siswa dalam bertanya. Guru perlu memberikan motivasi pada siswa untuk bertanya hal-hal yang belum dipahami. Pada aspek kreativitas gerak hasilnya
masih rendah, jadi guru perlu memberikan gambaran dan memotivasi siswa agar siswa kreatif dalam melakukan gerak tangan dan kaki. Pada aspek ketertiban
mendapatkan nilai yang rendah, guru diharapkan dapat mengkondisikan suasana pembelajaran dengan lebih baik lagi agar siswa dapat tertib dalam melaksanakan
pembelajaran. Sedangkan performansi guru pada APKG II perlu adanya peningkatan pelaksanaan pembelajaran. Peningkatan pelaksanaan pembelajaran
bertujuan untuk meningkatkan aktivitas siswa dan performansi guru yang kemudian diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh karena itu,
maka perlu diadakan siklus II sebagai perbaikan hasil dari siklus I .
4.1.2 Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Pada Siklus II
Setelah peneliti melakukan refleksi dan revisi terhadap hasil pembelajaran materi gerak tari kreatif dengan metode eksplorasi pada siklus I seperti yang telah
dipaparkan. Diketahui bahwa hasil pembelajaran masih kurang memuaskan, sehingga peneliti melaksanakan siklus II. Penelitian tindakan siklus II
dilaksanakan dengan tujuan untuk memperbaiki hasil pembelajaran pada siklus I dengan penggunaan metode eksplorasi.
Adapun hasil pembelajaran pada siklus II dijabarkan lebih rinci sebagai berikut:
4.1.2.1 Paparan Hasil Belajar
Setelah diadakan tes formatif pada siklus II pada tanggal 25 Mei 2012 pada mata pelajaran tari materi gerak tari kreatif melalui metode eksplorasi di
kelas I SD Negeri 02 Wanamulya Kabupaten Pemalang, diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.4 Data Nilai Hasil Tes Formatif Siklus II Hasil Belajar
Siklus I Jumlah Siswa
Persentase Skor 65 Tidak Tuntas
8 28,75
Skor ≥ 65 Tuntas
20 71,25
Skor rata-rata nilai kelas 75,83
Hasil belajar siswa diperoleh dari penggabungan 3 nilai tes, tertulis, lisan, dan praktek. Berdasarkan tabel 4.4, dapat diketahui bahwa nilai akhir tes siklus II yang
diperoleh siswa berbeda-beda. Dari 28 siswa dikelompokkan berdasarkan kriteria ketuntasan belajar individu. Siswa dikatakan tuntas belajar, jika nilai tes lebih atau
sama dengan rata-rata nilai kelas 65. Sedangkan siswa dikatakan tidak tuntas belajar apabila nilai kurang dari 65. Tabel 4.4 menunjukkan bahwa siswa yang
menyelesaikan tes siklus II yaitu 20 siswa dengan persentase 71,25 dan siswa yang tidak tuntas dalam siklus I yaitu 8 siswa dengan persentase 28,75.
Persentase ketuntasan belajar siswa dengan nilai KKM sebesar 65, dapat digambarkan dengan diagram di bawah ini:
Diagram 4.2 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus II Dari diagram 4.2, ditunjukkan bahwa persentase nilai hasil belajar siswa yang
tidak tuntas sebesar 28,75 . Persentase nilai hasil belajar siswa yang tidak tuntas dapat diartikan bahwa 28,75 dari 28 siswa yaitu 8 orang siswa memperoleh nilai
tes formatif kurang dari 65. Sementara itu, dari diagram 4.2 juga dapat dilihat bahwa persentase nilai hasil belajar siswa yang tuntas sebesar 71,25. Persentase
nilai hasil belajar siswa yang tuntas dapat diartikan bahwa 71,25 dari 28 siswa yaitu 20 orang siswa memperoleh nilai tes formatif lebih dari 65.
Dari hasil belajar siswa siklus II dapat dianalisis bahwa proses pembelajaran belum berhasil. Proses pembelajaran belum berhasil disebabkan karena dari
jumlah siswa yang hadir sebanyak 28 siswa, terdapat 20 siswa yang memperoleh nilai di atas 65 sebagai KKM mata pelajaran tari. Data lebih rinci tentang daftar
nilai hasil belajar siswa siklus II dapat dilihat pada lampiran 35.
4.1.2.2 Deskripsi Data Hasil Pengamatan Proses Pembelajaran