Gaya Mengajar Metode Mengajar

gerak nonlokomotor dan statis. 4 Renang; belajar gerak kaki, gerak tangan, pengambilan nafas dan kombinasi Cholik dan Lutan ,1996:66 Secara lengkap alur kegiatan pelajaran untuk kelas A, B, C dan D disajikan pada Lampiran 8, 9, 10 dan 11, yang dalam pelaksanannya, pengaturan waktunya diatur sesuai dengan porsinya. 1 Penenangan Penenangan atau cooling down dimaksudkan agar anak dapat kembali kepada kondisi semula, menghilangkan komplikasi ketegangan dan pemberdayaan keterampilan yang baru dipelajari Pangrazi, 1995:200. Bentuk pelajaran penenangan untuk menurunkan kondisi tubuh, permainan sederhana yang menggembirakan, dapat pula dengan koreksi dan arahan perbaikan secara umum dari gurunya. Kegiatan penenangan menggunakan waktu antara 7 tujuh sampai dengan 10 sepuluh menit di akhir pelajaran.

2.1.2.3 Gaya Mengajar

Dalam program pembelajaran pendidikan jasmani, diperlukan kemampuan guru untuk dapat mentransfer materi pelajaran dengan baik. Proses belajar mengajar berjalan dengan lancar. Guna menumbuhkan kreativitas siswa dalam bentuk kerjasama kelompok, diperlukan juga kemampuan guru melakukan tugas profesinya berupa kemampuan memilih gaya mengajar yang tepat dan sesuai dengan tuntutan subject matter. Yang dimaksud dengan gaya mengajar adalah “pola umum perbuatan pengajar dalam menyajikan materi pelajaran kepada peserta untuk mewujudkan proses belajar agar terjadi secara efektif dan efisien” Depdiknas, 2000:26. Tujuan dilakukannya gaya mengajar agar: mendorong terciptanya suasana belajar yang mengajarkan siswa untuk belajar, agar guru dan siswa sama-sama termotivasi dan giat melaksanakan tugas masing-masing Depdiknas, 2000:29. 1 Menurut Lutan 2000:29, terdapat 8 delapan macam gaya mengajar, ialah : Gaya komando, gaya ini adalah suatu pendekatan yang sangat tergantung kepada guru. Guru menyiapkan seluruh aspek pengajaran. Guru sepenuhnya bertanggung jawab dan berinisiatif terhadap pengajaran. Guru juga selalu memantau kemajuan belajar. Dalam pelaksanaannya, sistematika yang berjalan adalah penjelasan, demontrasi dan latihan. Lazimnya dimulai dengan penjelasan teknik baru, siswa mencontoh dan melakukan berulang kali. Penerapannya mencontoh dan berlatih sebanyak mungkin. Kelemahannya guru terlalu dominan dan sangat bertele-tele dalam memberikan penjelasan, akibatnya kesempatan melatihmengulang sangat kurang. Gaya ini tepat dipakai apabila ingin diajarkan keterampilan khas. Siswa-siswa pada kelas itu sukar dikendalikan, ingin cepat mendapatkan kemajuan dan pengembangan kelompok anak-anak yang kurang terampil; Gaya tugas, guru menentukan tujuan, aktivitas dan tata urut pelajaran. Siswa ikut menentukan cepat dan lambatnya jalan pelajaran. Peranan pengelolaan kelas sangat tergantung kemauan siswanya. Tugas dapat disampaikan secara lisan maupun tulis. Siswa secara perorangan maupun kelompok mengerjakanmelakukan aktivitas sesuai dengan tugas yang diberikan. Terakhir, guru melakukan checkingcontrol terhadap pelaksanaan tugas tersebut;. Gaya individual, gaya ini sangat dipengaruhi atas konsep belajar yang berpusat kepada siswa. Siswa melakukan pembelajaran sesuai dengan kesempatan dan kemampuan masing-masing. Guna pelaksanaanya diperlukan sumber belajar yang cukup, seperti alat bola, film, video, papan serta lain-lainya; Gaya belajar tuntas, merupakan pengembangan dari gaya individual, lebih menekankan pada penilaian keterampilan yang diperoleh oleh rekannya dan pengajar. Penerapannya setiap teknik dipecah menjadi sub-sub teknik yang harus dilakukannya sehingga benar-benar dapat dikuasai secara baik. Untuk itu setiap tahapan dilakukan penilaian dengan patokan-patokan tertentu. Keunggulan belajar tuntas antara lain: siswa melakukan aktivitas sesuai dengan temponya masing masing, siswa yang lambat dan cacat akan sangat tepat, siswa dapat berlatih di waktu senggang; Gaya pemecahan masalah, merupakan kerja dari masukan berupa informasi, pemikiran, pemilihan dan respons. Masalahnya disusun dari yang mudah ke yang sukar. Jawabnya hanya ada satu cara saja setelah melalui pertimbangan yang matang. Pelaksanaanya guru menyampaikan permasalahan dan siswa melakukan respon atas permasalahan yang disampaikan oleh guru. Prosedur ditetapkan sebelum respon siswa dilakukan. Gaya ini seakan bereksperimen dan eksplorasi; Gaya eksplorasi terbatas, guru menyiapkan petunjuk umum, materi dan pelajaran. Siswa bertugas menentukan sendiri respon yang sesuai. Gaya ini cocok untuk pengayaan gerak dan mengembangkan pola gerak. Pelaksanaanya setelah petunjuk umum guru serta contoh, maka siswa melakukan latihan- latihan secara khusus sendiri dengan mendasari diri pada pola umum dan contoh guru; Gaya eksplorasi tak terbatas, dalam pelaksanaan ini, guru menyerahkan kepada siswa pengembangan pelajaran sesuai dengan kreativitas siswa. Siswa dapat juga mengambil perlengkapan dan alat-alat lain yang diperlukan sepanjang sesuai dengan tuntutan pengembangan. Pada pelaksanaannya guru memberikan acuan untuk keselamatan siswanya; Gaya discoveri tertuntun, gaya ini sebenarnya menjembatani antara eksplorasi terbatas dengan eksplorasi bebas, artinya guru tetap memberikan tuntunan agar pelaksanaan pembelajaran berjalan secara efektif, tidak mengalami waktu terbuang pelaksanaannya pada saat kreativitas siswa guru mengamati dan melakukan monitoring secara konsisten serta memberikan bimbingannya. 2 Menurut Garbard 1987:101 dalam pelaksanaan pembelajaran, guru dapat melakukan gaya mengajar yang meliputi, gaya komando, gaya timbal balik, gaya petunjuk penemuan, gaya pemecahan masalah dan gaya penjelajahan yang secara rinci sebagai berikut: Gaya komando ; dapat dikatakan suatu gaya mengajar yang sempit dan sangat membatasi kreativitas siswa. Ciri khas dari gaya komando adalah guru memberikan perintah secara murni dan siswa melakukan kegiatan sebagaimana perintah guru. Hal ini ditengarai dari contoh gerakan dan penjelasanya, siswa melakukan replika atau menirukan pelajaran secara satu arah. Siswa dapat melakukan dengan antusias, hal ini diakibatkan karena dalam pengawasan guru, sehingga dapat berjalan efisien. Contoh dalam penggunaan gaya mengajar ini antara lain: Guru memerintahkan siswa memantulkan peluru lima kali dengan tangan kanan dan 5 kali dengan tangan kiri. Guru memerintahkan menendang bola ke dinding dengan kaki kanan dan kemudian menangkapnya, selanjutnya memantulkan bola dengan tangan kanan ke dinding sebanyak 5 kali Gabbard, 1987:102. Unsur penting di sini adalah demontrasi dan kejelasan perintah. Sasaran gaya komando adalah respon langsung terhadap perintah guru yang dilakukan siswa secara serentak dan seragam. Implikasi dari gaya mengajar komando adalah, standard model keterampilan yang ditirukan siswa dengan indikator: excercise gerakan spesifik, efisien dalam penggunaan waktu dan pengorganisasian, siswa menerima perintah secara jelas tentang apa yang harus dilakukan, pengelolaan kelas aman dan mudah serta penyerapan pengertian jelas namun minimal. Gaya timbal balik yaitu; gaya mengajar yang menjadikan demontrasi model secara langsung kepada para siswa. Demontrasi itu dilakukan oleh guru ataupun guru mengambil model dari orang lain. Siswa dikelompokan menjadi beberapa kelompok. Masing-masing kelompok terdiri minimal dua orang. Selanjutnya dalam kelompok-kelompok itu mengambil alih peran guru untuk melakukan gerakan-gerakan umpan balik. Dalam hal ini kelompok-kelompok itu harus bertindak dewasa, dalam arti melakukan gerakan timbal balik dengan efektivitas yang maksimal. Guru berperan mengamati dan memberikan pengarahan. Sasaran gaya timbal balik adalah: adanya kelompok-kelompok yang dinamis, komunikasi yang efektif dalam kelompok sebaya; tumbuhnya rasa percaya diri terutama pada siswa yang berperan aktif dalam kelompok; belum dapat tercapainya gerakan terampil seperti dicontohkan guru atau model; dan daya serap tidak terjadi secara optimal dikarenakan tidak terwujudnya efektivitas yang tinggi Garbard, 1987:103. Gaya petunjuk penemuan.;gaya mengajar petunjuk penemuan, dilandasi oleh teori pembelajaran bahwa proses itu sama pentingnya seperti hasil, artinya bahwa dengan proses penemuan yang dilakukan siswa, akan sangat membekas secara mendalam pada siswa itu, sehingga merupakan nilai yang sama pentingnya seperti hasil. Demikian halnya dalam belajar gerak. Awalnya guru memberikan penjelasan secara menyeluruh, selanjutnya para siswa mensikapi dengan menyusun tanggapan-tanggapan. Guru memberikan tanggapan dan motivasi agar selalu bersemangat dan melakukan gerakan dengan seksama. Contoh: saat belajar lompat tinggi, setelah dilakukan gerakan percontohan, siswa membicarakan, tumpuan kaki, gerakan pada saat badan melayang dan saat jatuh dengan bertumpu pada kaki. Menurut Garbard 1987:104 sasaran gaya mengajar ini adalah siswa dapat melakukan gerakan secara rinci, sejak dari awal sampai akhir, sehingga proses itu merupakan bagian dari daya ingatnya yang setia, proses ini juga berangkat dengan kognitif asosiatif dan kemudian menjadi gerakan otonom. Gaya pemecahan masalah, gaya mengajar pemecahan masalah di mulai saat guru melontarkan pokok permasalahan kepada siswa dan siswa diminta untuk dapat memecahkan masalah tersebut. Dicontohkan, bagaimana pelaksanaan belajar roll ke depan atau berguling ke depan. Dimulai dengan gerakan yang sederhana menuju gerakan yang kompleks. Dimulai dengan berdiri tegak, membungkuk dengan meletakan kedua tangan pada lantai, menundukan kepala ke dalam, sehingga berat badan berpindah, kemudian dengan melibat diri sehingga berguling ke depan yang terakhir kedua kaki kembali dapat bertumpu diteruskan berdiri. Menurut Garbard 1987:104 sasaran dari gaya mengajar ini, adalah variasi keterampilaan gerakan, koordinasi antara gerakan-gerakan bagian, kualitas dari gerakan, melalui tahapan identifikasi tema terampil, pemilihan spesifik gerakan, identifikasi ruang, waktu dan gerak, mengingat kembali penemuan keterampilan, presentasi masalah, pemecahan masalah dan demontsrasi solusi. Gaya penjelajahan, gaya penjelajahan atau exsplorasi merupakan gaya yang dapat berlangsung secara efektif bagi anak-anak pada tingkatan dasar. Proses ini berlangsung atas dasar keuntungan dari penjelajahan dan percobaan. Gaya mengajar ini sebenarnya merupakan gabungan dari 3 tiga gaya mengajar, menurut Moston Gabbard, 1987:110 ialah gaya eksplorasi terbatas, eksplorasi tak tebatas dan gaya mengajar guided discovery tertuntun. Untuk memandu penemuan dan pemecahan masalah penjelajahan dilakukan secara lebih terbuka, dan apabila siswa mengajukan perlunya bimbingan tambahan, maka diberikan tambahan juga dalam upaya keselamatan dan adjusment . Contoh apabila tidak atau kurang paham terhadap penjelasan dan contoh yang diberikan, maka dapat diterangkan kembali atau contoh yang diperlukan. Menurut Garbard 1987:105 gaya ini dianggap sangat efektif, ketika terjadi pembelajaran pelajaran yang baru. Keunikan gaya penjelajahan terjadi karena fleksibiltas dan pemecahan masalah secara gamblang. Contoh: Selidiki penangkapan dan cara memantulkan bola dari tanganmu. Sasaran yang hendak dicapai dari gaya penjelajahan adalah sebagai berikut:: Siswa bekerja dengan kreativitas yang muncul dari dorongan instrinsik, dapat melakukan sendiri, bersama teman atau kelompok kecil, siswa menerima umpan balik langsung maupun dari kelompok. Siswa mengikuti kriteria penampilan dan umpan balik yang didesain oleh guru;. Siswa dapat mengembangkan inisiatif dengan bertolak pada disiplin dan inovasi individu yang kuat namun dapat juga teman sebaya menjadi sangat penting, karena dapat bekerja sama serta sebagai umpan balik sekaligus interaksi sosial;. Di dalam proses pembelajaran Kerjasama Kelompok mementingkan proses sehingga proses sama pentingnya dengan hasil. Untuk ini terdapat perbedaan atas dasar kreativitas siswa. Garbard, 1987:107; Dalam pelaksanaannya pembelajaran diperlukan kreativitas, agar pelajaran dapat mengembangkan emosional, sosial dan bahkan kognitif. Upaya pengembangan kreativitas tersebut dilakukan dengan cara 4 empat P Munandar, 1995:28 yaitu: pribadi, bermakna bahwa kreativitas merupakan keunikan individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Ungkapan kreatif yang mencerminkan orisinilitas dari individu tersebut; pendorong bermakna bahwa kreativitas siswa akan terjadi apabila ada dorongan dan dukungan secara intrinksik maupun dari lingkungannya. Kreativitas itu dapat berkembang apabila ada pendukung yang menunjangnya; proses, bermakna bahwa siswa mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan potensi kreativitas dalam dirinya, dengan demikian maka guru perlu memberikan kebebasan kreativitas bahkan mendorong terwujudnya kreativitas tersebut; produk, bermakna bahwa siswa dapat memproduk kreativitas dalam kondisi pribadi ataupun dengan lingkungan. Yang terakhir ini berarti kreativitas dapat bersifat individu maupun dapat bersifat bersama teman atau kelompok. Sebagaimana telah diutarakan di atas bahwa pelaksanaan pendidikan jasmani menyangkut perkembangan fisik dan mental. Di dalam aktivitas fisik sangat terkait dengan proses belajar gerak. Aktivitas yang menyangkut psikologi adalah proses dari kemampuan psikomotor. Penyelenggaraan pembelajaran dengan tahapan 4 P tersebut menuntut peran serta seorang guru untuk melakukan pola pembelajaran didaktis dengan melakukan perundingan bersama siswa. Dengan pola ini guru perlu membicarakan bersama siswa penjabaran materi yang akan dipelajari atau teknik yang akan dipelajari sehingga dapat dipahami oleh siswa. Dengan demikian maka akan terjadi kelancaran dalam proses belajar mengajar. Sikap responsif guru inilah yang akan mewarnai kerjasama Kelompok. Pada kondisi ini, guru perlu menangkap perasaan dan gagasan serta inisiatif siswa dan menjelaskan mengapa gerakan itu perlu dan bagaimana gerak-gerik itu harus dilakukan. Pada tahapan selanjutnya guru perlu memberikan motivasi kepada siswa bahwa terdapat nilai- nilai positif atas gagasan keterampilan yang diajukan tersebut. Dan terakhir guru haruslah menekankan pentingnya inisiatif dan kreativitas siswa sesuai dengan harapan guru karena tuntutan materi pelajaran.

2.1.3 Kemampuan Koordinasi

Dokumen yang terkait

Gambaran Strategi Self Regulated Learning Siswa Sekolah Menengah Pertama di Masyarakat Pesisir Percut Sei Tuan

2 53 133

PENGARUH GAYA MENGAJAR DAN KEMAMPUAN KOORDINASI TERHADAP HASIL BELAJAR SHOOTING BOLA BASKET SISWA SMA NEGERI 1 GUNUNGSITOLI.

0 2 36

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN DENGAN METODE MASSED PRACTICE DAN DISTRIBUTED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN DRIBBLE BOLA BASKET SISWA PUTRA EKSTRAKURIKULER BOLA BASKET SMA NEGERI I WIDODAREN NGAWI TAHUN 2010 2011

0 2 50

PENGARUH PEMBELAJARAN EKSPLORATIF TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN, KEMAMPUAN KOMUNIKASI, DAN KARAKTER MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA.

1 1 51

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA.

0 1 74

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERMAIN DAN LATIHAN TERHADAP KECAKAPAN BERMAIN BOLA BASKET PADA SISWA PUTRA EKSTRAKURIKULER BOLA BASKET SMP NEGERI 1 SURAKARTA.

0 0 17

PERBEDAAN PENGARUH MODIFIKASI PERALATAN DAN KOORDINASI MATA-TANGAN TERHADAP KEMAMPUAN TEMBAKAN BEBAS BOLA BASKET PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI 25 SURAKARTA TAHUN 2010/2011.

1 12 78

Pengaruh metode pembelajaran dan kemampuan gerak dasar terhadap keterampilan servis bola voli NURDIN

0 0 74

Pengaruh Metode Latihan dan Koordinasi terhadap Peningkatan Keterampilan Passing Bolavoli Ekstrakurikuler Sekolah Menengah Atas.

0 0 2

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN DAN KOORDINASI MATA –TANGAN TERHADAP KEMAMPUAN SHOTHING BOLA BASKET PADA MAHASISWA PENJASKESREK IKIP PGRI PONTIANAK

0 0 9