Distribusi frekuensi infeksi leher dalam berdasarkan keluhan Distribusi frekuensi infeksi leher dalam berdasarkan etiologi

faktor adanya penyakit penyerta seperti diabetes mellitus, hipertensi dan gangguan sistem imun yang mungkin menjadi penyebab. Menurut penelitian Jun dan kawan-kawan yang dilakukan sejak Januari 1998 sampai Agustus 2007, dijumpai 56 penderita infeksi leher dalam, dengan usia rata-rata adalah 50 dan 53 tahun. Pada penelitian ini penderita infeksi leher dalam lebih banyak dijumpai pada laki-laki dibandingkan perempuan yaitu 43 penderita laki-laki dan 23 penderita perempuan Hasegawa et al., 2010. Pada penelitian yang dilakukan Shailesh dan kawan-kawan terhadap 298 kasus infeksi leher dalam, dijumpai 182 penderita laki-laki dan 116 penderita wanita dengan perbandingan 1,57:1. Usia penderita infeksi leher dalam dari 6 bulan-78 tahun dengan usia rata-rata 36,7 tahun R. Shailesh et al.,2013. Tidak banyak kepustakaan yang mencatat mengapa penderita laki- laki lebih tinggi prevalensinya dibandingkan wanita. Begitu juga dengan kelompok umur 20-30 tahun dan kelompok umur 50-60 tahun. Namun beberapa kasus diduga karena adanya faktor predisposisi seperti infeksi gigi, merokok, kebersihan rongga mulut, mungkin dapat diduga sebagai bahan pertimbangan. Sedangkan kemungkinan faktor predisposisi lainnya seperti penyakit DM, HIV diduga juga memperberat kemungkinan terjadinya infeksi leher dalam Raharjo SP, 2013.

5.3. Distribusi frekuensi infeksi leher dalam berdasarkan keluhan

Dari hasil penelitian ini didapatkan keluhan infeksi leher dalam yang paling banyak adalah keluhan pembengkakan di leher, yaitu 16 40 penderita. Hal ini kemungkinan disebabkan karena banyaknya abses submandibula yang dijumpai dengan keluhan pembengkakan leher. Dan pada umumnya penderita datang ke rumah sakit setelah adanya keluhan pembengkakan leher, sehingga keluhan sebelumya sering diabaikan. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Lee dan kawan- kawan pada 158 kasus infeksi leher dalam, dijumpai keluhan yang paling banyak pada infeksi leher dalam adalah pembengkakan di leher yaitu Universitas Sumatera Utara sebanyak 74,7 Lee et al., 2007. Hal ini juga sama dengan penelitian Shailesh dan kawan-kawan yang dilakukan pada 298 kasus infeksi leher dalam, dijumpai keluhan terbanyak adalah pembengkakan leher yaitu 289 penderita sedangkan pada 9 penderita abses retrofaring tidak dijumpai keluhan pembengkakan leher R. Shailesh et al., 2013. Hal yang berbeda pada penelitian yang dilakukan oleh Agricio dan kawan-kawan terhadap 65 penderita infeksi leher dalam dijumpai keluhan terbanyak adalah nyeri 89,2 Agricio et al., 2004. Keluhan pembengkakan leher adalah hal yang paling sering dikeluhkan oleh penderita infeksi leher dalam. Pada pemeriksaan terlihat pembengkakan di daerah submandibula sampai ke leher. Bila pembengkakan terbatas pada bagian atas milohioid, terlihat penonjolan dibawah lidah sehingga lidah terangkat dan terdorong ke belakang. Dalam waktu 12-24 jam infeksi dapat belanjut menembus otot milohioid masuk ke ruang submaksila dan selanjutnya menyebar sampai ke daerah leher dan klavikula. Pada daerah submental teraba keras seperti papan, nyeri sentuh dan jarang disertai fruktuasi. Pada stadium lanjut penderita tampak sakit berat, suhu badan naik Raharjo SP, 2013.

5.4. Distribusi frekuensi infeksi leher dalam berdasarkan etiologi

Dari hasil penelitian ini didapatkan etiologi infeksi leher dalam yang paling banyak adalah sakit gigi, yaitu 22 penderita atau 55. Pada penelitian ini mungkin disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kebersihan gigi dan mulut. Selain itu pada penelitian ini banyak dijumpai abses submandibula yang etiologi terbanyak adalah disebabkan oleh infeksi gigi dan mulut. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Parhischar dan kawan-kawan pada 210 kasus infeksi leher dalam di USA, dijumpai penyebab terbanyak adalah infeksi gigi yaitu 43 Parhiscar et al., 2001. Begitu juga pada penelitian yang dilakukan oleh Suebara dan kawan- kawan di São Paulo Santa Casa, Brazil pada 80 kasus infeksi leher dalam Universitas Sumatera Utara dijumpai penyebab terbanyak adalah infeksi gigi yaitu 27,5 dan tonsilitis sebanyak 22,5 Suebara et al., 2008. Pada penelitian lain yang dilakukan terhadap 150 kasus infeksi leher dalam di Parana Brazil dari Januari 2000-Januari 2007 dijumpai 37 sumber infeksi pada infeksi leher dalam adalah infeksi gigi, diikuti oleh penyebab yang tidak jelas 33, infeksi faring dan tonsil 20, dan sisanya infeksi lain-lain Matzelle et al., 2009. Hal yang berbeda pada penelitian Lee dan kawan-kawan yang menemukan etiologi terbanyak penyebab infeksi leher dalam adalah tidak jelastidak diketahui sebanyak 116 73,4 penderita Lee et al.,2007. Pada beberapa penelitian dikatakan bahwa etiologi infeksi leher dalam yang paling sering adalah infeksi gigi dan kelenjar air liur. Infeksi gigi merupakan sumber infeksi terbanyak yang dapat mengakibatkan terjadinya infeksi leher dalam. Kebersihan mulut dan gigi yang kurang diperhatikan dan penyalahgunaan obat intravena bisa pula menjadi faktor tersering pada orang dewasa. Selain itu penyakit infeksi saluran nafas atas, trauma, benda asing juga merupakan etiologi dari infeksi leher dalam Raharjo SP, 2013.

5.5. Distribusi frekuensi infeksi leher dalam berdasarkan pola kuman