Abses Retrofaring Karakteristik Abses Leher Dalam Di SMF THT-KL RSUP. H. Adam Malik Medan Tahun 2006-2012.

2.9. Abses Retrofaring

Abses retrofaring adalah suatu peradangan yang disertai pembentukan pus pada daerah retrofaring. Biasanya terjadi pada anak usia 3 bulan hingga 5 tahun. Umumnya terjadi karena pada usia tersebut ruang retrofaring masih berisi kelenjar dari hidung, sinus paranasal, nasofaring, faring, tuba eustachius dan telinga tengah. Sedangkan pada usia 6 tahun kelenjar-kelenjar tersebut mengalami atrofi Fachruddin, 2007; Surarso, 2011. Etiologi Keadaan yang dapat menyebabkan terjadinya abses ruang retrofaring ialah Facruddin 2007: 1. Infeksi saluran nafas atas yang menyebabkan limfadenitis retrofaring. 2. Trauma dinding belakang faring oleh benda asing seperti tulang ikan atau tindakan medis, seperti adenoidektomi, intubasi endotrakea dan endoskopi. 3. Tuberkulosis vertebra servikalis bagian atas abses dingin. Berdasarkan jenisnya secara umum abses retrofaring terbagi dua yaitu: 1. Akut Sering terjadi pada anak-anak berumur dibawah 4-5 tahun. Keadaan ini terjadi akibat infeksi pada saluran nafas atas seperti pada adenoid, nasofaring, rongga hidung, sinus paranasal dan tonsil yang meluas ke kelenjar limfe retrofaring limfadenitis sehingga menyebabkan supurasi pada daerah tersebut. Sedangkan pada orang dewasa terjadi akibat infeksi langsung oleh karena trauma akibat penggunaan instrumen intubasi endotrakea, endoskopi, sewaktu adenoidektomi atau benda asing. 2. Kronis Biasanya terjadi pada orang dewasa atau anak-anak yang lebih tua. Keadaan ini terjadi akibat infeksi tuberkulosis TBC pada Universitas Sumatera Utara vertebra servikalis dimana pus secara langsung menyebar melalui ligamentum longitudinal anterior. Selain itu abses dapat terjadi akibat infeksi TBC pada kelenjar limfe retrofaring yang menyebar dari kelenjar limfe servikal Fachruddin, 2007; Surarso, 2011. Pada banyak kasus sering dijumpai adanya kuman aerob dan anaerob secara bersamaan. Beberapa organisme yang dapat menyebabkan abses retrofaring adalah: kuman aerob; Streptococcus beta–hemolyticus group A paling sering, Streptococcus pneumoniae, Streptococcus non–hemolyticus, Staphylococcus aureus, Haemophilus sp., kuman anaerob; Bacteroides sp., Veillonella, Peptostreptococcus, Fusobacteria Fachruddin, 2007; Surarso, 2011. Tanda dan Gejala Pada anak dari anamnesis biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas atas. Pada orang dewasa dari anamnesis biasanya didahului riwayat tertusuk benda asing pada dinding posterior faring, pasca tindakan endoskopi atau adanya riwayat batuk kronis Fachruddin, 2007. Gejala utama abses retrofaring ialah rasa nyeri dan sukar menelan. Pada anak kecil, rasa nyeri menyebabkan anak menangis terus rewel dan tidak mau makan dan minum. Juga terdapat demam, leher kaku dan nyeri. Dapat timbul sesak napas karena sumbatan jalan napas, terutama di hipofaring. Bila proses peradangan berlanjut sampai mengenai laring dapat timbul stridor. Sumbatan oleh abses juga dapat mengganggu resonansi suara sehingga terjadi perubahan suara Adam, 1997; Fachruddin, 2007. Berdasarkan umur, gejala pada orang dewasa yaitu sakit tenggorokan, demam, disfagia, odinofagia, leher sakit, dispnu. Gejala pada anak-anak diatas 1 tahun yaitu sakit tenggorokan 84, demam 64, leher kaku 64, odinofagia 55, dan batuk. Sedangkan gejala pada bayi yaitu demam 85, leher bengkak 97, kurang asupan oral 55, rhinorrhea 55, letargi 38, dan batuk 33 Khan JH, 2012. Universitas Sumatera Utara Diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya riwayat infeksi saluran nafas bagian atas atau trauma, gejala dan tanda klinik serta pemeriksaan penunjang foto rontgen lateral jaringan lunak leher. Pada kasus-kasus ini, radiografi jaringan lunak lateral leher menunjukkan peningkatan bayangan jaringan lunak yang jelas antara saluran udara faring dan korpus vertebra servikalis. Laring dan trakea ditunjukkan dalam posisi ke arah depan. Jika terdapat keraguan mengenai radiografi, maka dapat dipertegas dengan radiografi penelanan barium Adam 1997; Kahn JH, 2010. Penatalaksanaan A. Medikamentosa Sebagai terapi medikamentosa diberikan antibiotika dosis tinggi, untuk kuman aerob dan anaerob, diberikan secara parenteral. Tujuan dari farmakoterapi adalah untuk membasmi infeksi, mengurangi morbiditas, dan mencegah komplikasi. B. Tindakan bedah Dilakukan pungsi dan insisi abses melalui laringoskop langsung dalam posisi pasien baring Trendelnburg. Pus yang keluar segera diisap, agar tidak terjadi aspirasi. Tindakan dapat dilakukan dalam analgesia lokal atau anesthesia umum. Pasien dirawat inap sampai gejala dan tanda infeksi reda. Kadang-kadang, intubasi endotrakeal atau krikotirotomi mungkin diperlukan jika pasien menunjukkan tanda-tanda obstruksi saluran napas atas Fachruddin, 2007; Khan JH, 2010. Komplikasi Komplikasi yang mungkin terjadi ialah penjalaran ke ruang parafaring, ruang vaskuler visera, mediastinitis, obstruksi jalan napas sampai asfiksia. Bila pecah spontan, dapat menyebabkan pneumonia Universitas Sumatera Utara aspirasi dan abses paru. Infeksi itu sendiri seperti sepsis dan kematian Fachruddin, 2007; Khan 2012.

2.10. Abses Parafaring