10
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Belajar
Belajar menurut Winkel dalam Suprihatiningrum 2013:15 merupakan aktivitas mentalpsikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan- pengetahuan, keterampilan dan nilai sikap.Budiningsih dalam Suprihatiningrum
2013:15 menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan, yang mana siswa aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir,
menyusun konsep, dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari.Suprihatiningrum 2013:15menyatakan bahwa belajar adalah suatu
proses usaha yang dilakukan individu secara sadar untuk memperoleh perubahan tingkah laku tertentu, baik yang dapat diamati secara langsung maupun yang tidak
dapat diamati secara langsung sebagai pengalaman latihan dalam interaksinya dengan lingkungannya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan
aktivitas yang dilakukan individu dengan lingkungan sekitarnya untuk memperoleh perubahan tingkah laku berupa pengalaman, pengetahuan,
pemahaman, keterampilan, nilai-nilai dan sikap.
2.2 Hasil Belajar
Gagne Briggs dalam Suprihatiningrum 2013:37 menyatakan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai
akibat perbuatan belajar dan dapat diamati melalui penampilan siswa learner’s
performance. Reigeluth dalam Suprihatiningrum 2013:37 hasil belajar atau pembelajaran dapat juga dipakai sebagai pengaruh yang memberikan suatu ukuran
nilai dari metode strategi alternatif dalam kondisi yang berbeda. Uno dalam Suprihatiningrum 2013:38 menyatakan bahwa tujuan pembelajaran biasanya
diarahakan pada salah satu kawasan dari taksonomi pembelajaran. Kartwoth dan Bloom dalam Mukhtar dan Iskandar 2012:25 memilah taksonomi pembelajaran
dalam tiga ranah, yakni ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Yang masing- masing ranah dijelaskan sebagai berikut:
1. Ranah Kognitif Ranah kognitif adalah ranah yang membahas tujuan instruksional yang
berkenaan dengan proses mental seperti pemahaman pengetahuan, menyebutkan, pengenalan, dll. Ranah kognitif terdiri dari enam tingkat dengan aspek belajar
yang berbeda- beda yaitu: a. Tingkat pengetahuan knowledge C1
Kemampuan seseorang dalam menghapal atau mengingat kembali atau menggalang kembali pengetahuan yang pernah diterimanya.
b. Tingkat pemahaman komprehension C2 Kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan
atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya.
c. Tingkat penerapan application C3 Kemampuan seseorang dalam menggunakan pengetahuan untuk memecahkan
masalah berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari.
d. Tingkat analisis analysis C4 Kemampuan seseorang merinci dan membandingkan pengetahuan atau data
yang begitu rumit serta mengklasifikasikannya menjadi beberapa kategori dengan tujuan agar dapat mengenal hubungan dan kedudukan masing-masing
data terhadap data lain. e. Tingkat sintesis synthesis C5
Kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga membentuk pola baru yang lebih
menyeluruh. f. Tingkat evaluasi evaluation C6
Kemampuan seseorang dalam membuat perkiraan atau keputusan yang tepat berdasarkan kriteria atau pengetahuan yang dimilikinya.
Penilaian kognitif berupa tes. Bentuk tes kognitif diantaranya yaitu 1 pertanyaan lisan di kelas, 2 pilihan ganda, 3 uraian obyektif, 4 uraian non
obyektif atau uraian bebas, 5 jawaban atau isian singkat, 6 menjodohkan, 7 portopolio dan 8 performans.
2. Ranah Afektif Ranah afektif adalah area tujuan instruktional yang mencakup berbagai
aspek yang berhubungan dengan sikap, perilaku, perasaan, dan nilai yang diklasifikasikan dalam lima tingkat, yaitu:
a. Tingkat penerimaan receiving Proses pembentukan sikap dan perilaku dengan cara membangkitkan
kesadaran tentang adanya stimulus tertentu yang mengandung estetika.
b. Tingkat tanggapan partisipasi responding participation Kerelaan untuk memerhatikan secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu
bentuk kegiatan. c. Tingkat menilai
Memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian tersebut.Misal sikap menerima, menolak, atau mengabaikan.
d. Tingkat organisasi organization Kemampuan untuk mengorganisasikan nilai-nilai, menentukan hubungan
antar nilai dan menerima bahwa suatu nilai itu lebih dominan dibanding dengan nilai yang lainnya.
e. Tingkat karakteristik characterization Kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sedemikian rupa agar
menjadi milik pribadi internalisasi dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam kehidupannya sendiri.
Penilaian afektif dapat dilakukan dengan menggunakan observasi atau pengamatan
selama proses
pembelajaran berlangsung.
http:susila- besmart.blogspot.com
3. Ranah Psikomotorik Ranah psikotomorik adalah kawasan yang membahas hal- hal yang
berhubungan dengan koordinasi antara proses mental dan fisik dalam melakukan gerakan yang bersifat jasmaniah. Menurut klasifikasi Simpon dalam
Suprihatiningrum 2013:46, ranah psikomotor mancakup tujuan yang berkaitan dengan keterampilan yang paling sederhanasampai yang kompleks, yaitu:
a. Persepsi Kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua
perangsang atau lebih berdasarkan perbedaaan antara ciri- ciri fisik yang khas pada masing- masing rangsangan.
b. Kesiapan Kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam keadaan akan memulai suatu
gerakan atau rangkaian gerakan. c. Gerakan Terbimbing
Kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik, sesuai dengan contoh yangdiberikan imitasi.
d. Gerakan yang Terbiasa Kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik dengan lancar,
karena sudah dilatih secukupnya, tanpa memerhatikan lagi contoh yang diberikan.
e. Gerakan yang Kompleks Kemampuan untuk melaksanakan suatu keterampilan, yang terdiri dari atas
beberapa komponen dengan lancar, tepat dan efisien. f. Penyesuaian pada Gerakan
Kemampuan untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan pola gerak- gerik dengan kondisi setempat atau dengan menunjukkan suatu taraf
keterampilan yang telah mencapai kemahiran.
g. Kreativitas Kemampuan untuk melahirkan aneka pola gerak- gerik yang baru, seluruhnya
atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri. Penilaian psikomotorik dapat dilakukan dengan menggunakan observasi
atau pengamatan. Observasi sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang
dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Misalnya tingkah laku siswa ketika praktik, kegiatan diskusi, partisipasi siswa
dalam simulasi,
dan penggunaan
alins ketika
belajar http:susila-
besmart.blogspot.com.
2.3 Pembelajaran