tingkat koordinasinya juga baik. Latihan yang bertujuan meningkatkan komponen kondisi fisik tersebut, maka secara tidak langsung akan meningkatkan kemampuan koordinasi pula.

c. Peranan Koordinasi Mata-Tangan terhadap Kemampuan Tembakan Bebas Bola Basket

Bola basket merupakan olahraga permainan yang membutuhkan kecermatan pandangan dan kekuratan lengan untuk memainkan teknik dasar permainan bola basket. Hampir seluruhnya cara memainkan teknik dasar bola basket membutuhkan kecermatan pandangan dan keakuratan lengan seperti, lempar tangkap, menggiring bola, menembak, rebound. Untuk melakukan atau memainkan teknik dasar bola basket tersebut dibutuhkan koordinasi mata-tangan yang baik.

Koordinasi mata-tangan berperan dalam gerakan tembakan bebas bola basket terutama pada saat penembak melihat ring basket sebelum menolakkan commit to user


(1)

Pembahasan hasil penelitian ini memberikan penafsiran lebih lanjut mengenai hasil analisis data yang telah dikemukakan sebelumnya. Berdasarkan pengujian hipotesis telah menghasilkan tiga simpulan yaitu: (1) ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara pembelajaran tembakan bebas bola basket dengan ketinggian ring basket tetap dan modifikasi ketinggian ring basket terhadap kemampuan tembakan bebas bola basket pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 25 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011. (2) ada perbedaan yang signifikan kemampuan tembakan bebas bola basket antara siswa yang memiliki koordinasi mata-tangan tinggi dengan siswa yang memiliki koordinasi mata-tangan rendah pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 25 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011. (3) tidak ada interaksi antara pembelajaran tembakan bebas bola basket dan koordinasi mata-tangan terhadap kemampuan tembakan bebas bola basket pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 25 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011. Simpulan analisis tersebut dapat dipaparkan secara rinci sebagai berikut:

1. Perbedaan Pengaruh Pembelajaran Tembakan Bebas Bola Basket dengan Ketinggian Ring Tetap dan Modifikasi Ketinggian Ring Basket terhadap Kemampuan Tembakan Bebas Bola Basket

Berdasarkan pengujian hipotesis pertama menunjukkan, ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara pembelajaran tembakan bebas dengan ketinggian ring tetap dan modifikasi ketinggian ring basket terhadap kemampuan tembakan bebas bola basket pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 25 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011. Pada kelompok siswa yang diberi perlakuan pembelajaran tembakan bebas dengan modifikasi ketinggian ring basket mempunyai peningkatan lebih baik dibandingkan dengan kelompok siswa yang diberi perlakuan pembelajaran tembakan bebas dengan ketinggian ring tetap.

Pembelajaran tembakan bebas dengan modifikasi ketinggian ring basket lebih relevan diberikan untuk siswa pemula. Karena tembakan bebas bola basket merupakan keterampilan yang sulit dan memiliki gerakan yang cukup kompleks, sehingga dalam pembelajaran tembakan bebas harus dilakukan dari cara yang lebih mudah dan secara bertahap ditingkatkan ke gerakan yang sulit dan commit to user


(2)

kompleks. Berdasarkan pertimbangan tingkat kesulitan dan tingkat kompleksitas, penyusunan materi pelajaran prinsip-prinsip belajar gerak yang harus diperhatikan yaitu: (1) dimulai dari materi belajar yang mudah dan ditingkatkan secara berangsur-angsur ke materi yang lebih sukar, dan (2) dimulai dari materi belajar yang sederhana dan ditingkatkan secara berangsur-angsur ke materi yang semakin kompleks. Sedangkan ditinjau dari hukum belajar gerak bahwa, pembelajaran tembakan bebas dengan modifikasi ketinggian ring basket merupakan hukum pengaruh (law off efect). Hukum pengaruh (law off efect) yaitu, penguatan atau melemahnya suatu koneksi merupakan akibat dari proses yang dilakukan. Hubungan stimulus respon menguat bila muncul respon disertai oleh keadaan menyenangkan atau memuaskan. Oleh karena itu dalam pelaksanaan pembelajaran hendaknya materi pelajaran yang disajikan dapat mendatangkan kesenangan sehingga menimbulkan motivasi yang tinggi pada siswa. Keadaan yang demikian akan membuat siswa lebih aktif melakukan gerakan yang dipelajari dan mampu melakukannya secara berulang-ulang sehingga akan memberi pengaruh yang lebih baik terhadap hasil belajar.

Berdasarkan hasil penghitungan yang telah dilakukan diperoleh nilai Fo sebesar 6.01 > Ft 4.11. Dengan selisih perbedaan peningkatan sebesar 0.75 Dengan demikian hipotesis yang menyatakan, ada perbedaan pengaruh antara pembelajaran tembakan bebas dengan ketinggian ring basket tetap dan modifikasi ketinggian ring basket terhadap kemampuan tembakan bebas bola basket pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 25 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011, dapat diterima kebenarannya.

2. Perbedaan Kemampuan Tembakan Bebas Bola Basket antara Siswa yang Memiliki Koordinasi Mata-Tangan Tinggi dengan Siswa yang Memiliki Koordinasi Mata-Tangan Rendah

Berdasarkan pengujian hipotesis kedua menunjukkan, ada perbedaan signifikan kemampuan tembakan bebas bola basket antara siswa yang memiliki koordinasi mata-tangan tinggi dan siswa yang memiliki koordinasi mata-tangan pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 25 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011. commit to user


(3)

Hal ini karena, siswa yang memiliki koordinasi mata-tangan tinggi akan mampu mengkoordinasikan gerakan tembakan bebas tembakan bebas lebih efektif dan efisien. Selain itu akan lebih cermat dan akurat mengarahkan bola tepat pada ring basket, sehingga mempunyai peluang yang besar untuk memasukkan bola ke dalam ring basket lawan. Sedangkan siswa yang memiliki koordinasi mata-tangan rendah gerakan tembakan bebas kurang efektif dan efisien serta tembakannya kurang tepat pada ring basket lawan.

Berdasarkan hasil penghitungan yang telah dilakukan diperoleh nilai Fo 4.51 > Ft 4.11. Dengan selisih perbedaan peningkatan 0.65. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan, ada perbedaan pengaruh kemampuan tembakan bebas antara siswa yang memiliki koordinasi mata-tangan tinggi dengan siswa yang memiliki koordinasi mata-tangan rendah pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 25 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011, dapat diterima kebenarannya.

3. Interaksi antara Pembelajaran Tembakan Bebas Bola Basket dan Koordinasi Mata-Tangan terhadap Kemampuan Tembakan Bebas Bola Basket

Dari tabel 9 tampak tidak ada interaksi antara kedua faktor utama penelitian. Untuk kepentingan pengujian interaksi faktor utama terbentuklah tabel sebagai berikut:

Tabel 13. Pengaruh Sederhana, Pengaruh Utama dan Interaksi Faktor Utama terhadap Peningkatan Kemampuan Tembakan Bebas Bola Basket

A1 A2 Rerata A1 - A2

B1 1.1 2.2 1.65 -1.1

B2 0.8 1.2 1 -0.4

Retara 0.95 1.7 1.33 -0.75

B1 - B2 0.3


(4)

Grafik 5. Interaksi Pembelajaran Tembakan Bebas dan Koordinasi Mata-Tangan Berdasarkan grafik tersebut menunjukkan, bentuk garis perubahan besarnya nilai peningkatan kemampuan tembakan bebas bola basket tidak berpotongan. Hal ini artinya, tidak ada interaksi antara pembelajaran tembakan bebas bola basket dan koordinasi mata-tangan. Hal ini artinya, keberadaan koordinasi mata-tangan tidak mutlak berperan penting dalam pembelajaran tembakan bebas bola basket. Oleh karena itu, dalam pembelajaran tembakan bebas bola basket perlu memperhatikan faktor kondisi fisik lainnya atau faktor lain seperti penguasaan teknik, proporsi tubuh yang ideal dan lain sebagainya.

Berdasarkan grafik interaksi antara pembelajaran tembakan bebas bola basket dan koordinasi mata-tangan termasuk jenis interaksi depanden (tidak saling mempengaruhi). Tinggi rendahnya koordinasi mata-tangan yang dimiliki siswa tidak mempengaruhi dalam pembelajaran tembakan bebas bola basket. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan, ada interaksi antara pembelajaran tembakan bebas bola basket dan koordinasi mata-tangan terhadap kemampuan tembakan bebas pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 25 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011, tidak dapat diterima kebenarannya.

0.8 1.1

2.2

1.2

0 0.5 1 1.5 2 2.5

A1 A2

B1 B2


(5)

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasannya yang telah diungkapkan pada BAB IV, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut:

1. Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara pembelajaran tembakan bebas dengan ketinggian ring basket tetap dan modifikasi ketinggian ring basket terhadap kemampuan tembakan bebas bola basket pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 25 Surakarta tahun pelajaran 2010/201. Dari hasil analisis data menunjukkan Fo = 6.01 > Ft 4.11.

2. Ada perbedaan kemampuan tembakan bebas antara siswa yang memiliki koordinasi tangan tinggi dengan siswa yang memiliki koordinasi mata-tangan rendah pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 25 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011. Dari hasil analisis data menunjukkan Fo = 4.51 > Ft 4.11.

3. Tidak ada interaksi antara pembelajaran tembakan bebas bola basket dan koordinasi mata-tangan terhadap kemampuan tembakan bebas pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 25 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011. Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa Fhitung = 1.31 > Ftabel = 4,11. Tinggi rendahnya koordinasi mata-tangan yang dimiliki siswa putra kelas VIII SMP Negeri 25 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011 tidak berpengaruh dalam pembelajaran tembakan bebas bola basket.

B. Implikasi

Simpulan dari hasil penelitian ini dapat mengandung pengembangan ide yang lebih luas jika dikaji pula tentang implikasi yang ditimbulkan. Atas dasar simpulan yang telah diambil, dapat dikemukakan implikasinya sebagai berikut: 1. Secara umum dapat dikatakan bahwa pembelajaran tembakan bebas bola


(6)

variabel-variabel yang dapat mempengaruhi peningkatan kemampuan tembakan bebas bola basket.

2. Dalam membelajarkan keterampilan olahraga (tembakan bebas bola basket) harus disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik siswa. Pembelajaran keterampilan yang sulit dan kompleks dapat dilakukan dengan cara yang mudah di antaranya dengan memodifikasi ketinggian ring basket.

3. Perbedaan koordinasi mata-tangan merupakan variabel yang tidak mempengaruhi dalam pembelajaran tembakan bebas bola basket. Oleh karena itu, dalam pembelajaran tembakan bebas bola basket hendaknya memperhatikan faktor lainnya.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, saran-saran yang dapat dikemukakan kepada guru Penjaskes di SMP Negeri 25 Surakarta sebagai berikut:

1. Dalam membelajarkan keterampilan olahraga yang sulit dan kompleks hendaknya dilakukan dengan cara yang mudah, di antaranya dengan memodifikasi pembelajaran.

2. Dalam pembelajaran keterampilan, hendaknya guru Penjaskes memiliki kreativitas dan inovasi-inovasi, sehingga kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dapat teratasi.

3. Hendaknya sekolah menyediakan dan menambah sarana pembelajaran Penjas, sehingga kendala-kendala dalam pembelajaran Penjas dapat diatasi.


Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25