Distribusi frekuensi infeksi leher dalam berdasarkan ruang yang terlibat

BAB 5 PEMBAHASAN

Penelitian yang menggunakan case series design ini merupakan data sekunder dari 40 penderita infeksi leher dalam yang dilakukan pengobatan di RSUP. H. Adam Malik Medan tahun 2006-2012. Distribusi penderita dijabarkan di bawah ini.

5.1. Distribusi frekuensi infeksi leher dalam berdasarkan ruang yang terlibat

Dari hasil penelitian ini didapatkan penderita infeksi leher dalam berdasarkan ruang yang terlibat terbanyak adalah ruang submandibula yaitu 22 55 diikuti dengan ruang peritonsil 13 32,5 penderita, ruang parafaring penderita 4 10 dan ruang retrofaring 1 2,5 penderita. Pada penelitian ini ruang submandibula adalah ruang yang terbanyak dijumpai, hal ini kemungkinan dikarenakan banyaknya infeksi gigi. Infeksi gigi mungkin terjadi karena kurangnya pengetahuan masyarakat dan kesadaran tentang pentingnya kebersihan gigi dan mulut. Pada penelitian ini abses retrofaring adalah ruang yang paling sedikit terjadi dan dialami oleh penderita dewasa dengan riwayat TBC. Hal ini jarang terjadi, karena pada umumnya abses retrofaring lebih sering terjadi pada anak-anak. Namun seperti kita ketahui bahwa abses retrofaring juga dapat terjadi pada orang dewasa salah satunya karena adanya infeksi paru atau TBC. Pada penelitian Meher dan kawan-kawan pada 54 kasus infeksi leher dalam dimana ruang leher dalam yang terlibat terbanyak adalah submandibula yaitu 20 penderita. Ruang lain yang terlibat adalah ruang submental 10 penderita, parafaring 6 penderita, ludwig’s angina 6 penderita, parotid 5 penderita, retrofaring 4 penderita dan peritonsil 3 penderita Meher Ravi et al., 2005. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan di rumah sakit Juan Canalejo di Spanyol pada 77 kasus infeksi Universitas Sumatera Utara leher dalam, dijumpai abses submandibula adalah ruang yang paling banyak terlibat, 23 penderita 29 Regiero et al., 2006. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Khaled pada 56 penderita infeksi leher dalam, dijumpai ruang leher dalam yang paling banyak dijumpai adalah peritonsil yaitu 24 42,9 penderita Khaled Al- Novry Alsaid Loyfy, 2010. Abses submandibula lebih sering terjadi karena seperti diketahui penyebab abses submandibula bersumber dari infeksi gigi molar dua dan tiga, rongga mulut, wajah, faring. Mungkin juga kelanjutan infeksi dari ruang leher dalam lain Raharjo, 2008; Ballenger, 2009.

5.2. Distribusi frekuensi infeksi leher dalam berdasarkan umur dan jenis kelamin