Perumusan Masalah Manfaat Penelitian Definisi Infeksi Leher Dalam

penderita infeksi leher dalam adalah pria dengan usia rata-rata 31,86 tahun. Dari penelitian di atas ditemukan 60 penderita 37 sumber infeksi pada infeksi leher dalam yang disebabkan oleh infeksi gigi, diikuti oleh penyebab yang tidak jelas 49 penderita 33, infeksi faring dan tonsil 30 penderita 20, infeksi kelenjar ludah 6 penderita 4 dan trauma 5 penderita 3 Coelbo et al., 2009. Penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Royal Perth Australia dari tahun 2000-2007, penderita infeksi leher dalam datang ke rumah sakit dengan gejala rasa nyeri 91, pembengkakan di leher 87, trismus 78, disfagia 52, eritema leher 16, disfonia 10, dispnu 8, dan stridor 4 Matzelle et al., 2009. Pada penelitian yang dilakukan oleh Alexandre dan kawan-kawan di Sao Paulo Santa Casa Brazilia yang dilakukan secara analisis retrospektif pada 80 penderita infeksi leher dalam dari Juni 1997-Juni 2003, didapatkan usia rata-rata yang paling sering menderita infeksi leher dalam bervariasi, yaitu antara usia 36-57 tahun. Penderita infeksi leher dalam lebih banyak ditemui pada pria dibandingkan wanita Suebara, 2008. Sedangkan menurut Jun dan kawan-kawan pada penelitian yang dilakukan di Departemen THT Rumah Sakit Iwaki Kyoritsu Jepang dari Januari 1998-Agustus 2007 selama 10 tahun, ditemukan 56 penderita infeksi leher dalam yang terdiri dari 42 penderita pria dan 23 penderita wanita, dengan usia rata-rata 51 dan 53 tahun Hasegawa et al., 2010. Saat ini belum didapatkan data-data tentang karakteristik infeksi leher dalam di Departemen THT-KL FK. USU SMF THT-KL RSUP. H. Adam Malik Medan, karena itulah peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hal ini.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian, yaitu bagaimana karakteristik infeksi leher dalam di Departemen THT-KL FK. USU SMF THT-KL RSUP. H. Adam Malik Medan. Universitas Sumatera Utara

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui karakteristik infeksi leher dalam di Departemen THT-KL FK. USU SMF THT-KL RSUP. H. Adam Malik Medan tahun 2006-2012.

1.3.2. Tujuan Khusus

1.3.2.1. Mengetahui distribusi frekuensi infeksi leher dalam di RSUP. H. Adam Malik Medan berdasarkan ruang yang terlibat. 1.3.2.2. Mengetahui distribusi frekuensi infeksi leher dalam di RSUP. H. Adam Malik Medan berdasarkan umur dan jenis kelamin. 1.3.2.3. Mengetahui distribusi frekuensi infeksi leher dalam di RSUP. H. Adam Malik Medan berdasarkan keluhan. 1.3.2.4. Mengetahui distribusi frekuensi infeksi leher dalam di RSUP. H. Adam Malik Medan berdasarkan etiologi. 1.3.2.5. Mengetahui distribusi frekuensi infeksi leher dalam di RSUP. H. Adam Malik Medan berdasarkan pola kuman. 1.3.2.6. Mengetahui distribusi frekuensi infeksi leher dalam di RSUP. H. Adam Malik Medan berdasarkan penyakit penyerta. 1.3.2.7. Mengetahui distribusi frekuensi infeksi leher dalam di RSUP. H. Adam Malik Medan berdasarkan komplikasi. 1.3.2.8. Mengetahui distribusi frekuensi infeksi leher dalam di RSUP. H. Adam Malik Medan berdasarkan terapi. 1.3.2.9. Mengetahui distribusi frekuensi infeksi leher dalam di RSUP. H. Adam Malik Medan berdasarkan hasil terapi.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Dapat bermanfaat sebagai bahan informasi dalam upaya peningkatan kelengkapan data penderita infeksi leher dalam. 1.4.2. Dapat bermanfaat sebagai bahan penyuluhan bagi masyarakat untuk mengetahui pencegahan, gejala dan penatalaksanaan penderita infeksi leher dalam. 1.4.3. Dapat bermanfaat sebagai bahan untuk penelitian berikutnya. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1. Definisi Infeksi Leher Dalam

Infeksi leher dalam merupakan infeksi leher pada ruang potensial diantara fasia leher dalam sebagai akibat penjalaran infeksi dari berbagai sumber seperti gigi, mulut, tenggorok, sinus paranasal, telinga tengah dan leher Fachruddin, 2007. Abses terjadi sebagai akumulasi dari pus dalam suatu rongga patalogis yang dapat terjadi dibagian tubuh manapun sebagai reaksi pertahanan tubuh terhadap benda asing. Infeksi pada area leher dalam tidak selalu menyebabkan abses. Pada kasus-kasus dimana infeksi jaringan lunak tidak terlokalisir dimana eksudat menyebar keantara celah interstitial jaringan ikat Surarso, 2011. 2.2. Etiologi Dan Patogenesis Pembentukan abses merupakan hasil perkembangan dari flora normal dalam tubuh. Flora normal dapat tumbuh dan mencapai daerah steril dari tubuh baik secara perluasan langsung, maupun melalui laserasi atau perforasi. Berdasarkan kekhasan flora normal yang ada di bagian tubuh tertentu maka kuman dari abses yang terbentuk dapat diprediksi berdasarkan lokasinya. Sebagian besar abses leher dalam disebabkan oleh campuran berbagai kuman, baik kuman aerob, anaerob, maupun fakultatif anaerob Pulungan, 2011. Sumber infeksi paling sering pada infeksi leher dalam berasal dari infeksi tonsil dan gigi. Infeksi gigi dapat mengenai pulpa dan periodontal. Penyebaran infeksi dapat meluas melalui foramen apikal gigi ke daerah sekitarnya. Apek gigi molar I yang berada di atas mylohyoid menyebabkan penjalaran infeksi akan masuk terlebih dahulu ke daerah sublingual, sedangkan molar II dan III apeknya berada di bawah mylohyoid sehingga infeksi akan lebih cepat ke daerah submaksila Pulungan, 2011. Universitas Sumatera Utara Menurut penelitian yang dilakukan Parhischar dan kawan-kawan, terhadap 210 infeksi leher dalam, 175 83,3 dapat diidentifikasi penyebabnya. Penyebab terbanyak infeksi gigi 43. Ludwig’s angina yang disebabkan infeksi gigi 76, abses submandibula 61 disebabkan oleh infeksi gigi Parhiscar et al., 2001. Yang dan kawan-kawan 2008 melaporkan dari 100 penderita infeksi leher dalam, 77 77 penderita dapat diidentifikasi sumber infeksi sebagai penyebabnya. Penyebab terbanyak berasal dari infeksi orofaring 35, odontogenik 23. Penyebab lain adalah infeksi kulit, sialolitiasis, trauma, tuberkulosis, dan kista yang terinfeksi.

2.3. Gejala Klinis dan Diagnosis