Sifat Berita Bahasa Berita

2.2.2.5 Sifat Berita

Menurut Djuroto 2005:27-32, berita, baik untuk surat kabar, radio, maupun televisi memiliki tiga sifat yang harus dipenuhi yaitu: 1 mengarahkan; 2 menumbuhkan; dan 3 memberikan penerangan. 1 Mengarahkan, artinya berita yang dibuat harus mampu mengarahkan perhatian pembaca, pendengar atau pemirsa sehingga mengikuti alur pemikiran penulis. 2 Menumbuhkan atau membangkitkan semangat, artinya dengan berita juga bisa memberi rangsangan, dorongan dan semangat. Akan tetapi dengan berita pula bisa menghancurkan lawan, menang perang, dan menguasai lawan. 3 Memberikan penerangan, artinya harus mampu memberikan penjelasan atau contoh-contoh kejadian yang tidak baik agar tidak ditiru oleh masyarakat. Lain halnya dengan pendapat Suhandang 2010:139 yang mengatakan bahwa satu-satunya sifat utama dari berita adalah menarik perhatian banyak orang. Menarik perhatian karena peristiwanya maupun karena penyajian beritanya. Dengan demikian unsur utama bagi berita yang berharga adalah perhatian umum, suatu hal yang penting adanya untuk menjadi ukuran baik buruknya suatu berita. Serupa dengan pendapat sebelumnya, Sumaridia 2005:53 mengungkapkan bahwa sifat berita harus berimbang dalam menulis berita haruslah lengkap, setiap fakta dihubungkan secara jelas, objektif berita ditulis dengan tidak melakukan keberpihakan serta jujur, ringkas, jelas berita langsung menyangkut peristiwa yang dimaksud. Dapat disimpulkan, sejumlah sifat berita yaitu mengarahkan, menumbuhkan atau membangkitkan semangat, memberikan penerangan, menarik, berimbang dalam menulis berita haruslah lengkap, setiap fakta dihubungkan secara jelas, objektif berita ditulis dengan tidak melakukan keberpihakan serta jujur, ringkas, jelas berita langsung menyangkut peristiwa yang dimaksud.

2.2.2.6 Bahasa Berita

Menurut Sumaridia 2004:127, ciri utama bahasa jurnalistik di antaranya sederhana, singkat, padat, lugas, jelas, jernih, menarik, demokratis, mengutamakan kalimat aktif, sejauh mungkin menghindari penggunaan kata atau istilah-istilah teknis, dan tunduk kepada kaidah serta etika bahasa baku. Setiati 2005:85 menjelaskan bahwa bahasa jurnalistik merupakan salah satu ragam bahasa kreatif yang digunakan kalangan perswartawan Indonesia dalam penulisan berita di media massa. Bahasa jurnalistik kerap disebut bahasa pers dan juga memiliki karakter yang berbeda, sesuai dengan jenis tulisan yang akan mereka beritakan. Wartawan biasanya memiliki gaya tersendiri dalam penyampaian berita yang mereka tulis. Masih menurut Setiati 2005:85, dalam proses komunikasi, bahasa bukan sekadar sarana untuk dimuati pesan, tetapi juga memiliki arti teramat penting terhadap proses permaknaan suat perisiwa. Bahasa tidak hanya memfokuskan atau menarik perhatian khalayak pada masalah tertentu melainkan juga membatasi persepsi dan mengarahkan pembaca untuk memikirkan kebenaran suatu peristiwa. Bahasa jurnalistik harus mudah dipahami oleh setiap orang yang membacanya karena tidak semua orang mempunyai cukup untuk memahami hal tulisan yang ditulis oleh wartawan. Jadi, bahasa jurnalistik bahkan harus bisa dipahami oleh tingkat masyarakat berintelektual rendah. Bahasa jurnalistik merupakan bahasa komunikasi massa yang berfungsi sebagai penyambung lidah masyarakat dan bahasa komunikasi pengantar pemberitaan yang biasa digunakan media cetak dan elektronik Setiati 2005:87. Setiati 2005:88 menyebutkan ciri-ciri yang harus dimiliki bahasa jurnalistik, sebagai berikut. 1 Singkat, artinya bahasa jurnalistik harus menghindari penjelasan yang panjang dan bertele-tele. 2 Padat, artinya bahasa jurnalistik yang singkat itu sudah mampu menyampaikan informasi yang lengkap. Semua yang diperlukan pembaca sudah tertampung di dalamnya. Menerapkan prinsip 5W+1H, pembuangan kata-kata adalah mubazir dan lebih baik menerapkan ekonomi kata. 3 Sederhana, artinya bahasa pers sedapat-dapatnya memilih kalimat tunggal dan sederhana, bukan kalimat majemuk yang panjang, rumit, dan kompleks. Kalimat yang digunakan juga harus efektif, praktis, dan pengungkapannya tidak berlebihan bombastis. 4 Lugas, artinya bahasa jurnalistik mampu menyampaikan pengertian atau makna informasi secara langsung dengan menghindari bahasa yang berbunga-bunga. 5 Menarik, artinya menggunakan pilihan kata yang masih hidup, tumbuh, dan berkembang. Hindari kata-kata yang sudah mati tak pernah lagi digunakan dalam masyarakat. 6 Jelas, artinya informasi yang disampaikan jurnalis dengan mudah dapat dipahami oleh khalayak umum pembaca. Struktur kalimatnya tidak menimbulkan penimpangan atau pengertian makna yang berbeda, menghindari ungkapan bersayap atau bermakna ganda ambigu. Oleh karena itu, seyogyanya bahasa jurnalistik menggunakan kata-kata yang bermakna denotatif bermakna sebenarnya. Dalam penulisan berita, hendaknya wartawan memperhatikan kaidah bahasa Indonesia baku sehingga mampu membuat suatu tulisan yang baik. Adapun hal-hal yang harus diingat, menurut Santana 2005:88-89 adalah sebagai berikut. 1 Penggunaan “kata-kata” yang pas. “Kata” merupakan modal dasar dalam menulis. Semakin banyak kosakata yang dikuasai sesorang, semakin banyak pula gagasan yang sanggup diungkapkannya. Wartawan dapat menggunakan ragam Bahasa Indonesia Jurnalistik sesuai ketepatan dan kesesuaian pilihan kata yang digunakan. 2 Penggunaan kalimat efektif. Dalam penulisan berita hendaknya wartawan menggunakan kalimat efektif. Melalui penyampaian pesan dalam ini berita yang mudah dipahami oleh pembaca. 3 Penggunaan alinea atau paragraf yang kompak. Alinea merupakan suatu kesatuan pikiran. Dalam satu alinea, terdapat satu gagasan pokok dan beberapa gagasan penjelas. Pembuatan alinea bertujuan memudahkan pengertian dan pemahaman dengan memisahkan suatu tema dari tema yang lain. Menurut Sudarman 2008:90-91, bahasa jurnalistik juga memiliki kekuatan dahsyat dalam membentuk perilaku pembaca. Bahasa jurnalistik di dalam pemberitaan jangan hanya memfokuskan diri pada upaya menarik perhatian khalayak pada masalah tertentu. Bahasa setidaknya dapat membatasi persepsi dan membantu pembaca memikirkan sesuatu yang diyakininya. Misalnya, pernyataan keras elit politik atau korban konflik di lapangan bisa membakar emosi atau sebaliknya, sejuk dan mententramkan. Tergantung pada cara wartawan memformat isi dan bahasa yang dipergunakannya. Selain itu, bahasa juga bisa mendominasi pemberitaan, baik berita politik atau ekonomi dan sebagainya. Bahasa bisa meredam tindak kekerasan. Sesuai dengan pemaparan berbagai sumber, dapat disimpulkan pada intinya bahasa beritabahasa jurnalistik harus didasarkan pada bahasa baku, memperhatikan ejaan yang benar, bersifat khas singkat, padat, sederhana, lancar, jelas, lugas, dan menarik, jernih, demokratis, mengutamakan kalimat aktif, sejauh mungkin menghindari penggunaan kata-kata asing, mempunyai gaya berita. Bahasa jurnalistik bukan sekedar alat komunikasi, tetapi juga merupakan bagian dari kegiatan sosial yang terstruktur dan terlibat pada kondisi riil, terkait dengan isi pemberitaan. Bahasa jurnalistik juga berfungsi menyampaikan ideasional dan referensial, yaitu penyampaian fakta-fakta dalam penulisannya.

2.2.3 Teknik Pengamatan Langsung

Dokumen yang terkait

Peningkatan keterampilan menulis teks berita jenis straight news melalui teknik pengamatan objek langsung pada siswa kelas VIII MTS Al- Ishlahat Kota Tangerang

1 9 125

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS BERITA MENGGUNAKAN MODEL THINK PAIR SHARE DENGAN MEDIA KOMIK BERMUATAN CINTA LINGKUNGAN PADA PESERTA DIDIK KELAS VIII G SMP NEGERI 1 KANDEMAN SEMESTER GENAP

1 14 313

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS BERITA MENGGUNAKAN ODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN MEDIA FOTO BERSERI PADA PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP N 5 SATAP SUKOHARJO KABUPATEN WONOSOBO

1 14 177

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS BERITA MELALUI STRATEGI PAIKEM PADA KELAS VIII B Peningkatan Keterampilan Menulis Teks Berita Melalui Strategi Paikem Pada Kelas VIII B SMP Negeri 1 Pucakwangi Kabupate

0 2 24

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS BERITA MENGGUNAKAN FOTO JURNALISTIK PADA SISWA KELAS VIII Peningkatan Keterampilan Menulis Teks Berita Menggunakan Foto Jurnalistik Pada Siswa Kelas VIII MTS Negeri Mantingan Tahun Ajaran 2012/ 2013.

0 0 13

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS BERITA MENGGUNAKAN FOTO JURNALISTIK PADA SISWA KELAS VIII Peningkatan Keterampilan Menulis Teks Berita Menggunakan Foto Jurnalistik Pada Siswa Kelas VIII MTS Negeri Mantingan Tahun Ajaran 2012/ 2013.

0 0 18

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITAMELALUI TEKNIK PENGAMATAN GAMBAR FOTO PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA MELALUI TEKNIK PENGAMATAN GAMBAR FOTO PERISTIWA PADA SISWA KELAS VIII SMP AL ISLAM KARTASURA TAHUN AJARAN 2010/2011.

0 2 17

PENGGUNAAN TEKNIK PENGAMATAN OBJEK LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA PENGGUNAAN TEKNIK PENGAMATAN OBJEK LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA PADA SISWA KELAS VIIIC DI SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA TAHUN PELAJ

0 0 16

(ABSTRAK)Peningkatan Keterampilan Menulis Teks Berita Menggunakan Teknik Peta Pikiran Melalui Media Lingkungan Belajar pada Siswa Kelas VIII A MTs Zumrotul Wildan Ngabul Jepara.

0 0 2

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS BERITA MENGGUNAKAN TEKNIK 3M (MENGAMATI, MENIRU, DAN MENAMBAHI) PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 1 CLUWAK PATI.

7 38 165