`BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Infeksi leher dalam merupakan infeksi leher pada ruang-ruang potensial leher dekat pembuluh darah, saraf dan otot. Pada saat ini kasus
infeksi leher dalam jarang kita jumpai sejak diperkenalkannya antibiotik. Akan tetapi infeksi leher dalam masih tetap merupakan salah satu kasus
kedaruratan THT-KL. Hal ini disebabkan penyebaran infeksi pada leher dalam dapat mengakibatkan komplikasi yang bersifat bahaya dan
berakibat fatal Saragih, 2003. Infeksi leher dalam sebagai akibat penjalaran infeksi dari berbagai
sumber, seperti gigi, mulut, tenggorok, sinus paranasal, telinga tengah dan leher, tergantung pada ruang mana yang terlibat. Gejala dan tanda
klinisnya berupa nyeri dan pembengkakan yang menunjukkan lokasi infeksi. Yang termasuk abses leher dalam ialah abses peritonsil, abses
parafaring, abses retrofaring, dan abses ludovici Ludwig’s angina atau abses submandibula Rahardjo, 2008.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologi. Ada empat prinsip
penatalaksanaan abses leher dalam yaitu proteksi dan kontrol jalan nafas, pemberian antibiotik yang adekuat, insisi dan drainase abses serta
pemberian hidrasi dan nutrisi yang adekuat Sulaiman, 2010. Menurut penelitian yang dilakukan di Departemen THT Fakultas
Kedokteran Maulana Azad New Delhi dan Rumah Sakit Lok Nayak pada Mei sampai Desember 2002 dijumpai 54 penderita infeksi leher dalam
yang terdiri dari submandibular 20 penderita, submental 10 penderita, peritonsil 3 penderita, parafaring 6 penderita, retrofaring 4 penderita,
Ludwig’s angina 6 penderita Meher et al., 2005. Pada evaluasi terhadap 150 penderita di klinik THT Universitas
Federal Parana, Brazil dari Januari 2000 - Januari 2007 didapatkan 80
Universitas Sumatera Utara
penderita infeksi leher dalam adalah pria dengan usia rata-rata 31,86 tahun. Dari penelitian di atas ditemukan 60 penderita 37 sumber infeksi
pada infeksi leher dalam yang disebabkan oleh infeksi gigi, diikuti oleh penyebab yang tidak jelas 49 penderita 33, infeksi faring dan tonsil 30
penderita 20, infeksi kelenjar ludah 6 penderita 4 dan trauma 5 penderita 3 Coelbo et al., 2009.
Penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Royal Perth Australia dari tahun 2000-2007, penderita infeksi leher dalam datang ke rumah sakit
dengan gejala rasa nyeri 91, pembengkakan di leher 87, trismus 78, disfagia 52, eritema leher 16, disfonia 10, dispnu 8, dan stridor 4
Matzelle et al., 2009. Pada penelitian yang dilakukan oleh Alexandre dan kawan-kawan
di Sao Paulo Santa Casa Brazilia yang dilakukan secara analisis retrospektif pada 80 penderita infeksi leher dalam dari Juni 1997-Juni
2003, didapatkan usia rata-rata yang paling sering menderita infeksi leher dalam bervariasi, yaitu antara usia 36-57 tahun. Penderita infeksi leher
dalam lebih banyak ditemui pada pria dibandingkan wanita Suebara, 2008. Sedangkan menurut Jun dan kawan-kawan pada penelitian yang
dilakukan di Departemen THT Rumah Sakit Iwaki Kyoritsu Jepang dari Januari 1998-Agustus 2007 selama 10 tahun, ditemukan 56 penderita
infeksi leher dalam yang terdiri dari 42 penderita pria dan 23 penderita wanita, dengan usia rata-rata 51 dan 53 tahun Hasegawa et al., 2010.
Saat ini belum didapatkan data-data tentang karakteristik infeksi leher dalam di Departemen THT-KL FK. USU SMF THT-KL RSUP. H.
Adam Malik Medan, karena itulah peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hal ini.
1.2. Perumusan Masalah