37
100
o
C selama 15 menit sambil sekali-kali diaduk. Tujuan penambah termanyl dan pemanasan adalah untuk memecah pati
dengan menggelatinisasi terlebih dahulu. Kemudian labu diangkat dan didinginkan. Setelah itu ditambahkan 20 ml air
destilata dan pH diatur menjadi pH 1,5 dengan menambahkan HCl 4 M. setelah itu ditambahkan 100 mg pepsin. Pengaturan
pH menjadi 1,5 dimaksudkan agar kondisi lingkungan optimum bagi aktivitas pepsin. Erlenmeyer ditutup dan diinkubasi pada
suhu 40
o
C dan diagitasi 60 menit. Setelah 60
o
menit labu erlenmeyer diangkat dan ditambah 20 ml air destilata, kemudian pH diatur menjadi 6,8 dengan
NaOH 4 M yang merupakan pH optimum bagi aktivitas enzim pankreatin. Setelah pH sesuai lalu ditambahkan 100 mg enzim
pankreatin, labu ditutup kemudian diinkubasi pada suhu 40
o
C dan diagitasi selama 60 menit. pH diturunkan sampai 4,5 dengan
menggunakan HCl. Larutan disaring melalui crucible kering yang telah diketahui beratnya porositas 2 yang mengandung
0,5 gram celite kering. Kemudian dicuci 2 kali masing-masing dengan 10 ml air destilata. Setelah proses ini didapat residu dan
filtrat.
7.2 Penentuan kadar serat makanan tidak larut IDF
Residu yang didapat dari tahap persiapan sampel dicuci 2 kali masing-masing dengan 10 ml aseton. Kemudian residu
dikeringkan pada suhu 105
o
C sampai beratnya tetap sekitar 12 jam dan ditimbang setelah didinginkan dalam desikator X1.
Residu diabukan dalam tanur pada suhu 500
o
C paling tidak selama 5 jam, didinginkan dalam desikator dan ditimbang
setelah dingin Y1.
38
7.3 Penentuan kadar serat makanan larut SDF
Filtrat yang didapat dari tahap persiapan sampel dittepatkan volumenya sampai 100 ml dengan menggunakan
labu takar 100 ml. Larutan dituang kedalam gelas piala lalu ditambah 400 ml etanol 95 hangat 60
o
C dan diendapkan selama satu jam. Larutan disaring dengan crucible kering
porositas 2 yang mengandung 0,5 gram celite kering, kemudian dicuci 2 kali masing-masing dengan 10 ml etanol
95, 2 kali masing-masing dengan 10 ml etanol. Endapan dikeringkan pada suhu 105
o
C sampai beratnya tetap sekitar 12 jam dan ditimbang setelah dingin Y2.
7.4 Pembuatan blanko
Blanko untuk serat makanan tidak larut IDF dan serat makanan larut SDF diperoleh dengan cara yang sama pada
tahap persiapan sampel tetapi pada pembuatan blanko tidak digunakan sampel dan semua pereaksi yang digunakan dalam
tahap persiapan sampel harus digunakan. Dari tahap pembuatan blanko juga didapat residu dan filttrat. Residu yang didapat
diberikan perlakuan yang sama seperti pada tahap penentuan kadar serat makanan tidak larut. Berat residu setelah dikeringkan
dan diabukan digunakan sebagai blanko untuk penentuan kadar serat makanan larut. Berat filtrat setelah dikeringkan dan
diabukan digunakan sebagai blanko untuk penentuan kadar serat makanan larut B2.
7.5 Koreksi protein pada residu
Koreksi protein dilakukan pada residu IDF K1 maupun SDF K2. Koreksi protein bertujuan untuk menghindari
kesalahan positif akibat adanya protein dalam residu yang yang belum terurai oleh enzim protease. Analisis protein pada residu
dilakukan dengan metode mikro Kjeldahl .
39
7.6 Perhitungan serat makanan total