beberapa daerah infeksi leher dalam dan jika pasien sudah mendapatkan pengobatan sebelumnya, pada pasien biasanya dijumpai riwayat sakit
gigi, mengorek atau mencabut gigi Bailey, 2006; Surarso, 2010.
Terapi
Antibiotika dosis tinggi terhadap kuman aerob dan anaerob harus diberikan secara parenteral. Evakuasi abses dapat dilakukan dalam
anastesi lokal untuk abses yang dangkal dan terlokalisasi atau eksplorasi dalam narcosis bila letak abses dalam dan luas. Insisi dibuat pada tempat
yang paling berfluktuasi atau setinggi os hyoid, tergantung letak dan luas abses. Pasien dirawat inap sampai 1-2 hari gejala dan tanda infeksi reda
Surarso, 2010.
2.12. Angina Ludovici Ludwig’s Angina
Ludwig’s angina mula-mula di deskripsikan oleh Wilhelm Frederick von Ludwig pada 1836. Ludwig’s angina atau angina ludovici ialah infeksi
ruang submandibula berupa selulitis atau flegmon dari bagian superior ruang suprahioid dengan tanda khas berupa pembengkakan, tidak
membentuk abses, sehingga keras pada perabaan submandibula Adam, 1997; Fachruddin, 2007.
Etiologi
Penyebab angina ludovici adalah trauma bagian dalam mulut, infeksi lokal pada mulut, karies gigi, terutama gigi molar dan premolar,
tonsillitis dan peritonsilitis, trauma pada ekstraksi gigi, angina vincent, erysipelas wajah, otitis media dan eksterna serta ulkus pada bibir dan
hidung. Jika infeksi berasal dari gigi, organism pembentuk gas tipe anaerob sangat dominan. Jika infeksi bukan berasal dari gigi, biasanya
disebabkan oleh streptokokus Adam, 1997.
Universitas Sumatera Utara
Tanda dan Gejala
Tanda-tanda dan gejala ludwig’s angina adalah selulitis, nyeri tenggorok dan leher, disertai selulitis yang berkembang pesat atau
pembengkakan di daerah submandibula, yang tampak hiperemis dan keras pada perabaan. Demam, sakit gigi, malaise, disfagia dan napas
berbau trismus, merupakan gejala yang umum. Peradangan ruang ini menyebabkan kekerasan yang berlebihan
pada jaringan dasar mulut dan mendororng lidah ke atas dan belakang dengan demikian dapat menyebabkan obstruksi jalan napas secara
potensial Adam, 1997.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat sakit gigi, gejala dan tanda klinik. Pada “Pseudo Angina Ludovici”, dapat terjadi fluktuasi
Fachruddin, 2007. Diagnosis menurut kriteria Grodinsky yaitu :
• Keterlibatan secara bilateral atau lebih ruang leher dalam • Gangren yang disertai dengan pus serosanguinous
• Keterlibatan jaringan ikat, fasia, dan otot tetapi tidak mengenai
struktur kelenjar. • Penyebaran melalui ruang fasial lebih sering daripada melalui sistem
limfatik Lemonick, 2002.
Terapi
Sebagai gold standard dalam penanganan angina ludovici adalah bebaskan jalan nafas, kemudian diberikan terapi antibiotika dengan dosis
tinggi, untuk kuman aerob dan anaerob, dan diberikan secara parenteral. Selain itu dilakukan eksplorasi yang dilakukan untuk tujuan dekompresi
mengurangi ketegangan dan evakuasi pus pada angina ludovici jarang terdapat pus atau jaringan nekrosis. Insisi dilakukan di garis tengah
secara horizontal setinggi os hyoid 3-4 jari di bawah mandibula, dengan demikian menghentikan ketegangan yang terbentuk di dasar mulut.
Universitas Sumatera Utara
Sebelum dilakukan insisi dan drainase, sebaiknya dilakukan persiapan terhadap kemungkinan trakeostomi karena ketidakmampuan dilakukan
intubasi pada pasien Fachruddin, 2007; Russel, 2011.
Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi ialah Medina, 2005; Facruddin, 2007:
1. Sumbatan jalan napas 2. Penjalaran abses ke ruang leher dalam lain dan mediastinum
3. Sepsis
2.13. Anatomi Leher